Saka membuka matanya dan sementara ia sedang membiasakan matanya dengan kegelapan – ia menatap jauh langit-langit kamar yang terasa asing dimatanya. Dimana ia sekarang? pikirnya saat ia mulai mencium aroma cokelat yang khas memenuhi pikirannya.
Kamar itu gelap gulita sementara Saka selalu ingat ketika ia tidur selalu menyalakan lampu kecil yang ada di kepala ranjang. Ia sibuk mengingat-ingat apa yang sedang ia lakukan di kamar yang asing baginya saat ia juga menyadari seorang wanita tidur disampingnya – membelakanginya.
Saka kemudian sedikit menegakkan tubuhnya untuk menyalakan lampu tidur yang ada di samping ranjang mereka. Ia menatap ke arah luar jendela yang rapat tertutup saat lampu itu menyala dan memberikan penerangan remang sehingga ia bisa melihat kamar Marvella yang jarang ia masuki.
Saka terkejut saat tiba-tiba Marvella bergerak dari tidurnya dan ia bisa melihat kerutan di kening wanita itu. Susah payah Marvella mengumpulkan suaranya, "Jam berapa ini?"
Saka menoleh ke meja nakas dimana ada jam digital disana. "Lima."
"Hmm, aku mau tidur lagi," gumam Marvella masih dengan mata terpejam.
Saka membiarkan Marvella sekarang menggunakan tangannya sebagai bantal. "Silahkan."
Ia menopang kepalanya dengan satu tangan dan menatap langit-langit kamar, sudah berapa lama ia tidak bermimpi buruk? Beberapa jam yang lalu sejak kegiatan yang menguras tenaga mereka, ia tertidur dan tidak bermimpi apa-apa – itu membuatnya lega. Saka memiringkan badannya menghadap Marvella yang sudah kembali tidur. Rasa kantuknya sudah hilang tapi ia enggan bangun dari ranjang ini, jadi ia menggunakan sebelah tangannya yang bebas untuk mengusap kepala Marvella.
Ia menyingkirkan anak rambut wanita itu dan terus memandanginya. Hanya satu yang ia lakukan selama empat puluh menit kedepan di ranjang itu dengan Marvella yang ada disampingnya – ia memikirkan jenis hubungan apa yang akan mereka jalani kedepannya sambil menatap wanita disampingnya yang tertidur.
Marvella menggeliat pelan dan saat ia membuka matanya hal pertama yang ia lihat ada tubuh Saka yang tepat didepannya. "Jam?"
Saka tidak menghentikan kegiatannya, mengelus kepala wanita itu. "Enam kurang lima."
Marvella berusaha mengumpulkan kesadarannya – ia ingat ini hari Senin dan ia harus bekerja. "I need to sleep more tapi gara-gara kamu semalam terus melakukannya - "
Saka tersenyum melihat wajah Marvella yang memerah. "Are you okay?"
Marvella mengernyit saat ia merasakan tidak nyaman di tubuh bagian bawahnya. "I'm fine," kata Marvella setelah beberapa saat sebelum ia meregangkan tubuhnya.
Saka tahu wanita disampingnya sedang menahan sesuatu yang tidak nyaman. "Sakit, L? Aku akan mengisi bathub agar kamu bisa berendam disana."
"Aku bisa siapkan sendiri," Marvella menaikkan selimut yang sedang mereka pakai untuk lebih menutupi tubuhnya yang telanjang. "Jangan lihat, Saka. Aku malu."
"Marvella," panggil Saka dengan sabar karena saat melihat wajah Marvella yang memerah ia berusaha untuk tidak tertawa. "Tapi sekarang kamu yang sedang di atas lenganku."
Marvella sedikit mengangkat kepalanya dan ia baru menyadari apa maksud dari Saka. Ia menggeser kepalanya, "Oh, maaf. Lengan kamu kram tidak?"
"Tidak."
Saka berdeham, "Apa semalam aku menyakiti kamu, L?"
"Tidak – memang akunya saja yang tidak terbiasa," kata Marvella dengan wajah memerah. Saka menarik pinggang Marvella dengan sebelah tangannya yang bebas dan ia mengatakan ini sambil menatap wajah Marvella, "Aku perlu memastikan kalau kamu baik-baik saja, L. Ini bukan tentang kamu yang pertama kali melakukannya, tapi ini tentang aku yang ingin kamu juga puas dengan apa yang kita lakukan dan aku sedang memastikan apa kamu baik-baik saja setelah semalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.