Marvella berhenti saat rekannya, Adrian Radmiro menghadangnya di depan pintu. "Coba tebak ada gossip apa hari ini?"
"I don't know. Can you move?"
Adrian menggeser tubuhnya dan berjalan mengikuti di belakang Marvella. "Super –hot."
"Harga saham perusahaan ini naik lebih dari lima puluh persen?" tanya Marvella asal – asalan.
Adrian kemudian mengambil kursi dan membiarkan staff lain mengerubunginya. Marvella tidak ikut dalam kerumunan itu tetapi ia bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Adrian karena suara pria itu keras. "Nadine Faye will get married! Tahu apa artinya? Boss besar kita akan menikah!"
" - mereka membuat pengumuman, kan?"
Kemarin sore, Nadine Faye membuat banyak penggemarnya terkejut karena jawaban yang ia berikan di salah satu pertanyaan wawancara televisi siaran langsung. Ia mengungkapkan bahwa hubungannya dengan Askari Tanuwidjaja akan berlanjut ke tahap yang lebih serius, dan membuat pengumuman bahwa pernikahan mereka akan dilaksanakan enam bulan lagi. Pernyataan yang dikeluarkan oleh Nadine menjadi trending topic dimana – mana. Marvella menghela napas panjang saat mendengar Adrian dan ia memilih duduk di kursinya daripada bergabung dengan mereka.
Sepanjang hari ini, tidak terhitung berapa kali Marvella mendengar kasak – kusuk dari rekan kerjanya perihal rumor pernikahan Askari dengan Nadine Faye. Ia memutuskan untuk memakai Airpods sepanjang pagi agar tidak mendengar apa yang dibicarakan rekannya.
Saat jam makan siang, Marvella yang kebetulan masih di mejanya melirik ponselnya yang bergetar. Ia kemudian mengangkat telepon itu.
"Saka akan kecewa kalau aku tidak menghadiri pernikahannya."
Atha yang sedang berada di dalam kamarnya, kemudian duduk di sofa kecil yang ada di sudut kamarnya. Ia melanjutkan, " Saka akan kecewa kalau aku tidak menghadiri pernikahannya. Undangan untukku baru datang dan kamu tahu? Oma ada di ruangannya sekarang . I will bet my Versace, setelah ini dia akan memanggilku dan memastikan kalau aku datang ke acaranya."
Marvella Tjahjadi yang mendengar apa yang dikatakan oleh saudara perempuannya itu tertawa pelan. Suasana ruangannya tidak begitu ramai karena saat ini adalah jam makan siang dan rekan- rekannya pergi keluar untuk makan siang. "He is our brother, Atha. Kita – sebagai adiknya, harus datang di hari paling penting dalam hidupnya."
"Untung saja aku menolak tawaran Dame Gothel untuk mengurus pernikahan Snow White ini."
Marvella kembali memutar bola matanya saat mendengar Atha memanggil Nadine dengan julukan yang Atha buat. "Setiap orang mempunyai mimpi dan tidak salah bagi Nadine untuk mempunyai pernikahan impiannya sendiri."
"Kamu harus berhenti membenci Nadine, Tha. Tidak baik karena sebentar lagi dia akan menjadi istri Saka," sahut Marvella dengan tegas
"Aku tidak menyukai setelah apa yang dia lakukan. Snake. Aku tidak terima saat dia menjelekkan kamu didepan banyak orang."
Marvella bermaksud membela Nadine, "Dia tidak bermaksud seperti itu - "
"Tentu saja dia bermaksud seperti itu karena dia iri ke kamu."
"Dia sudah meminta maaf - "
"Itu karena aku memberitahu Saka. Aku mengadukannya dan Nadine akhirnya meminta maaf ke kamu."
"Aku memaafkannya, Atha. Setiap orang bisa melakukan kesalahan dan hal yang baik disini adalah, Nadine yang merubah sikapnya."
Hening diantara mereka berdua dan Marvella tidak suka jika mereka saling diam canggung. "Mereka berdua beruntung karena saling mencintai. Kamu tentu tahu apa alasan aku melamar pekerjaan disini, bukan? Please, Atha. Let it go."
"Mungkin apa yang aku tangkap disini adalah perbedaan antara kamu dan aku. Ketika kamu memaafkan kesalahan seseorang bukan berarti aku juga bisa memaafkannya. Mungkin kamu harus berhenti berbohong dan berkata semua akan baik – baik saja. I know what you mean, kamu berusaha berpikir positif. Tetapi aku peduli dengan kamu, El. Aku tidak bisa melihat dan membiarkan saudara aku tersakiti. "
"Sejak awal adiknya adalah aku. " Marvella menahan napasnya sejenak saat mendengar apa yang dikatakan Atha. "Hal paling bodoh yang Saka lakukan adalah menganggapmu sebagai adik juga."
Atha mendengar seseorang mengetuk kamarnya. Salah satu asisten rumah Iliona menyampaikan pesan dari Iliona. "Well, Oma benar – benar memanggil aku. I will end this call, El." Marvella menjawab singkat dan ia membiarkan Atha memutuskan panggilan itu.
Marvella kemudian meletakkan ponselnya ke meja setelah Atha mematikan panggilannya. Ia mengambil biskuit di laci, sementara sebelah tangannya kembali memasang Airpods. Jemarinya mengetik diatas keyboard, melanjutkan laporan yang sedang ditunggu oleh atasannya, Karissa Tasanee.
Lagu yang didengar oleh Marvella melalui Airpods yang terpasang ditelinganya cukup keras, sehingga ia tidak mendengar ketika seseorang memanggil namanya.
"Marvella," panggil orang itu. Ia mendekat dan kali ini menyentuh pelan lengan wanita itu.
"Marvella."
Marvella kemudian menoleh, dan ia terkejut saat menyadari seseorang berdiri didepan mejanya.
"Maaf, " kata Marvella dengan santai sebelum ia melepaskan airpodnya. Ia melihat Saka tidak sendiri dan mendapati sekretaris Saka sedang berdiri sejauh lima langkah dari Saka. "What's wrong ?" tanyanya.
Askari Tanuwidjaja menaikkan alisnya, "It's lunch time."
Marvella masih belum mengerti, "Lalu?"
"Kamu tidak makan? " tanya Saka setelah melihat ke segala penjuru ruangan dan menyadari hanya ada dua perempuan di pojok, seorang laki – laki didepan dispenser yang ada di sisi kanan ruangan, dan Marvella yang ada di depannya. Siang ini ia hanya memiliki jadwal di ruangannya dan satu jam yang lalu ia berniat untuk mengajak Marvella makan siang bersama. Saka memutuskan untuk pergi menjemput Marvella karena wanita itu tidak mengangkat teleponnya.
"I have biscuit," jawab Marvella dengan santai. "Dan sedang kumakan."
"Kalau begitu ayo keluar."
Marvella menggeleng, "Aku sedang mengerjakan laporan."
"Mana Nadine? Harusnya kamu makan siang dengan dia, bukan?" tanya Marvella kembali mengambil biskuit dan memakannya. Ia menyodorkan biskuit itu ke Saka dan pria itu tidak ragu – ragu saat mengambil dua buah biskuit.
"Sedang di Singapura," jawab Saka dengan singkat. "Charity," imbuhnya.
"Biskuit tidak cukup," sahut Saka setelah selesai mengunyah potongan terakhir biskuit. "Ayo keluar."
Marvella menggeleng lagi, "Tidak ya, thanks. Order makanan juga bisa."
"Kamu tidak mau menemaniku?"
"Karena Nadine tidak ada, kan? Aku terlalu malas untuk keluar dari ruangan ini. Atha berjanji akan meneleponku sepuluh menit lagi untuk membicarakan hal penting dan sekarang aku sedang menunggunya," jawab Marvella panjang lebar. Setidaknya jawaban yang ia karang harus meyakinkan Saka.
"Girls talk, ya?"
Marvella menatap jas yang dipakai Askari hari ini, abu – abu. Ia yakin dua perempuan yang ada di pojok ruangan sedang mencuri dengar pembicaraan mereka.
"Iya," jawab Marvella dengan singkat, berharap Saka segera pergi dari hadapannya. Berita tentang Askari Tanuwidjaja yang berkunjung ke divisinya pasti akan segera menyebar dengan cepat sebelum jam pulang kerja nanti, dan ia tidak ingin itu terjadi. "Biarkan aku melanjutkan pekerjaanku, Sak."
"Kamu yakin?"
"Sangat."
___

KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
Literatura KobiecaRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.