Satu-satunya hal yang menarik perhatian Marvella Tjahjadi setelah ia menamatkan buku yang sedang ia baca adalah ponselnya yang terus berbunyi karena pesan dari Adrian, rekan kerjanya. Ia membaca pesan itu dengan cepat dan hampir melempar ponselnya ke pangkuannya. "Ya Tuhan, bahkan setelah ini Karissa akan memintaku untuk menemaninya lagi dan membuat laporan yang sudah diberikan ke aku."
Marvella melirik ke sebelah kirinya, Askari Tanuwidjaja masih mengerjakan sesuatu di laptopnya sejak tiga jam yang lalu. "Tetapi betapa beruntungnya menjadi aku, tidak harus membawa pekerjaan sampai ke pesawat."
Saka yang sadar bahwa Marvella sedang membicarakannya hanya menatap sekilas ke Marvella. "Just do what you want on my plane, tapi jangan ganggu aku."
Hanya membutuhkan satu minggu untuk Saka menyiapkan semuanya – pernikahannya dengan Marvella yang akan mereka lakukan di Boston. Ia dan wanita itu sedang berada di pesawat pribadinya, tidak ada yang tahu rencana mereka berdua selain Darek yang memang harus menemani Saka di setiap kegiatannya.
"Tidur lebih menyenangkan daripada menganggu kamu."
Saka yang masih mengerjakan beberapa hal sebelum ia melakukan teleconference – Darek sedang menyiapkan teleconference untuknya dengan para direktur untuk membahas tambang batu bara di Victoria, Australia – hanya menanggapi sekilas Marvella. "Hmm, thanks God for that. You can use that bed in my room instead of sleeping in front of me."
Marvella menggeleng. Ia sudah meminta pramugari di pesawat ini untuk memberinya beberapa selimut dan ia tidak ingin berpindah tempat. Marvella mengambil snack bar setumpuk yang ada di atas meja. "Aku ingin menonton lagi. Apa kamu terganggu kalau aku tidur disini? I haven't bothered you since this plane took off."
"Jangan tidur disitu, Marvella."
Marvella membuka snack bar yang kedua. "Justru aku disini untuk menemani kamu, Sak. Just let me stay in here, dan hanya sesekali melihat kamu jika aku ingin. Deal?"
"Aku tidak mau."
"You can talk to yourself, Saka. Stop debating now cause I want to see my soulmate – Chris Evans and his holy six-pack," kata Marvella sambil menempelkan Air-Pods miliknya.
Marvella mengatakan sesuatu sebelum ia benar – benar memutar filmnya. "Jangan cemburu ya, Saka."
Konyol. Saka tidak membalas Marvella, lebih baik ia benar-benar melanjutkan pekerjaannya.
Sepuluh menit berlalu, Saka meletakkan laptopnya ke atas meja karena ia tidak dapat berkonsentrasi saat membaca dua ratus halaman dokumen finansial terbaru yang baru diberikan Darek melalui emailnya mengenai Chata Investama. Ia melirik ke arah Marvella dan wanita itu masih asyik membuka snack bar miliknya yang entah sudah keberapa. Bungkus snack bar itu menumpuk di atas selimut yang sedang dipakai Marvella.
I have it and it's better than your Evans. Saka meneguk kopinya hingga habis dan sedikit menaruh cangkirnya lebih keras – hingga dua pramugari yang kebetulan sedang akan menambah stok snack bar milik Marvella menjadi terkejut, semuanya – kecuali Marvella.
Salah satu pramugari mendekati Saka. "Anda ingin menambah kopinya, Sir?"
"Tidak," jawab Saka dengan singkat dan datar. Sangat datar hingga membuat pramugari itu mengangguk gugup dan segera pergi dari hadapannya.
Dua puluh menit berlalu, Saka mendesah kesal karena ia gagal fokus untuk ketiga kalinya setelah berkali-kali melirik Marvella yang terlihat menahan seruannya saat melihat Chris Evans mengucapkan dialongnya. Ia mendengar lirihan pelan dari wanita itu, "Aww..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.