"Mama tidak pernah mendengar kabar Theo sekarang, Marvella. Bagaimana kabar kalian?"
"Kami bersahabat, Ma."
"Marvella Kathleen Tjahjadi. Mama sedang serius sekarang."
"Kata siapa aku tidak serius, Ma?" jawab Marvella kepada ibunya, Kandiya. Pagi ini, hanya dia dan ibunya yang sarapan bersama. Atha berangkat terlebih dahulu sejak jam enam, adiknya perlu mengurus sesuatu yang sangat mendadak di kantor dan ayahnya – Raphael Tjahjadi sedang berada di Sydney untuk proyek terbarunya.
"Kalau kalian berdua serius, seharusnya kita sedang membicarakan hubungan kalian ke tahap selanjutnya."
"Bukannya Mama memintaku untuk saling mengenal dengannya dan aku sudah melakukan apa yang Mama inginkan, pendekatan dengannya. Ma, Theo tidak berminat untuk memikirkan pernikahan – aku juga. Afterall, dia adalah teman yang menyenangkan untuk diajak berdiskusi."
"Mama memikirkan beberapa hal, Marvella."
"Seperti kapan aku menikah?"
Marvella melanjutkan, "Aku akan menikah ketika waktuku sudah tiba, Ma. Apa yang sedang Mama khawatirkan?"
"Tentu saja kamu, Marvella. Mama ingin kamu bahagia."
"Bahagia tidak hanya ditentukan dari pasangan, Mama. Aku tahu bagaimana maksudnya – Mama sangat peduli kepada aku. Tetapi sekarang aku tidak tertarik untuk menikah karena aku mempunyai impian. Sama seperti Atha yang bermimpi besar dengan label fashion – nya, aku juga mempunyai mimpi untuk bekerja dengan keras saat ini sehingga nanti ketika aku berada di perusahaan Papa aku bisa membuktikan bahwa aku layak, Mama."
"Lama – lama kamu terdengar seperti nenek kamu, Marvella."
"Karena aku memang cucunya, Ma. Siapa lagi kalau bukan aku?"
"Apa Theo baik?"
Marvella mengangguk. "Cukup menyenangkan dalam definisiku, Mama. Kadang aku ingin jujur kepadanya tentang kacamata kotak yang ia pakai – tidak cocok sama sekali menurutku. Terlihat tampan dan aneh dalam waktu yang bersamaan."
Kandiya menatap putrinya. "Sayang sekali, Marvella."
"Karena ekspetasi kalian kepada kami berlebihan?" tebak Marvella secara asal – asalan. Ia mengambil dua lembar roti dan mengisinya dengan selai cokelat.
"Karena Mama mengira kehadiran Theo dalam hidup kamu bisa menggantikan Saka."
____
Empat belas tahun yang lalu,
Sehabis jogging pagi, Phillip Tanuwidjaja akan duduk di teras depan rumahnya dan meluruskan kaki. Biasanya, Saka akan datang dan duduk disampingnya sambil membawakan minuman. Setelah itu ia akan berterima kasih dan selanjutnya mereka akan bertukar cerita. Namun pagi itu, Saka membawakan minuman untuknya dengan wajah datar.
"Kamu terlihat berbeda, Saka." Phillip menerima uluran botol minuman dari anaknya. "Tidak jadi pergi dengan Marvella? Bukannya klub anggar kamu akan dimulai dua jam lagi?" tanya Phillip dengan beruntun.
"Papa dengar dari Mama kalau kamu akan membawa Marvella ke klub anggar, kamu ingin mengajarinya?"
Saka mengalihkan pandangannya, "Pa, Marvella pergi ke klubnya dengan orang asing. Apa dia terlalu lugu? Bagaimana bisa ia pergi begitu saja dengan stranger?"
Phillip mengedikkan bahunya, walau ia tidak tahu kenapa pembicaraan mereka sekarang berubah membahas salah satu teman Saka. "Papa yakin Kanianatha tidak akan membiarkan Marvella pergi dengan orang asing."

KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.