Saka keluar dari rumahnya untuk pergi ke teras depan dan mendapati Aria yang ia cari sedang bermain bersama seorang pengasuh yang ia sewa selama Aria disini, gadis itu sedang duduk melingkari meja bundar yang dibawa dari halaman belakang oleh sekretarisnya – Darek. Saka menyipitkan kedua matanya saat ia melihat sekretarisnya begitu asyik menemani Aria bermain slime.
Saka yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya mengoreksi sebuah kontrak dengan tim legalnya kemudian mendekati gadis kecil itu, "Aria."
Aria menoleh tanpa berhenti memainkan slime-nya."Kak Saka mau ikut main?"
Darek yang baru menyadari kehadiran atasannya kemudian melepaskan slime di tangannya dengan terburu-buru dan segera berdiri untuk memberikan kursinya kepada Saka, "Kenapa tidak main didalam, Aria?" tanya Saka lagi.
"Aria hanya mau menunggu Kak Ella."
Saka menganggukkan kepalanya karena ia juga menunggu Marvella yang seharusnya menjemput Aria dua jam yang lalu. Ia sudah menelpon nomor Marvella yang tidak ia punya melalui ponsel Aria. "Aku tahu Aria, tapi diluar panas. Kenapa kita tidak masuk ke dalam?" tanya Saka walau ia tahu rumahnya dipenuhi oleh beberapa pohon kecil yang menambah kesejukan di area rumahnya.
Aria berhenti bermain slime-nya dan menatap Saka. "Kalau ke dalam boleh makan es krim?"
Saka memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan menggeleng, "Better not, Aria. Hari ini kamu sudah makan dua cup dan kalau makan satu lagi, pasti nanti kita berdua dimarahi Marvella."
"Tapi kita tidak tahu kapan Kak Ella akan datang."
Saka mendekat, "That's the point. Karena kita tidak tahu kapan kemungkinan Marvella datang dan tiba-tiba melihat kita makan es krim, that's also bad scenario, right? Ayo masuk ke dalam."
Aria kemudian berdiri dan memindahkan slime-nya karena Saka sudah membimbingnya untuk masuk ke dalam rumah. Ia bertanya, "Kalau Kak Ella nanti tidak jadi menjemput, nanti Aria boleh menginap lagi?"
Saka mengangguk, "Boleh. Adik Cinderella boleh kesini tiap ia mau, Aria."
"Tapi Aria ingin pulang."
Saka mendesah pelan melihat Aria yang begitu sering berubah-ubah, "Kalau begitu kita tunggu Marvella, ya? Can you wait for her seperti aku yang menunggunya juga, Aria?"
"Kak Saka juga menunggu?" tanya Aria kepada Saka dan ia mendapatkan anggukan sebagai jawabannya. "Kak Saka juga mau dijemput dengan Kak Ella?"
Saka menerima uluran slime dari Aria. "Sebaliknya, aku yang nanti akan menjemput Kak Ella, Aria."
_____
Hingga jarum jam menunjukkan angka tujuh, wanita itu belum datang.
Saka tidak menghitung sudah berapa kali ia menghubungi ponsel Marvella baik dari nomor Aria maupun nomornya. Tidak ada yang mengangkat panggilan itu, ia yang ingin mengetahui kondisi Marvella namun tidak tahu dengan alamatnya hanya bisa menunggu. Sementara itu Aria kelelahan setelah sepanjang hari ia bermain dan sudah tertidur – Saka kemudian memindahkannya ke kamar sebelum ia membereskan rumahnya sendiri yang terlihat berantakan.
Baru sepuluh menit saat Saka membereskan mainan Aria yang bercecer, Darek datang dari arah luar dan menghampirinya.
"Sir, Ibu Marvella sudah datang. Tetapi ia tetap berada di mobilnya dan tidak turun."
Saka yang sedang berjongkok kemudian menegakkan tubuhnya dan bertanya kepada Darek, "Dari tadi?"
Darek menggeleng karena iapun baru tahu dua menit yang lalu. Saka berdiri dan menepuk bahu sekretarisnya, "Kamu bereskan sisanya, Darek. Slime-nya jangan sampai menempel ke karpet."

KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.