72 - Setenta Y Dos

10.2K 649 69
                                    

Pagi itu Marvella membuka matanya dengan perlahan karena bunyi alarm yang ketiga kini membangunkannya, ia menjulurkan tangannya ke meja nakas dan memerlukan waktu yang cukup lama baginya untuk meraih alarm itu karena ia sendiri kesulitan membuka matanya. Setelah mengumpulkan kesadarannya, ia baru menyadari tubuhnya yang menghadap ke luar ranjang dan Marvella bisa merasakan bagaimana kulitnya – ia masih telanjang – menyentuh langsung selimut yang membungkusnya.

Marvella memperhatikan tubuh pria yang tidur di sampingnya – Saka masih tertidur dan tangan pria itu melingkar erat di pinggangnya. Marvella kemudian memandangi langit-langit kamar – ia sedang berada di kamar Saka yang tidak pernah ia dekati sebelumnya, bahkan saat ia menemani Saka membeli rumah ini. Marvella menarik napas panjang, sepanjang hidupnya Marvella tahu aroma chypre yang bisa ia ingat hanyalah milik Saka. Aroma pria itu telah melekat kuat dalam ingatannya – dan ia sekarang sedang berada di kamar yang memiliki aroma chypre di setiap sudut-sudutnya. Marvella membalikkan badannya setelah menyingkirkan tangan Saka dan menatap erat mata pria itu yang terpejam.

Ia menyentuh rahang Saka. Hanya menyentuhnya sebelum ia kini menyingkirkan anak rambut di dahi Saka.

Marvella tercekat saat Saka membuka matanya tiba-tiba dan mereka saling memandang tanpa bersuara untuk waktu yang cukup lama.

"M-maaf kalau kamu bangun," kata Marvella dan ia menarik tangannya ke balik selimut sambil terus menarik selimut itu agar merapat ke arahnya.

"Hmm," Saka menahan selimut yang terus tertarik. "Aku juga butuh selimut, L. Kita berdua butuh selimutnya – jadi lebih baik kamu berhenti untuk terus menarik selimut ini."

Saka menguap karena bunyi alarm yang berbunyi tadi membangunkan tidurnya, juga ditambah dengan jari-jari Marvella yang menyentuh wajahnya. "Pagi," kata Saka kepada Marvella.

Ia mengangkat lengannya untuk menarik pinggang Marvella lebih mendekat kepadanya. "Are you okay?"

Marvella yang masih gugup dengan setiap apa yang pria itu lakukan kepadanya menjawab dengan terbata-bata, "I'm f-fine."

"Bilang jika ada sesuatu yang salah, L."

Marvella menimbang-nimbang tentang sesuatu yang terus menganggu pikirannya. "Tidak ada," katanya.

Saka menyipitkan mata karena ia telah mengenal lama wanita yang sekarang ada didekapannya itu, "Are you sure?"

....

Marvella menggunakan jari telunjuknya untuk menyentuh tubuh pria didepannya.

"Kita sudah lama tidak bermain tenis bersama," kata Marvella sambil menelusuri dada bidang Saka dengan jarinya dan memainkan pola abstrak disana.

"Let's do it after you get back from Sydney," jawab Saka sambil mengeratkan pelukannya.

Jari-jari Marvella kini turun dan bermain di area perutnya, meraba otot-otot yang ia latih selama ini. "Perut kotak-kotak kamu bagus ya, Saka."

"Hmm," sudut bibir Saka terangkat membentuk senyuman tipis. "More than Chris Evans?"

"Tidak tahu – aku tidak pernah menyentuh perut kotak-kotaknya Chris Evans. Hanya kamu – ya kamu saja. Kan selama ini kamu yang mengajariku."

....

Marvella menempelkan punggung tangannya ke dahi Saka. "Sudah tidak demam ya?"

"Aku sudah sembuh."

"Just eat and sleep for today, Saka. Ini namanya hari pemulihan sebelum besok kamu kembali ke kantor."

"Oke," balas Saka dengan singkat sebelum ia menarik wajah Marvella dengan lembut dan mencium bibir wanita itu. Ia mencekal pergelangan tangan Marvella dan semakin memperdalam ciuman itu. Dikulumnya bibir wanita itu hingga keduanya kini saling melumat.

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang