Askari Tanuwidjaja tersenyum saat ia baru mendapat pesan dari sekretarisnya bahwa tunangannya, Nadine Faye akan datang ke ruangannya. Ia melempar pena yang ia pegang kearah meja yang ada didepannya dan berdiri menyambut tunangannya.
"Macet? How's your day?"
"Not bad," jawab Nadine sambil mengecup bibir Saka. Ia baru sampai di Jakarta setelah menyelesaikan pekerjaannya di Paris. "I miss you so much."
Saka tersenyum lebar dan memandangi bola mata hitam Nadine. Mereka berdua baru bertemu hari ini setelah tiga minggu Nadine berada di Paris untuk menjadi model Fashion Week. "Kamu mau kita berangkat sekarang? Aku akan meminta Marvella untuk bersiap."
Nadine mengiyakan kata-kata tunangannya dan memilih untuk duduk di sofa yang ada di ruangan Saka, sementara pria itu mengambil handphonenya dan menelepon Marvella.
"Sak – adik kamu, Marvella berangkat bersama kita?"
"Tidak." Saka kemudian mengambil jasnya setelah ia mematikan ponselnya. "Dia akan menyusul, shall we go?"
Nadine mengangguk. Dua puluh menit kemudian, keduanya sudah berada di dalam mobil Maserati milik Askari.
"Sayang," panggil Nadine ketika ia sudah duduk di kursinya sekembalinya dari toilet restoran. Ia menyadari ada sesuatu yang berbeda hari itu saat menatap Saka. "Janggut kamu kasar hari ini."
"Begitu?" tanya Saka pelan namun ia bisa memastikan Nadine bisa mendengarnya.
Sementara itu, Marvella kembali meneruskan fokusnya ke makanan. Ia berusaha mengacuhkan pasangan yang ada didepannya. Marvella menatap jus jeruknya yang sudah berkurang separuhnya.
"Marvella," panggil Nadine ketika main course datang. "Menurut kamu, kira-kira apa Kanianatha bisa membuatkan aku gaun tidak ya?" tanya Nadine kepada Marvella.
"I love her work. I will pay more, kalau dia mau."
"Kalian sudah menentukan tanggalnya?" tanya Marvella dengan tenang. Ia menyendok makanan ke mulutnya dan bergumam kagum karena rasanya yang enak.
"Tahun depan," jawab Nadine dengan yakin.
Gerakan tangan Marvella berhenti dan memandang pasangan yang ada didepannya. Saka kemudian menambahkan, "Kamu orang pertama yang tahu, El."
Marvella tersenyum, "Sama seperti saat kalian memberi tahu pertama kali ke aku tentang pertunangan kalian tiga tahun yang lalu?"
Nadine mengangguk. Ia kemudian kembali bertanya, "Jadi, menurut kamu Kanianatha bisa merancangkan gaun untukku?"
Marvella sedikit menaikkan alisnya, "Aku tidak yakin, Nad. Kanianatha terbiasa menentukan sendiri apa yang akan dia kerjakan dan tidak seorangpun yang bisa protes tentang itu, even Chalondra. Kenapa kamu tidak memakai Vera Wang? Atau Giambattista Valli? They have details on the dress that relate to the person wearing it and make it a special creation."
"Mamaku juga memintanya, Marvella. Tapi aku ingin sekali Kanianatha yang membuatnya. My dream wedding will be held one time in my life and I want all perfect. "
"Seingat aku, Atha hanya pernah membuat dua gaun hingga sekarang, Nad. Aku tidak tahu kenapa dia hanya membuat sebanyak itu. Are you sure - "
Nadine memotong kata-kata Marvella karena ia benar-benar menginginkannya. "Tentu saja aku yakin."
Marvella meringis pelan, ingatannya kembali berputar saat ia ada di ruang kerja Atha untuk melihat gaun pernikahan rancangan Atha yang kedua.
"Gue hanya bikin tiga. Yang ketiga akan menyusul. Soon. "
Marvella menyentuh pelan detail yang ada di bagian dada gaun itu. Sangat indah, pikirnya. "Aku tahu gaun yang kedua ini akan dipakai siapa. Tapi untuk siapa yang ketiga?"
"L, lo tidak berpura – pura lupa atau lo yang meminta gue untuk mengingatkan setiap hari, kan?" jawab Atha sambil memutar bola matanya.
Marvella menghembuskan napas panjang mendengarnya. "Kamu dan Chalondra akan menikah dengan pasangan yang kalian inginkan. It's different kalau menyangkut aku, karena kita sama-sama tahu kalau dia bukan pasanganku. Give that for someone who deserves better, Tha."
Atha menyandarkan punggungnya ke sofa yang ada disitu, ia membiarkan Marvella melihat setiap detail dari gaun yang akan dipakai Chalondra. "Tidak ada yang berhak daripada lo, Marvella. Gue akan tetap merancang tiga gaun, untuk kita bertiga. And I swear, if you buy bride dress elsewhere without my sight, I will burn it."
Tiba-tiba Saka menyela keduanya membuat Marvella tersentak dari pikirannya. "Aku akan menyampaikan ke Atha nanti."
Nadine tersenyum senang mendengar janji Saka. Terlalu senang hingga Nadine refleks mengecup pipi kanan Saka. Interaksi keduanya berhenti saat handphone Nadine yang diletakkan di samping meja bergetar, membuatnya pamit sebentar untuk menerima panggilan itu.
"Saka," panggil Marvella setelah melihat Nadine sudah pergi. "Kamu pasti tahu kalau Atha tidak akan mau. Kamu mengenal dia sangat baik, dan aku tidak paham kenapa kamu menjanjikan hal yang mustahil ke tunangan kamu. "
"Aku tahu, L."
Marvella berkata sekali lagi kepada pria yang sedang duduk didepannya itu. "Saka, tidak baik menjanjikan sesuatu ketika itu belum pasti."
"L," Saka memanggil nama Marvella dengan panggilan yang ia buat sejak mereka saling mengenal di sekolah.
Marvella berkata kepada Saka. "Mungkin kamu harus menjelaskan kepada Nadine."
"L, I know. Aku tahu berapa banyak Atha akan membuat gaun pernikahan dalam hidupnya. Aku juga tahu Atha pasti akan menolak permintaan Nadine."
"You sounds crazy. Sak, kamu pasti sudah tahu kalau Atha sudah membuat satu untuk dirinya sendiri, dan yang kedua untuk Chalondra." Marvella kemudian meneguk jus jeruknya. Ia sudah melepas blazer hitamnya, menyisakan kemeja putih dan rok span hitam.
"Yang ketiga untuk kamu," kata Saka sambil menegakkan punggungnya. Marvella kemudian membuang pandangannya ke makanan yang ada didepannya dan mengabaikan pria didepannya.
"Gaun ketiga, I know it's made for you. L, tolong lihat aku, please. Aku tahu kalau aku terdengar brengsek dan menyebalkan saat mengatakan ini. Maukah kamu menyerahkan gaun ketiganya untuk Nadine?"
"Sadar juga rupanya kalau kamu sangat menyebalkan."
___
KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.