Marvella membuka matanya dan ia melihat langit-langit kamar yang berwarna putih dengan lampu kamar yang selalu ia matikan sebelum tidur. Ia meraba-raba ranjangnya – mencari keberadaan ponsel. Butuh waktu beberapa lama untuknya menyadari kalau semalam ia meninggalkan tas tangannya di dapur. Marvella kemudian mengangkat kepalanya untuk melirik jam yang ada diatas nakas dan menyadari ia bangun terlambat hari ini – jam sembilan pagi.
Marvella menarik napas panjang – sekali lagi, ada bau chypre yang bercampur dengan aroma cokelat dari kamar ini.
Ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat kembali mengingat saat sebelas jam yang lalu ia dan Saka ada di kamar ini. Semalam Saka menciumnya dengan cara yang tidak pernah ia duga, dan mereka selesai melakukannya saat jam menunjukkan angka dua belas. Pria itu membuat jantungnya berdebar sepanjang malam dan membuatnya baru memejamkan mata saat jam dua pagi. Saka menepati janjinya – mengajari bagaimana cara berciuman untuknya.
Marvella kemudian menarik selimutnya dan memutuskan untuk segera bangun. Ia mencuci mukanya dengan cepat, mengganti piyamanya, dan segera turun ke ruang makan karena ia berpikir sarapan sudah lewat dan pria itu – Saka pasti sudah sarapan.
Marvella berjalan melewati ruang keluarga lantai satu dan ia melihat sosok Latisha yang sedang menyiapkan makanan di dapur, "Pagi."
"Pagi, Mbak."
"Semalam tas saya ketinggalan disini, Latisha. Dimana tas saya?"
Latisha meninggalkan pekerjannya dan berjalan ke arah ruang makan. "Disini, Mbak. Saya pindah karena Bapak memintanya."
Marvella tidak dapat menahan keterkejutannya saat melihat Saka duduk di kursi meja makan. "Aku bukan hantu, Marvella. Kenapa kamu melihatku seolah-olah aku hantu?" kata Saka karena ia sedikit tersinggung.
Marvella membiarkan Latisha meletakkan teh yang biasa ia minum di pagi hari. "Kalau kamu hantu, kamu adalah hantu pemarah."
"Ini hari Sabtu," gumam Marvella saat menarik kursi disebelah Saka.
Saka yang hari itu memakai kaus putih dan training abu-abu menyesap kopinya, "Kemarin hari Jumat."
Marvella mengambil tas yang ia cari dan membuka layar ponselnya. Ia bahkan tidak menyentuh teh yang sudah dibuat Latisha untuknya.
"Apa warna jas kamu nanti malam?" tanya Marvella setelah beberapa saat hanya memainkan ponselnya.
"Tuxedo hitam."
Marvella menganggukkan kepalanya dengan cepat. Ia kemudian mengulurkan tangannya untuk mengambil roti – tetapi tangannya menyenggol cangkir kopi milik Saka dan hampir membuat cangkir itu jatuh.
"Ups," Marvella mengangkat kepalanya dan menatap Saka. "Maaf," kata Marvella sambil mengambil roti tawar itu dan mengoleskannya dengan selai cokelat.
"Kopiku panas, Marvella."
Marvella menggigit rotinya. "Hmm. Maaf, aku tidak sengaja."
Saka mengangkat alisnya. "Buru-buru?"
"Aku harus membeli gaun untuk pesta nanti, Saka. Seminggu ini kamu membuatku repot sampai aku belum menyiapkan apa yang harus kupakai nanti malam."
"Aku berangkat lebih pagi, kenapa kamu yang repot? Aku yang repot, Marvella."
Marvella berdiri sambil membawa tas tangannya. "Let's not debate this morning. Aku repot karena – menyiapkan bekal yang selalu kamu makan seminggu ini. See you in evening – dengan jas kamu."
___
Marvella tidak menunggu Mali – sopir mereka untuk membukakan pintu di sebelah kanannya. Ia memilih membuka pintu itu sendiri dan berjalan lebih cepat ke arah Saka yang sudah berjalan terlebih dahulu. Keduanya naik lift dari basement itu dan saat akan memasuki ballroom dimana pesta ulang tahun Iliona diadakan, Marvella menarik tangan Saka untuk membuat pria itu berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.