Saka keluar dari kamar mandi setelah mengganti kemejanya yang kotor dengan piyama, ia baru saja selesai menyeka tubuhnya sendiri dengan handuk hangat. Tubuhnya terasa lengket setelah lima jam lebih berada di ruangan yang sama dan ia tidak bisa membiarkan hal itu menganggu waktu istirahatnya nanti. Bersamaan dengan ia yang keluar dari kamar mandi, ia mendengar suara ketukan dari luar pintu kamarnya dan mendengar suara, "Buburnya, Pak."
"Tidak saya kunci, Sha."
Pintu kamar itu membuka dan Latisha membawa masuk nampan berisi teh dan bubur yang sebelumnya diminta oleh Marvella – sebelum istri dari majikannya itu pergi keluar.
"Terima kasih," ucap Saka sebelum ia membiarkan Latisha pergi dari kamarnya. Menghabiskan sepuluh menit untuk Saka memakan separuh dari isi mangkuk – selera makannya benar-benar hilang saat bayangan istrinya sedang bersama Benedict tiba-tiba terlintas di pikiran.
Saka menggeser mangkuk itu dan membiarkannya – tidak ada niatan untuk menghabiskan makanan ini saat lidahnya tidak berfungsi begitu baik dan membuat rasa makanan menjadi sedikit hambar, jadi ia segera meminum obat penurun demam dan meminumnya dengan air putih hangat.
Kemudian apa?
Tentu saja ia harus tidur.
Saka berdiri dari kursi dan berpindah ke ranjangnya sendiri. Ia terbatuk saat menyibakkan selimut dan masuk ke dalamnya.
Kemudian apa? Bayangan Marvella yang sedang tertawa kembali memenuhi pikirannya.
Walau bangun untuk duduk tegak dari posisinya sekarang sangat susah, Saka berhati-hati untuk tidak kehilangan keseimbangan tubuhnya saat ia keluar dari selimut dan menapakkan kakinya ke lantai. Ia meletakkan ponselnya di atas meja dekat pintu dan ia harus mengambil benda itu untuk menghubungi seseorang.
"Mar - "
Mario yang berhasil menemukan tempat yang sedikit sepi untuk mengangkat telepon dari Saka kemudian menjawabnya, "What?"
"Hari ini Marvella datang ke pameran Benedict Canale dan aku tidak tahu dimana tempatnya - "
"Lo mau kesini?"
Kesini? Saka berniat bertanya lebih lanjut apa maksud dari ucapan Mario namun pria itu mendahuluinya, "Gue ada disini, Sak. Dengan Mama gue. This is UPP exhibition dan gue menemani Nyonya karena Benedict Canale adalah favoritnya."
"Did you meet her?" tanya Saka.
Mario mengedarkan pandangan ke seisi ruangan yang ramai oleh tamu lainnya. "Tidak – belum, gue bahkan tidak tahu kalau Marvella datang kesini."
Saka berdecak pelan karena ia kesal kepada dirinya sendiri, "Just send the address, Mar."
Setelah mendapatkan alamat pameran dari Mario – adiknya, kemudian ia menelepon sekretarisnya.
"Selamat malam, Sir."
"Darek, malam ini ada pameran fotografi dan fundraising party yang diadakan Universal Press di Jakarta. Saya ingin kesana dan bisa kamu urus akses agar saya bisa masuk ke acara itu?"
Darek yang saat itu sedang menikmati waktu santainya dengan menonton televisi kemudian segera mengambil Ipad di dekat tempat duduknya. Dimintai sesuatu oleh atasannya di luar kerja bukan hal yang baru lagi baginya. "Baik, Sir."
Saka mengangguk, "Terima kasih, Darek."
Saat Saka mengakhiri panggilan itu, ia mendapati panggilan tidak terjawab dari Mario. Pria itu mengirimnya sebuah pesan saat ia bertelepon dengan Darek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.