Marvella memuji Theo yang sedang bercengkerama dengan Atha di dalam hatinya. Ia kagum karena sekarang pria itu terlihat terbiasa berada di tengah keluarganya. Marvella kemudian meletakkan gelas yang awalnya ia bawa ke atas meja dan duduk di sofa, memandangi Mario yang ikut bergabung ke percakapan Theo dan Atha.
Seminggu yang lalu, ketika ia pertama kali bertemu dengan Theo, pria itu membuatnya kesal karena kata – kata teguran yang menurutnya berlebihan. Marvella membutuhkan dua puluh menit untuk pergi ke tempat yang disepakati mereka berdua untuk pertemuan ini, akan tetapi Karissa Tasanee memanggil dan memintanya ke ruangannya. Theo Baswara hari itu datang lebih awal dan menunggu selama tiga puluh menit. Ia langsung menegur Marvella saat wanita itu sampai di café ini dan duduk di kursi yang ada didepannya.
"Tahu kalau Anda terlambat lima belas menit?"
Marvella masih berusaha menormalkan napasnya, ia meletakkan tas kerjanya di atas meja dan menatap Theo Baswara yang melipat tangannya didepan dada. "Saya tahu."
"Saya tidak suka dengan orang yang terlambat, they don't value time."
Marvella menilik lebih seksama wajah Theo. Pria itu memiliki wajah yang oval dan memakai kacamata frame kotak, namun entah kenapa Marvella ingin tertawa saat melihat kacamata yang rasanya tidak sesuai dengan wajah pria itu. "Theo, saya juga tidak suka dengan orang yang tidak mendengarkan pendapat orang lain dan seenaknya menghakimi. Saya tidak membawa mobil hari ini dan MRT pasti penuh. Ini adalah jam pulang kerja – traffic hours, dan saya harus menyelesaikan sesuatu di kantor sebelumnya. Saya minta maaf karena membuat kamu menunggu, apa kamu menerima permintaan maaf saya?"
"Diterima."
"Terima kasih."
"Disini saya dan Anda sangat tidak cocok sepertinya," kata Theo setelah ia menyeruput kopi pesanannya. Ia sedang mengejar karier, impiannya adalah mendirikan firma hukum miliknya sendiri dan sama sekali tidak tertarik untuk mencoba memulai hubungan dengan lawan jenisnya. "Saya sangat menghargai Ibu Kandiya sebagai senior – guru saya, itulah sebabnya saat beliau meminta saya untuk mencoba berkenalan dengan Anda, saya tidak bisa menolaknya."
"Sama seperti kamu yang berkata apa adanya, saya juga akan melakukannya. Saya juga tidak bisa menolak permintaan Mama saya. Ketika saya memutuskan untuk menghubungi Anda, saya melakukannya untuk membuat tenang Mama saya."
Kening Theo berkerut samar saat mendengar kejujuran Marvella. Setelah mengucapkan kata – kata itu, wanita ini memanggil seorang waitress untuk memesan minuman.
"Anda tidak keberatan jika kita tidak melanjutkan ini karena kita sendiri sama – sama tidak tertarik?"
"Aku menghargai permintaan Mamaku. Yang penting adalah, aku sudah bertemu dengan kamu, kan?" kata Marvella setelah ia menunggu waitress itu pergi.
"Tapi kalau aku tidak bertemu dengan kamu di minggu selanjutnya, Mamaku akan curiga,"
"Orang tua saya juga akan berpikiran hal yang sama. Kalau kita tidak bertemu lagi ke depannnya, mereka akan mengira bahwa saya menyakiti Anda."
Theo mengatakan ide yang terbersit di kepalanya. "Kita bisa tetap bertemu selama satu bulan ke depan dan membuat alasan yang sangat pas untuk berpisah."
Marvella mengangguk setuju dan itu membuat Theo bertanya – tanya. "Saya tidak tahu kamu akan begitu mudahnya menyetujui ide saya."
"Visi saya dan visi kamu kali ini sama, hanya untuk menyenangkan hati orang tua."
Theo mengangguk kecil dan ia menyukai cara bicara Marvella. "Benar juga. Senang bertemu dengan Anda, Marvella."
Marvella menghela napas saat mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan Theo Baswara. Setidaknya selama satu bulan ke depan ia dan Theo harus bertemu seminggu sekali dan setelahnya sepakat untuk berpisah. Ia hanya harus mencari alasan yang masuk akal untuk membuat Mamanya percaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.