35 - Treinta Y Cinco

12.1K 787 17
                                    

" – seharusnya ambil yang ini." Marvella berdecak kesal saat jenga (1) mulai tidak stabil.

Atha hanya diam karena ia tahu ini adalah kesalahannya sendiri. Sementara itu Aria – sepupunya yang masih berumur tujuh tahun terlihat senang karena ia sangat yakin kalau jenga itu akan jatuh. "Jatuh! Jatuh!"

Lima detik kemudian jenga itu jatuh – seperti kata Aria. Gadis itu memekik senang lalu mengalungkan kedua tangannya kepada Atha karena ia terlalu senang dan membuat tubuh keduanya limbung jatuh ke atas karpet.

"Atha – look at that! Aku menang!"

"Ya, kamu menang Aria." Atha kemudian menggelitik Aria untuk membuat gadis kecil itu tertawa – Saka yang duduk di atas sofa ikut tertawa saat mendengar tawa Aria yang keras.

Marvella masih meratapi kekalahannya. "Ini sudah ketiga kalinya kamu mengacau."

"Aku memang sedang beraliansi dengan Aria. Tanya saja ke Saka kalau tidak percaya."

Aria tetap tertidur di atas karpet karena ia cukup lelah. "Aku selesai," kata Atha kepada Marvella. Hari ini keluarga besar mereka berkumpul di kediaman Iliona – termasuk Saka, Mario dan Chalondra yang memang sangat dekat dengan Atha dan Marvella.

"Rapikan mainannya, Atha."

Atha berdiri dan menarik tangan Aria agar gadis itu juga berdiri sepertinya. "Aku ingin ke toilet – tinggalkan saja disitu dan nanti aku bereskan sendiri. Aria, kamu mau es krim?"

Aria mengangguk dan membuat kucirannya juga bergoyang, membuat Atha tersenyum karena Aria terlihat sangat lucu. Ia kemudian menggandeng tangan Aria dan meninggalkan Marvella dan Saka di ruang keluarga di lantai dua.

Marvella hanya tersenyum geli saat melihat Aria – ia kemudian merapikan balok jenga yang tercecer. Saka berdiri dari duduknya dan ikut menundukkan badannya untuk membantu Marvella merapikan mainannya. Hanya ada ia dan Marvella yang ada di tempat itu – jadi ia bertanya kepada Marvella. "What is your dream?"

Marvella menaikkan alisnya karena pertanyaan Saka yang terlalu tiba-tiba. "Banyak, kalau aku sebutkan disini – kita akan terus membicarakannya sampai tengah malam."

"Cukup sebutkan salah satu."

"Aku ingin keliling dunia dengan bebas."

Saka merapikan balok-balok kayu yang sudah ia kumpulkan. "Terima kasih, Saka." Marvella kemudian meletakkan mainan itu beserta meja lipatnya dan mengambil sebuah jeruk untuk ia kupas.

"Do you want some?" Marvella mengulurkan jeruk yang sudah dikupasnya dan membagi jeruk itu menjadi dua bagian.

Saka menerima uluran itu, "Terima kasih"

" ..."

Sake menghembuskan napas panjang. "What do you think if we not talk to much when we in the same place? Pretend like don't have a relationship."

"Belum ada lima menit ketika kamu mengajak aku bicara, Saka."

Marvella menambahkan, "Aku meminta kamu untuk tidak khawatir ke aku tetapi tidak sampai melupakan kita yang berkomitmen, Saka. Apa yang aku lakukan sekarang – seperti memberi kamu jeruk ini – adalah hal kecil yang menunjukkan kepedulian aku sebagai istri kamu. Did that make other gossip when you and I were really close since childhood? Orang-orang hanya tahu kita sebagai adik-kakak karena kita sendiri yang memilih dan membuatnya seperti itu, Saka."

"Hal kecil lainnya seperti mendaftarkan pernikahan kita ke sipil kenapa tidak sekalian kamu bahas?" tanya Saka kepada Marvella.

"Karena kita tidak memerlukannya – you just need the marital status for yourself."

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang