34 - Treinta Y Cuatro

10.3K 839 25
                                    

Marvella berjalan dengan cepat saat ia keluar dari ruangan divisinya – tidak hanya dirinya yang lembur hari ini, ia bisa melihat beberapa ruangan masih menyala dengan beberapa orang lain yang juga lembur sepertinya. Namun tidak semua lampu di koridor dinyalakan, jadi pencahayaan di lorong koridor tidak seterang di dalam ruangan. Jantung Marvella berdegup kencang saat ia menyadari hanya dirinya seorang yang berjalan di koridor, ia melangkah lebih cepat bahkan saat menyapa singkat seorang satpam yang kebetulan sedang melakukan shift malamnya.

Marvella meremas tangannya sendiri saat ia merasakan hawa dingin di koridor – sama seperti yang ia rasakan saat lembur kemarin. Ia hampir berlari dan tidak memedulikan suara heels-nya yang bergema saat beradu dengan lantai kantor. Marvella sedikit lega saat ia sampai di ujung koridor, ia hanya butuh berbelok ke kanan untuk sampai di lift. Tetapi ia hampir berteriak saat ia menabrak seseorang yang muncul tiba-tiba dari persimpangan itu.

Marvella mengusap keningnya yang beradu dengan tubuh orang itu. Ia sedikit membungkukkan badannya, "Maaf - "

"Marvella, ini aku."

Saka terkekeh melihat Marvella yang sekarang menatapnya horor. "This is so funny, why are you scared?"

Marvella mendongakkan kepalanya dan ia langsung merangkul lengan Saka dengan cepat. "Tidak lucu, Sak."

"Kamu berteriak sendiri, Marvella. Siapapun yang melihat kamu barusan akan tertawa."

Marvella kemudian menempelkan hidungnya yang sekarang sedikit ngilu ke lengan jas Saka. "Hidungku sakit, Saka. Jas yang kamu pakai itu dari besi atau kamu pakai pelindung anti peluru?"

Satpam yang berjaga terlihat berjalan cepat ke arah mereka, Saka yang melihat satpam itu menahan tawanya. "Kamu membuat satpamnya berlari kesini karena teriakan kamu Marvella."

"Saya baik-baik saja, Pak. Hanya kaget," kata Marvella setelah satpam itu menghampirinya. "Maaf karena mengganggu Bapak."

Satpam itu mengangguk kecil sebelum ia mengerutkan keningnya ketika Marvella dan Saka bertengkar seperti anak kecil. "Hati-hati Mbak."

Saka membiarkan Marvella mengusap kasar lengan jasnya kepada hidung wanita itu. "Ini akibatnya kalau kamu terlalu banyak menonton action dan horror, Marvella. Kamu sudah selesai lemburnya? Aku menunggu kamu."

"Kamu menunggu aku?" tanya Marvella tidak percaya. "Darimana kamu tahu kalau aku lembur?"

"Aku datang ke ruangan kamu tadi. Sudah selesai lemburnya?"

"Sudah, ayo cepat turun." Marvella berjalan mendahului Saka sambil tetap membawa lengan pria itu – ia terlihat seperti sedang menyeret Saka. Satu-satunya hal yang ia inginkan saat ini adalah keluar dari kantor ini, ia melupakan keinginan lainnya – seperti mempertanyakan kenapa Saka menunggunya selesai bekerja.

"Kita pulang dan bisa kamu melepaskan tanganku?"

Marvella menekan tombol lift. "Shut up, please. Just go and I'll take this off when I get in the car."

Keduanya masuk ke dalam lift dan Saka memencet tombol lift menuju ke parkiran basement. Suasana hening mendominasi diantara mereka sebelum akhinya Saka bersandar ke dinding lift. "Aku lapar."

"Aku juga. Ayam bakar?"

Saka hanya mengangguk – ia cukup lelah dan lapar setelah menunggu Marvella menyelesaikan pekerjaannya, sementara Darek sudah pulang sejak jam enam sore tadi. "Kamu bawa mobil?"

"Kamu bisa ikut ke mobilku," kata Marvella. Saka hanya mengangguk dan menuruti permintaan Marvella karena ia tahu wanita itu masih syok karena kedatangannya.

Empat puluh menit kemudian keduanya sudah duduk di sebuah warung tenda yang menjual ayam bakar. Marvella melipat kedua tangannya diatas meja dan menumpukan kepalanya diatas tangan sembari menunggu pesanan mereka datang.

"Aku capek."

"Me too."

"Terima kasih sudah menunggu, Saka."

Saka menyilangkan kedua tangannya. "Lain kali jangan lembur, Marvella."

"Proyek sedang banyak dan aku harus memastikan kursi manager ditanganku, Saka."

Marvella melanjutkan, "Karissa memanggilku pagi tadi dan dia sudah membuat surat rekomendasinya kepada HRD – setidaknya sainganku hanya satu, Angela."

Marvella kemudian teringat sesuatu, "Kapan kamu ke ruanganku?"

"Jam enam tadi dan aku lihat kamu tidak ada di meja kamu. Staff lain bilang malam ini kamu lembur. Jadi aku menunggu kamu – jam sembilan adalah toleransiku dan tadi aku berniat menjemput kamu."

"Kenapa kamu menunggu aku lembur? Darek juga tidak menemani kamu, kan?"

"Karena kita perlu bicara beberapa hal." Saka yang sudah melepas jasnya dan menyisakan kemeja putih membiarkan jasnya dipakai Marvella untuk menjadi alas kepalanya diatas meja. "Seperti kapan kamu memindahkan barang-barangmu?"

"Memang harus ya, Sak?"

...

"Kan tidak ada yang tahu tentang pernikahan ini kecuali pengacara kita dan Darek – aku sendiri juga memastikan orangtua kita tidak mengetahuinya."

Dua porsi ayam bakar pesanan mereka datang. Saka menunggu sampai penjual warung itu selesai meletakkan piring didepan mereka dan membuat Saka berpikir betapa lucu untuk dirinya sendiri dan Marvella karena membicarakan hal ini di warung tenda pinggir jalan. "Tetapi status kamu sekarang adalah istriku, Marvella. Aku sedang bertanggung jawab – setidaknya kita harus dalam atap yang sama."

"Untuk tidur bersama?" tanya Marvella sebelum ia menggigit dada ayam pesanannya.

"Bukan." Saka menggeram kesal saat mendengar jawaban Marvella. "Karena aku pria yang bertanggung jawab, Marvella."

"Tetapi tidak perlu sampai aku pindah ke rumah kamu, kan?"

Saka mengangkat alisnya. "Kamu menghindari aku, Marvella?"

"Kenapa aku harus menghindari kamu?" tanya Marvella dengan heran.

"Karena sejak kita pulang dari Amerika seminggu lalu sampai satu jam yang lalu kalau bukan aku yang menunggu kamu selesai lembur – kita tidak bertemu."

...

"Mungkin karena kita sibuk Saka." Marvella mengambil kulit ayam kesukaannya di piring Saka dan pria itu tidak terlihat keberatan saat Marvella mengambil makanannya. "Aku tidak melupakan janji aku, janji kita, ataupun hal yang lainnya. Kenapa kamu khawatir?"

Untuk apa aku khawatir? "Benar juga, seharusnya aku tidak perlu mencari kamu atau menunggu kamu lembur malam ini ya, L?"

Marvella mengangguk dan mengalihkan pembicaraan mereka. "Kita bisa bertemu seminggu sekali atau beberapa hari sekali kalau seminggu terlalu lama."

Saka hanya mengangguk singkat dan kembali ke makanannya. Bahkan saat Saka membayar makanan mereka – pria itu langsung duduk di kursi kemudi mobil Marvella dan tidak berbicara sepatah katapun.

Satu-satunya yang Marvella katakan kepada Saka sebelum pria itu turun dari mobil dan masuk ke rumahnya adalah ia ingin mengingatkan pria itu untuk datang ke acara keluarga besok di rumah Iliona.

"Sampai jumpa besok, Saka."

___

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang