Saka tidak berhenti tersenyum sejak ia sampai di kantornya, bahkan ketika selama sepuluh menit ia berada di lift khusus yang hanya bisa diakses oleh dirinya sebagai Chief Executive dari Chata Capital Corporation. Darek Iram yang menemaninya pagi itu hanya mengangguk maklum karena ia sudah biasa dengan perubahan sikap seorang Askari Tanuwidjaja. Michel yang sudah ada di mejanya menatap keheranan tingkah atasannya yang berjalan begitu santai dengan senyum yang terus mengembang.
Saka kembali mengingat dimana ia dan Marvella tidur bersama di kamar wanita itu. Pagi ini ia terbangun sesuai dengan apa yang ia inginkan – di samping Marvella.
"Aku mau tidur lagi," gumam Marvella saat ia dan Saka sama-sama terbangun karena alarm yang sudah berbunyi dua kali.
Saka tidak menjawab, ia yang baru membuka matanya hanya mengangguk tanpa suara dan mengangkat tangan kanan yang sebelumnya memeluk pinggang Marvella agar wanita itu bisa memunggunginya. Semalam mereka terlalu asyik membahas banyak hal sehingga mereka baru tidur saat jam menunjukkan angka satu. Berbeda dengan kamarnya yang remang-remang karena ia selalu menyalakan lampu tidur – Marvella terbiasa tidur dengan lampu yang dimatikan dan suasana kamar yang gelap, itu tidak membuatnya keberatan.
Satu jam kemudian Saka yang sudah berganti baju dengan setelan kerjanya kembali ke kamar Marvella untuk melihat keadaan wanita itu. Marvella masih tidur – penerbangannya ke Australia baru empat jam lagi. Saka duduk di pinggiran ranjang dan mengelus puncak kepala Marvella. "Hubungi aku kalau kamu sudah sampai, L."
"Hmm," gumam Marvella. "Nanti jangan lupa minum obat kamu," lanjut Marvella dengan gumamannya yang pelan.
Saka merendahkan punggungnya dan ia mengatakan ini sebelum melakukan apa yang sudah ada di pikirannya sejak ia bangun tadi, "One kiss, please."
Hanya suara nafas dan decakan mereka yang terdengar karena sekarang Saka mencium bibir Marvella dengan lembut, ia ingin membuat wanita itu terbangun dengan ciumannya. "S-stop." Marvella terengah-engah karena lumatan Saka membuatnya tidak bisa bernapas. Ia mendorong bahu Saka untuk menjauh darinya, "Kantukku jadi hilang, Saka."
Marvella menyipitkan mata dan ia sedikit menegakkan tubuhnya, "Kamu bilang hanya satu."
"Satu – tapi yang lama."
Mata Marvella sekarang membuka lebih lebar saat tahu gorden di kamarnya sudah dibuka oleh pria itu. Ia melihat awan menggantung di langit – menurut ramalan cuaca kemarin hari ini cuacanya cerah. Marvella kemudian melihat lebih jelas bagaimana penampilan pria yang didepannya yang selalu sempurna – sampai ia menyadari satu hal yang kurang dari penampilan Saka. "Mana dasi kamu, Sak?"
Saka mengangkat tangannya untuk memperlihatkan gulungan dasi yang belum dipakainya. "Nanti – biar Darek yang pasangkan."
"Come here," Marvella menengadahkan sebelah tangannya untuk meminta dasi itu. "Lucu saat membayangkan Darek memasangkan dasi ini ke kamu. Kamu tidak tahu caranya memakai dasi?"
"Tahu."
Marvella membuka kerah Saka dan meminta pria itu lebih merendahkan punggungnya agar ia bisa melingkarkan dasi itu ke kerahnya, "Then – why don't you wear it?"
"Agar kamu bisa memasangkannya ke aku."
Marvella tertawa kecil dan ia melihat senyum miring dari Saka. "Anak manja, sini. Kamu seperti anak kecil, Saka."
" ... "
"We're thirty one," kata Marvella setelah ia menarik ujung dasi dan membuat bentuk bagian depan dasinya lebih rapi.
"Memang itu yang aku lakukan untuk menarik perhatian kamu – kita baru bertemu dua hari lagi. See you in Wednesday, L," kata Saka sebelum ia mendaratkan kecupan terakhir di dahi Marvella dan berangkat menuju kantornya.
![](https://img.wattpad.com/cover/203420781-288-k239992.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
Chick-LitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.