37 - Treinta Y Siete

9.9K 771 13
                                    

Katrina tidak suka menjadi orang dewasa. Orang dewasa sangat rumit. 

Tetapi sejak ia melihat bagaimana ibunya, Cassandra dua hari yang lalu menangis setelah Saka memberitahu pernikahannya yang sengaja disembunyikan – ia tidak bisa menolak ketika Cassandra meminta dirinya untuk ikut serta berkunjung ke rumah Marvella untuk memenuhi undangan jamuan teh, sekaligus membicarakan beberapa hal terkait pernikahan Saka dengan Marvella yang sudah terjadi. 

Katrina merasa lega saat ia bertemu dengan Atha yang kebetulan sedang berada di ruang keluarga. Ia kemudian meminta izin kepada ibunya untuk menunggu pembicaraan itu selesai dan menunggu bersama Atha. 

Katrina duduk disamping Atha dan mengambil snack yang kebetulan ada di ruangan itu. “Aku tidak tahu kalau mereka melakukannya.”

“Tidak ada yang tahu.” Atha meremas tisu bekasnya. “Mereka memang mempunyai watak yang sama, Katrina. Sama-sama gila.”

Katrina menganggukkan kepalanya, hari ini ia hanya memakai kaus putih dan jeans yang memudahkannya untuk berganti posisi duduk menjadi menghadap Atha. “Kat, aku bahkan sudah merancang gaun pernikahan untuk Marvella - siapa yang menyangka bahwa akhirnya dia tidak dapat memakai gaun itu?”

Sementara itu, dari arah luar Marvella muncul dari koridor yang menghubungkan dapur dengan ruang keluarga dan terlihat berjalan kearah mereka. Katrina lalu berdiri, “Atha, boleh aku pinjam toiletnya?”

Atha mengangguk dan menunjukkan toilet untuk tamu di rumah itu. “Dibawah tangga, Katrina.”

Saat sampai di tempat Atha, Marvella ikut duduk disamping saudaranya dan mengulang kembali kata-kata Saka dalam benaknya. “ – Sangat serius sejak saya menerima lamarannya, Om.”

Ia kemudian mengingat bagaimana Saka mengenggam tangan kanannya yang bebas. Didepan ayahnya. 

Atha yang sedang bersama dengan Marvella hanya terheran melihat saudara tirinya itu tidak berhenti memandang tangan kanannya. “You are crazy,” komentarnya singkat.

“Mungkin ya – mungkin tidak. Aku tidak tahu,” jawab Marvella sambil terus mengangkat tangan kanannya. Dua hari terakhir ia seperti remaja yang baru mengenal cinta – tetapi ia mulai terbiasa dengan sikapnya sendiri.

Marvella mengangkat kepalanya untuk melihat Atha. “Oh, mungkin aku akan menjadi gila hanya karena Saka memutuskan untuk melanjutkan komitmen ini, Atha. Kamu tahu kan kalau Papa merestui kami?”

“Aku tahu, Marvella.”

Marvella melihat keraguan yang bisa ia rasakan dari jawaban Atha. “Maaf karena aku menyembunyikannya, Tha.”

“ … ”

“Kalian benar-benar sedang bermain atau memang serius? Raditya sendiri yang pernah menasihati aku untuk tidak bermain dengan hati ketika kita sudah dewasa, Marvella.”

 “Antara menang atau belajar suatu hal dari sini – aku sedang menghadapi pilihanku.”

Marvella kemudian bergeser untuk mendekati adiknya. “Kamu tahu tentang hal ini bahkan sebelum aku memberitahukannya, Atha?”

“ … ”

Ujung mata Marvella menangkap Saka yang berjalan dari arah luar rumah. “Saka!”

“Aku tidak mau bicara dengan kalian berdua, aku mau ke atas. Kalau Katrina menanyakanku, minta saja dia ke kamar,” pesan Atha dan tanpa menunggu jawaban Marvella – ia segera pergi dari tempat itu. 

“L - ”

Marvella mengangkat tangan kanannya, “ Kamu mengenggam tanganku, Saka.”

Kening Saka sedikit berkerut. Ia kemudian membawa Marvella pindah ke tempat yang lebih aman daripada membicarakannya di ruang keluarga ini. Setelah sampai di foyer, ia berbalik untuk menatap mata Marvella. 

“L, I am sorry.

“Ya?”

 “Marvella jangan salah paham kepada apa yang aku lakukan kemarin. Bukannya kamu meminta aku untuk berimprovisasi? Kita bisa memberitahukan mereka tentang pernikahan ini, tapi tidak dengan tujuan masing-masing dari kita, kan?”

Marvella teringat dengan permintaanya tempo hari saat mendengar kata-kata Saka. “But you weren't kidding when you said you would learn to love me?"

“Maaf karena aku tidak sempat menjelaskannya, L. Aku baru bisa menemui kamu setelah menyelesaikan urusan ini di rumah - ”

Marvella memotong kata-kata Saka. “Tidak apa-apa,Saka.”

“Marvella, aku serius saat meminta maaf seperti ini. Seperti yang aku bilang, aku tidak bisa menyeberang garis diantara kita.”

Saka menatap wanita didepannya yang sekarang menggeleng. “Belum, Saka. Membuat kamu jatuh cinta ke aku adalah tujuanku sekarang dan aku belum melakukan satupun rencana – jadi tidak apa-apa kalau kamu belum memiliki perasaan itu ke aku.”

“Apa yang aku katakan saat pembicaraan kemarin adalah murni karena aku tidak ingin pernikahan ini dan rencana-rencana kita gagal.”

Saka melanjutkan, “Apa yang aku lakukan tadi hanya improvisasi, Marvella. Murni improvisasi. Maaf kalau aku yang memegang tangan kamu membuat kamu tidak nyaman.”

“Nyaman.” Marvella maju selangkah untuk membuat jarak keduanya menjadi lebih dekat. 

“Kamu yang membela pernikahan kita didepan ayahku, atau yang meyakinkan ayahku dengan mengenggam tangan ini sangat membuatku bahagia, Saka. Improvisasi kamu membuat aku senang – jadi kenapa kamu minta maaf?”

“Dalam minggu ini aku akan memindahkan barang-barangku ke rumah kamu, Saka. We’ll step back and look each other from now on.

___

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang