19 - Diecinueve

15.7K 1.2K 9
                                    

"Saya benar – benar minta maaf."

"Nadine benar – benar tidak tahu malu dan mencoreng nama baik keluarga kami dan keluarga Anda," sambung Richard Faye. Istrinya menunduk sambil memegang lengan Richard – mereka berdua datang sepuluh menit yang lalu. Sementara itu Cassandra menatap kosong ke arah teh yang ada didepannya. Ia melipat kedua tangannya di atas pangkuannya, mendengarkan semuanya.

"Saya minta maaf atas putri saya, Saka."

"Pa," gumam Marisa dengan pelan. "Mungkin dia mempunyai alasan yang tidak kita pahami."

Richard menggeleng, "Dia bisa berbicara baik – baik dengan kita daripada pergi ... seperti ini."

"Maaf karena saya tidak bisa melanjutkan pernikahan ini, Om. Sejak Nadine memutuskan untuk meninggalkan kita semua, saya hanya bisa melanjutkan keputusannya."

"Richard, tidak ada yang mengharapkan ini terjadi. Marisa mungkin benar, Nadine mungkin memiliki alasan yang mungkin belum bisa dibicarakan dengan kita," sahut Cassandra.

"Tetapi saya orang tuanya dan saya sendiri – bersama istri saya, tidak tahu apa yang terjadi sampai Nadine mengirimkan pesan bahwa ia akan pergi."

"Phillip, saya tidak akan menarik investasi yang telah saya tanam di Chata Investama. Afiliasi saya dengan perusahaan Anda bisa tetap terjaga, bukan?" kata Richard kepada Phillip.

"Tentu saja."

Rasa lega memenuhi hati Richard. "Dan biarkan saya yang melunasi penalti WO dan lainnya."

"Richard, biar kami yang mengurusnya dan kamu bisa mencari Nadine."

"Saya akan melakukan keduanya, Phillip."

Phillip menggeleng. "Saka sudah menyelesaikan semuanya, Richard. Anda bisa mencari Nadine – saya harap dia baik – baik saja."

"Sekali lagi saya minta maaf." Cassandra mengulurkan tisu kepada Marisa setelah ia melihat setitik air jatuh dari sudut matanya.

Saka terdiam sepanjang sisa pembicaraan itu. Ia membiarkan kedua orang tuanya dan orang tua Nadine berbicara sesuai peran mereka. Satu hal yang bisa ia simpulkan, Richard dan Marisa tidak mengetahui kehamilan Nadine.

Richard Faye menggeser badannya dan berkata kepada pria yang tidak akan menjadi menantunya. "Askari, satu hal yang kamu harus tahu, kamu bisa membuat keputusan apapun. Jangan menganggap kepergian Nadine menjadi halangan untuk kamu."

___

Tubuh Denya limbung sesaat dan ia hampir menjatuhkan diri kalau Saka tidak menarik tangannya dan kembali melayangkan pukulan kedua ke wajahnya. "Berkelahi tidak – "

Saka mendorong tubuh Denya agar pria itu berhenti berbicara. Ia kembali melayangkan pukulan terakhir ke pria itu " - menyelesaikan rasa kecewa lo, Askari."

"Lebih baik sedikit daripada tidak sama sekali," ucap Saka. Ia kemudian berdiri, menetralkan napasnya dan merapikan lengan kemeja yang awalnya ia lipat.

Denya Saputra berdecih kesal karena kini wajahnya terasa sakit, "Disini bukan lo saja yang ditinggalkan, sialan!"

"Stop."

Saka menatap tidak suka kepada Denya. "Satu – satunya alasan yang ingin kukatakan adalah aku menghajar kamu karena merebut tunangan orang lain, Denya."

"Selama ini aku menganggap kamu – menghargai, sebagai teman dekat Nadine karena ikatan erat antara kalian berdua, Denya. How dare you?"

"Saka, gue minta maaf karena perbuatan gue. Tetapi Nadine memilih jalannya sendiri, gue tidak menghasutnya sama sekali. Malam ketika kami melakukannya, dia yang memintanya ke gue."

"Urusanku disini sudah selesai, Denya. Setidaknya meninggalkan beberapa bekas di wajahmu membuatku sedikit lega."

"Saka, gue menemukan keberadaan Nadine."

....

"Lo mencari catatan kepergian Nadine dari negara ini dengan akses orang tua teman lo? Gue bisa menjamin lo tidak akan menemukannya, Nadine menyiapkan semua ini dengan rapi, Saka. "

"Dia pasti menjelaskan alasannya, kan? Sak, dia sudah tidak mencintai lo atau dia yang kehilangan rasa percaya dirinya untuk mencintai lo?"

"Pukulanku kurang, Denya? Dengan senang hati aku bisa menambah jejak di wajahmu – agar kamu berhenti berbicara."

"Sak, Nadine cemburu. Seharusnya lo sendiri tahu itu."

Aku tahu.

"Don't make her fall in love if you not gonna love her."  Denya kemudian berdiri dan menepuk pelan celananya yang menyentuh lantai. Pelipisnya berdenyut – denyut. "Terima kasih karena lo sudah memutuskan untuk tidak mengejarnya. Saka, gue akan mengatakan ini dengan bangga didepan lo karena gue mencintainya - gue akan menjemput dan melamarnya, Saka. "

"Bukan urusanku."

"Gue juga tidak mau urusan lamaran gue menjadi urusan lo."

Denya mengangguk puas. "Apa yang gue lakukan kemarin membuat gue sadar siapa yang seharusnya gue kejar sekarang."

"Go ahead."

" .... "

"Terima kasih sudah membiarkannya memilih jalannya sendiri, Saka."

Denya menambahkan sebelum Saka benar – benar pergi, "Lo akan menemui Marvella? Gue ingin menitipkan terima kasih – berkatnya, gue bisa tahu dimana Nadine sebenarnya."

___

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang