"Lien Hannah."
"Nadine Faye," sahut Nadine sambil membalas jabatan tangan wanita didepannya dan memberikan senyuman terbaik yang ia punya – kepada Lien Hannah.
"Nice dress," Hannah balas tersenyum dengan wajahnya yang memerah dan secara terang-terangan menatap keseluruhan apa yang wanita itu pakai. Gaun putih yang menutupi perut besar Nadine dan gaun itu – bisa menunjukkan pesona alami seorang Nadine Faye.
Nadine yang baru pertama kali bertemu dengan Hannah hanya mengangguk. "You too."
Lien Hannah yang sedang membawa clutch-nya kemudian mengibaskan benda itu dengan gerakan tidak beraturan. Ia terus berjalan ke dalam rumah dimana banyak tamu disana dan pergi meninggalkan dua orang yang sebelumnya sedang bersamanya. Nadine kemudian menarik tangan Denya yang masih menatapnya dengan terkejut. "Sementara lo pergi mengantarnya selama tiga puluh menit kedepan – gue akan menunggu disini."
Denya yang masih terkejut dengan kedatangan Nadine di rumahnya menatap wanita itu tidak mengerti, "Aku tidak punya pikiran sama sekali untuk meninggalkan kamu disini, Nadine."
"Selesaikan urusan lo dengan dia – tonight is the last time you go out with any other women except me." Nadine menepuk jas yang sedang dipakai oleh Denya dan ia mengakui kalau sahabatnya terlihat sangat tampan. "Finish it before you and I go together to your parents for talk about our wedding, okay?"
"Kamu datang ke Singapura – rumah ini – dari Montreal, apa yang sebenarnya sedang kamu lakukan, Nad?"
"Menyusul kamu." Nadine membalasnya singkat dan ia menarik tangan Denya untuk ia genggam. "Aku tidak mau kamu menunggu lebih lama – aku jahat, ya?"
Denya semakin terkejut dengan kata-kata Nadine karena kedatangan wanita itu yang terlalu tiba-tiba dan tidak ia duga sama sekali. Namun hal yang ada di pikirannya justru kekhawatiran Nadine melihat apa yang mereka lakukan sebelumnya, "Aku dan Hannah tidak seperti yang kamu lihat, Nad. Dia mengajakku - "
"I don't care what I saw before," kata Nadine sambil menaikkan salah satu bahunya dengan acuh. Lima belas menit yang lalu saat ia tiba di rumah ini – rumah keluarga Saputra – hal yang ia temukan di area belakang rumah adalah orang yang menjadi alasan kepulangannya ke Singapura sedang dalam posisi berpelukan dengan Lien Hannah. "Gue percaya lo, Denya. Be gentleman this night dan antar dia pulang sebelum lo disamping gue malam ini. Paham dengan kata-kata gue?"
"Dia mabuk dan tidak seharusnya wanita pulang sendirian," lanjut Nadine mengungkapkan alasannya.
"Aku bisa memesankan taksi untuknya."
Nadine meletakkan jari telunjuknya di bibir pria itu untuk membuatnya diam. "Antar dia, Nya."
"I'll wait you," Nadine menaruh satu tangannya di bahu Denya. "With the baby, hanya tiga puluh menit waktu kamu Denya. Aku tidak kemana-mana dan hanya akan menunggu kamu disini."
Denya terpana pada setiap kata yang terucap dari Nadine dan ia mengangguk menyanggupi permintaan Nadine. Sementara itu setelah memastikan Denya menyusul Hannah yang mabuk dan pergi meninggalkannya sendirian di belakang rumah dimana hanya ada taman penuh bunga koleksi Nyonya Fiona – ibu Denya – Nadine kemudian masuk kedalam rumah lewat koridor lain yang justru memutar lebih jauh dari tempat yang sedang ia tuju. Ia terus berjalan ke dalam rumah, melewati koridor, hingga menemukan sebuah pintu berwarna cokelat yang tertutup. Nadine berhenti didepan pintu itu untuk menetralkan rasa gugupnya. Alasan ia meminta Denya mengantar Hannah yang tidak bisa menyetir selain karena khawatir dengan wanita itu adalah – pria yang ada didalam ruangan ini tidak ingin Denya tahu bahwa ia akan berbicara dengan Nadine di tengah pestanya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/203420781-288-k239992.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.