Satu hal yang Saka rasakan ketika ia keluar dari ruangan meeting di salah satu gedung anak perusahaan TJ Group adalah lehernya yang terasa kaku dan rasa pegal yang menjalar di badannya ditambah dengan pusing yang tidak berkurang sejak satu jam yang lalu. Ia baru saja menyelesaikan satu-satunya agenda pekerjaan di hari Sabtu ini, yaitu meeting dengan jajaran direksi Chata Investama – sementara ia langsung menuju mobilnya yang disupiri Pak Mali, Darek sudah menuju mobilnya sendiri seusai berpamitan kepadanya.
Mali yang kebetulan membuka pintu untuk majikannya menyadari ada sesuatu yang tidak biasa terjadi kepada Saka. "Bapak baik-baik saja?"
Saka memijit keningnya dengan dua jari, "Saya pusing, Pak Mali."
Mali tidak menutup pintu penumpang itu, melainkan melongok ke dalam. "Mau ke rumah sakit, Pak?"
"Pulang ke rumah saja – mungkin saya yang terlalu lelah."
Memerlukan waktu satu jam untuk perjalanannya pulang, Saka segera masuk ke dalam rumah karena sekarang matanya sedikit berkunang-kunang. Latisha yang membukakan pintu untuknya segera ia minta untuk menyiapkan obat penghilang rasa sakit kepala. Bersamaan dengan Saka yang sampai di ruang keluarga di lantai satu, terlihat Marvella menuruni tangga dari lantai dua. Malam itu Marvella mengenakan jumpsuit putih yang memperlihatkan sebelah bahunya dan Saka tidak bisa untuk tidak menyipitkan matanya saat melihat sebelah bahu Marvella yang terbuka. Rasa pusing yang sebelumnya ia rasakan teralihkan sesaat karena kehadiran wanita itu yang berjalan mendekat ke arahnya – Marvella terlihat sangat cantik dengan riasannya yang sederhana dan sekali lagi, Saka sangat menyukainya.
Marvella kemudian mendekat ke arah Saka yang sedang menyampirkan jasnya di lengan. "Nice time, mumpung kamu disini."
Dasi yang biasanya melingkar di leher pria itu sudah terlepas dan dua kancing teratas kemeja Saka yang terbuka menunjukkan bahu bidangnya. Marvella tahu betapa kokoh bahu itu karena ia telah menyentuhnya satu kali – saat mereka tidur bersama satu minggu yang lalu. Ia menarik napas panjang untuk menghilangkan kegugupannya. "Aku baru akan berangkat ke pameran Benedict."
Rasa pusing itu kembali lagi tetapi Saka tidak memedulikannya karena ia sekarang lebih penasaran dengan apa yang akan Marvella lakukan. "Dan kamu datang?"
"Karena dia teman aku."
Saka mengerutkan dahinya saat melihat senyum Marvella yang ia rasa juga terlihat berbeda. "Berangkat dengan siapa?"
"Sendiri." Marvella memindahkan clutch-nya ke lengan kiri, "Kamu sudah makan? Hari ini aku dan Latisha memasak - "
Saka memotong kata-katanya. "Tidak dengan aku?"
Marvella menatapnya dengan bingung. "Bukannya kamu tidak suka dengan Ben? Uhm, mungkin malam ini aku pulang larut. Ben sudah mengatakan kalau nanti setelah pameran akan ada after - "
"Tidak."
"Ya?" tanya Marvella.
Saka bergeming di tempatnya. "Kamu tidak akan pergi."
"Karena?"
"Kalau kamu tahu aku tidak suka dengan dia kenapa kamu pergi?"
"Yang tidak suka hanya kamu, Saka. Dia tetap teman aku," jawab Marvella dengan santai seolah tidak terpengaruh dengan tatapan tajam Saka.
Dari posisi berdirinya Marvella menyadari wajah Saka yang memerah dan mata pria itu yang sedikit sayu. "Kenapa wajah kamu merah?"
Ia mendekat dan menempelkan punggung tangannya ke dahi pria itu. "Ya tuhan, panas Sak. Kamu demam?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.