94 - Noventa Y Cuatro

10.1K 643 82
                                    

Raymond Wickham sedang duduk di mejanya bersama dua orang yang menemaninya malam ini, Aria tampak tenang memakan sendiri kuenya dan itu membuat Raymond tidak menyia-nyiakan waktu untuk berbicara dengan wanita yang berada di sampingnya. Ia berkata sesuatu kepada Marvella, "Why you is so different tonight?"

Marvella yang membiarkan rambutnya tergerai malam itu kemudian bertanya balik, "In good or not?"

"Sangat cantik, maksudku." Raymond menatap mata hitam Marvella dan tersenyum saat wanita itu tertawa kecil setelah mendengar kata-katanya. "Yeah, I know. Gombal sekali. Tapi aku tetap ingin mengatakannya kalau kamu dan segalanya tentang kamu membuat aku menyukai kamu."

Marvella tersipu, "Thanks."

"Kamu mau coba kueku?" tunjuk Raymond ke piringnya sendiri.

Marvella menatap kue yang masih ada di piringnya sendiri sebelum ia menggeleng ragu, "Aku sudah kenyang."

Sekarang atau nanti? Raymond merasa jantungnya berkali-kali bekerja lebih cepat malam itu saat sebuah pikiran untuk melamar Marvella kembali muncul di benaknya. Sekarang?

Raymond berkata dengan suara rendah untuk kedua kalinya kepada Marvella, "Marvella, I love you. Every part of you - "

"Excuse me." Sebuah suara menginterupsi mereka secara tiba-tiba dan membuat keduanya menoleh ke depan mereka dimana seorang pria dengan tuxedo hitam membawa dua piring di kedua tangannya dengan banyak kue diatas piring itu.

Raymond menaikkan sebelah alisnya kepada orang yang menganggu lamarannya, "Ya? May I help you?"

Aria yang sedang memakan kuenya juga menoleh dan sedikit meninggikan suaranya saat tahu siapa orang yang berada di sampingnya. "Kak Saka!"

Askari Tanuwidjaja – pria yang mengambil sebelas kue berbeda secara asal untuk memenuhi piringnya kemudian menoleh ke arah Aria dan tersenyum kepada gadis kecil itu, "Hi, little."

"Anda mengenalnya?" tanya Raymond Wickham dengan bingung kepada Saka saat melihat Aria sekarang tersenyum begitu lebar hingga melupakan makanannya.

"Yes, I know Aria well – sama seperti saya yang mengenal wanita disamping Anda karena ia sahabat saya. Hi, Marvella."

Marvella yang sejak awal diam saat tahu siapa yang menginterupsi pembicaraannya tersenyum dengan kaku dan membalas singkat, "Hi."

"Long time no see you," lanjut Saka dengan tenang.

Marvella mengangguk dengan ragu. "Hmm, ya."

Saka kemudian menatap Raymond yang masih memandangnya dengan tatapan tidak percaya, "May I sit here? Maaf jika menganggu kalian – tetapi melihat Aria disini secara kebetulan setelah cukup lama tidak bertemu – let me talk to this little girl."

Untuk apa? Marvella mengerutkan kening saat melihat Saka untuk pertama kalinya setelah satu tahun tidak bertemu sama sekali – setelah di sidang perceraian akhir mereka.

Sangat berbeda. Tampan. Sangat tampan. Itu masalahnya.

"Where is your table, Saka?" tanya Marvella pada akhirnya dengan nada yang tidak antusias. Ia berusaha menjaga ekspresinya tetap datar, "Aku yakin kamu mendapatkan meja bersama pasangan kamu malam ini – tidak ada dua kursi kalau kamu mengajak pasangan kamu kesini, hanya ada satu kursi."

Aria yang sebelumnya terlihat senang kemudian berhenti tersenyum dan mengerucutkan bibirnya secara spontan saat melihat tanda-tanda sepupunya tidak ingin berbagi meja. Sementara itu, Saka hanya tersenyum dan menjawab dengan begitu mudahnya, "I'm sure my partner can find another table. Dia cukup pengertian."

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang