"Kamu yang pulang atau jasnya yang kesana?" tanya Nadine setelah Saka mengangkat telepon darinya. Ia sedang berada di kamarnya setelah lebih dari delapan jam tertidur. Kemarin malam ia sampai di rumah setelah kembali dari Sorsogon –salah satu provinsi di Filipina, untuk syuting film terbarunya. Hal pertama yang ia ingat adalah menelepon tunangannya, Saka yang sedang berada di Australia sejak satu minggu yang lalu, setelah ia mendapat konfirmasi dari Brioni untuk tuxedo yang dipesan oleh Saka.
"Hmm, wait a minute, Babe."
"Dua menit waktu untuk kamu, Saka."
Saka mengangguk walau ia tahu Nadine tidak bisa melihatnya. Ia kemudian memanggil sekretarisnya yang sedang duduk di depan mejanya. "Darek."
"Ya, Sir?"
Saka menjauhkan ponsel dari telinganya. "Apa jadwal saya untuk dua hari lagi?"
"Anda harus meninjau lokasi tambang, Sir." Darek kembali mengetik sesuatu di Ipad. "Saya sudah menyiapkan mobil karena perjalanannya hanya memakan waktu satu jam. Atau Anda ingin helicopter?"
"Mobil, Darek."
"Kunjungan selama dua hari di tambang bersama para investor. Dan Phillip Tanuwidjaja meminta saya untuk menjadwalkan kunjungan Anda ke mess pekerja dan otoritas daerah setempat," lanjut Darek. "Kecuali tunangan Anda yang ke Australia, Anda tidak dapat pergi, Sir."
Saka menggeleng, "Nadine baru saja selesai syuting dan dia mengeluh sakit dalam beberapa hari ini, Darek."
Sementara itu, sembari menunggu jawaban Saka, Nadine turun dari ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Saka kembali berbicara kepada Nadine setelah mendengar penjelasan Darek. "Apa kamu marah kalau aku meminta pakaian itu yang kesini?"
"Kenapa aku harus marah? Aku bisa memesankan tiket agar mereka bisa melakukan fitting disana daripada kamu yang harus ke Italia."
"Karena kamu seharusnya bisa melihatku dengan benda itu."
"Tuxedo," ralat Nadine. "Aku akan meminta Darek untuk mengambil foto yang banyak."
Nadine berdecak pelan saat ia tidak menemukan sikat gigi miliknya. Ia kemudian membuka lemari yang ada dibawah wastafel dan mencari stok sikat gigi baru yang tersimpan disana. Saat ia mengambil benda yang ia cari, matanya tertuju pada satu hal. Sebuah kotak biru yang bertumpuk dibelakang sikat gigi. Nadine mengaktifkan fitur loudspeaker dan meletakan ponselnya di meja terdekat tempatnya berdiri. "Benar juga, ada Darek. Biar Darek yang mengurus kedatangan mereka disini."
" ... "
"Nad?"
"Nadine, kamu masih disana?"
Nadine mengambil benda itu dan berdiri dengan tegak walau kebingungan masih menyelimutinya. "Uhm – masih."
Ia membawa benda itu ke atas wastafel dan menghitung sisa benda itu yang masih ada di dalam rak. "Aku akan mengirimkan pesannya untuk mengantar tuxedo itu agar bisa kamu pakai hari ini, Saka. Sore ini kamu sudah dirumah?"
"Aku baru pulang nanti malam."
Nadine menghela napas panjang saat ia menyadari ada kejanggalan dengan kotak biru itu. "Kalau begitu, lusa aku harus sudah melihat fotonya."
"Aku akan mengirim sendiri foto itu agar kamu menjadi orang yang melihatnya," ucap Saka kepada tunangannya. Ia kemudian teringat kepada keluhan Nadine selama satu minggu terakhir. "Kamu sudah sembuh?"
....
Tidak mungkin. "A - aku akan ke dokter nanti."
"Maag kamu mungkin kambuh lagi, Nadine."

KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
Chick-LitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.