79 - Setenta Y Nueve

9.5K 615 32
                                    

"I come back to you again – kamu adalah cinta pertama aku dan sekarang aku sedang kembali, L."

Tiga puluh menit setelah mereka selesai melakukannya cukup lama, Saka tertidur begitu pulas di ranjang yang juga ditempati oleh Marvella. Sementara itu Marvella menyadari kalau ia sudah menghabiskan tiga puluh menitnya untuk menatap jauh langit-langit kamarnya, berbeda dengan Saka yang tertidur, ia tidak dapat memejamkan matanya sama sekali.

Marvella kemudian menyibakkan selimutnya dan memutuskan untuk memakai pakaiannya daripada ia tidur tanpa mengenakan apa-apa. Butuh lima menit baginya untuk menemukan semua pakaiannya yang berserakan di lantai dan ia mengerutkan keningnya saat menyadari semua kancing piyamanya terlepas saat ia memakai piyama itu.

Marvella mendengus kesal karena ia tahu pelakunya hanya satu orang – pria yang sedang tidur diatas ranjangnya itu. Dikenakannya piyama itu karena ia terlalu malas untuk pergi ke walk in closet-nya sendiri untuk mencari piyama baru. Ia melihat kamarnya yang berantakan – sebenarnya apa yang mereka lakukan tadi hingga ruangan ini seperti kapal pecah? Marvella menggelengkan kepalanya sendiri melihat kemeja panjang Saka tergeletak begitu saja di atas sofa single yang ada di pojok kamarnya. Ia kembali bertanya kepada dirinya sendiri, sebenarnya apa yang tadi mereka lakukan sampai semua pakaian mereka berceceran di semua sudut kamarnya?

Marvella membiarkan salah satu lampu nakasnya menyala karena ia tahu Saka terbiasa tidur dengan pencahayaan remang-remang. Ia kemudian mengambil ponselnya yang ada di atas meja nakas saat melihat lampu notifikasinya berkedip – tanda ada pesan masuk. Sepuluh menit setelah membaca semua pesan yang masuk ke ponselnya, ia memutuskan untuk kembali tidur. Saat Marvella kembali berbaring dan membuat ranjangnya melesak, gerakan yang ia buat membuat Saka terbangun dari tidurnya.

"Ada apa?" tanya Saka dengan suaranya yang serak dan mata yang masih setengah terpejam namun ia juga tengah memandangi Marvella yang memunggunginya.

"Tidak bisa tidur," kata Marvella dengan jujur dan tetap membelakangi Saka.

Saka bertanya lagi, "Apa kita harus bercinta lagi untuk membuat kamu tidur?"

"I'll kick you from this bed – aku capek tapi tidak bisa tidur, Saka."

"Bercanda, L." Mata Saka setengah terpejam saat ia menarik pinggang Marvella untuk mendekat kepadanya. "Come here."

Saka lebih membuka matanya saat ia merasa aneh saat menarik pinggang Marvella, ia kemudian menatap lebih lama Marvella yang ternyata sudah memakai piyamanya. "Kenapa kamu pakai baju sementara aku tidak, L? It's not fair."

Marvella memutar tubuhnya menghadap ke Saka. "Kamu tadi apakan baju aku, Sak? Kancingnya lepas semua."

Saka menggunakan tangan kanannya yang bebas untuk mengusap-usap puncak kepala Marvella. "Maaf, nanti aku belikan yang baru."

Tidak ada yang bersuara untuk beberapa menit kedepan dan itu membuat Saka kembali membuka matanya. "Tidak tidur?"

"Tidak bisa."

Saka memandangi Marvella dan akhirnya ia memilih untuk menemaninya mengobrol. "Dulu kelas tiga kita pernah ke Thailand untuk pergi ke Hong Island, kamu ingat?"

Marvella mengangguk, "Kamu hanya satu kali kesana sementara aku sering karena benar-benar bagus."

"Tadi aku bermimpi itu, L. Kayakingsunblue lagoon – dan aku melihat kamu yang tertawa."

"Kalau ada aku dalam mimpi kamu itu artinya mimpinya yang sangat indah. Maaf kalau kamu terbangun gara-gara aku," kata Marvella dengan sungguh-sungguh. "Cepat tidur, Sak. Mungkin mimpi kamu bisa bersambung dengan yang tadi."

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang