68 - Sesenta Y Ocho

8.9K 749 66
                                    

Saka meletakkan ponselnya sendiri ke atas meja setelah Marvella memutuskan sepihak telepon mereka. "Oke, Darek – dengarkan saya."

Darek yang kebetulan sedang berada di ruangan yang sama dengan atasannya segera mendongakkkan kepala saat Saka memanggil namanya. "Ya, Sir?"

"Saya hanya akan menyelesaikan jadwal saya sampai meeting smart city dengan board member nanti, Darek – pastikan selesai tidak lebih dari jam enam. Minta Gita Putri untuk mengirimkan materi presentasinya sekarang karena saya ingin melihatnya."

Saka meletakkan bolpoin yang sebelumnya ia gunakan untuk menandatangani beberapa berkas. "Kedua, saya akan membatalkan kehadiran saya di perjamuan – kirim souvenir permintaan maaf dan saya akan menghubungi secara pribadi kepada Evania Thantawi setelah ini."

Darek mengerutkan kening karena apa yang diinginkan Saka terlalu tiba-tiba, itu bukan hal yang baru lagi. "Ya, Sir."

"Dan hari ini saya ingin pulang secepat yang saya bisa, Darek. Bisa kamu estimasikan?"

"Uhm," Darek berdeham pelan dan membaca cepat jadwal Saka. "Enam sore, Sir?"

Saka mengangguk puas dan meraih telepon di atas mejanya untuk meminta Michel datang ke ruangan ini sambil membawa laporan yang perlu ia tanda tangani. "Terima kasih, Darek."

Askari Tanuwidjaja : Hari ini aku pulang cepat.

Marvella Tanuwidjaja : Aku tetap pulang sama temanku, kamu mau makan apa?

Askari Tanuwidjaja : Apa saja.

Marvella Tanuwidjaja : See you at home.

Enam jam kemudian saat Saka sampai di rumahnya sendiri ia terheran karena tidak ada Latisha yang biasa membukakan pintu rumah untuknya. Ia segera pulang setelah menyelesaikan rapat tentang pengembangan smart city yang ada di Tangerang dan membuat semua peserta rapat itu – sembilan board member terheran-heran dengan sikap Askari Tanuwidjaja yang terburu-buru.

"Marvella."

"Marvella."

Saka yang sudah melewati foyer dan ruang tamu kemudian melangkah ke dapur karena ia mendengar suara orang memasak. Ia mendapati Marvella yang memunggunginya – wanita itu terlihat kerepotan sambil memegang spatula kayu.

Sekali lagi ia memanggil nama wanita itu, "Marvella."

"Oh, Hi." Marvella yang baru mendengar panggilan Saka kemudian mengangkat tangannya dan berbalik lagi. "Baru pulang?"

"Latisha mana?"

Marvella yang belum mengganti baju kerjanya dan hanya memakai apron agar minyak tidak terkena kemeja putihnya menoleh sekilas karena kehadiran Saka. "Libur untuk malam ini supaya kita bisa makan malam dengan tenang."

Saka melepas dasinya sendiri dan menggulung benda itu dengan cepat sebelum ia masukkan ke kantong celananya, "Hari ini kamu yang memasak?"

"Well, no. Aku hanya memanaskan makanan yang sudah dibuat Latisha."

Marvella mengambil sebuah piring untuk memindahkan tumisan yang sudah selesai dipanaskan. "Help me with this one daripada kamu hanya berdiri, Saka."

Saka yang sebelumnya sudah menaruh jasnya di kursi kemudian melipat lengan kemeja hingga sikunya terlihat. Ia berdiri disamping Marvella dan menuruti setiap perintah wanita itu.

"Taruh di meja sana."

"Taruh ini juga."

Marvella mengeluarkan udang yang sedang dimasak dengan air fryer dan membalik udang-udang itu sebelum ia memasukkannya lagi kedalam air fryer untuk delapan menit kedepan. "Kata Latisha ada puding di kulkas – ambil itu juga."

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang