"Lalu?" tanya Saka sambil memindahkan tangannya untuk menopang kepalanya sendiri sambil terus mendengarkan cerita Marvella.
"Aku marahi dia dua menit, Saka. Dua menit untuk dua hari aku lembur karena mengerjakan laporan itu - lucu sekali. Akhirnya aku cetak ulang, dan sampai sekarang Adrian tidak berani dekat-dekat dengan mejaku. Ceroboh sekali dia."
Saka yang sedang mendengarkan Marvella bercerita kemudian tertawa hingga membuat wanita dalam dekapannya berhenti berbicara. "Lucu?"
Saka mengangguk, "Lucu."
Marvella ikut tertawa bersama Saka, ia memutar kembali bayangan Adrian yang dulu pernah menumpahkan air di laporan penting yang sudah ditunggu oleh atasannya. "Sekarang kalau dia menggosipkan kamu - I always warn him to do it at another table, asal tidak di mejaku."
"Kenapa?"
Marvella menatap dada telanjang Saka yang berada didepannya persis. Pagi ini mereka berdua bangun di ranjang yang sama dan karena ini adalah hari libur, tidak ada dari mereka berdua yang memiliki niatan untuk bangun membersihkan diri setelah apa yang mereka lakukan bersama tadi malam. Marvella sendiri sedang bercerita kepada Saka tentang orang-orang di divisinya, dan pria itu mendengarkan semua ceritanya dengan tenang. "Karena kadang-kadang rumornya sangat lucu, Sak. Daripada aku spontan tertawa, kan lebih baik aku tetap duduk di mejaku dan mendengarkan ceritanya dari sana - suara Adrian itu keras, loh."
Saka mengangguk kecil, "Hmm, I see. Perlu aku pecat karena dia sering bergosip?"
"You can't fire him," kata Marvella sambil menarik wajah Saka dan mencium rahangnya, membuat mata pria itu terpejam untuk beberapa saat.
Saka kembali membuka matanya, "Aku bisa melakukan apa yang aku mau."
"Adrian Radmiro bisa bekerja dengan waktu yang relatif singkat daripada staff yang lain dan hasilnya tetap bagus.You can't fire him hanya karena dia sering membicarakan kamu," kata Marvella menjelaskan alasannya sambil menggeleng.
"Tapi aku sekarang cemburu, L."
Saka menarik pinggang Marvella lebih mendekat kepadanya dan itu membuat Marvella mendongak agar bisa menatap wajahnya. "Kenapa?"
Saka mengecup bibir Marvella. "We're totally naked here after our last night of making love dan kamu pagi ini membahas pria lain di ranjangku."
Marvella yang masih terkejut dengan ciuman Saka yang tiba-tiba kemudian mengambil tangan Saka yang berada di pinggangnya dan menggenggam tangan pria itu. "You know what, kamu tidak perlu cemburu."
Tentu saja ia berani. "Karena hanya dengan kamu aku bisa melakukan ini," Marvella yang sedang berbaring kemudian mengubah posisinya menjadi berada di atas tubuh pria itu dan membuat Saka bisa melihat ia yang sedang memasukkan jarinya sendiri ke dalam mulutnya. "We can do this all the time, it's Saturday."
Saka tersenyum melihat Marvella yang begitu berbeda dan perlahan-lahan ia bisa merasakan kalau dirinya juga bergairah. "Dan sarapannya? Aku ingin makan."
Tangan Marvella kini bertumpu pada perut Saka, ia menyentuh otot perut pria itu. "Aku siapkan sarapannya nanti karena kemarin kamu meminta Latisha pulang - kenapa kamu tidak memakan aku saja?"
Marvella menurunkan tubuhnya dan mempertemukan bibir mereka sebelum akhirnya ia mencium Saka dengan penuh gairah. Saka memegang pinggang Marvella dan ia bertanya, "Astaga, siapa yang mengajari kamu, Marvella?"
"Aku belajar dari pria yang sok posesif dan pemarah yang sekarang ada di bawahku."
____
Tiga jam kemudian Saka membuka matanya dan mengerutkan dahi karena kamarnya yang masih gelap karena gorden di kamarnya belum dibuka- ia tidak sadar tertidur setelah sesi pagi dengan Marvella dan lagi-lagi ia mengerutkan dahinya saat ia sendirian di kamarnya. Di ranjang besarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.