103 - Ciento Tres

30.1K 883 142
                                    

Saka mengatupkan bibirnya dengan perlahan dan membukanya juga dengan hati-hati, " P-P-Pa."

Lillian Collete Tanuwidjaja yang sudah merayakan ulang tahun pertamanya dua hari yang lalu hanya sekilas menoleh ke ayahnya. Ia duduk di atas ranjang besar orangtuanya dan sedang bermain dengan boneka pisang saat Saka mengulanginya sekali lagi, "P-Pa."

....

"Nyw," balas Lillian sambil menggerakkan tangannya. "Nynyym."

"No, you can do it, Lian. P-P-Pa."

"P-Pa," ulang Saka sekali lagi kepada Lillian dan disaat yang sama istrinya, Marvella masuk ke kamar dan berkacak pinggang dibelakangnya, "She's one year, Saka. Aku sudah keluar dari setengah jam yang lalu dan kamu masih mengajarinya?"

Saka tidak membalikkan badannya. "Dia sudah bisa memanggil nama kamu – kenapa tidak dengan aku?"

"Just wait –"

Lillian melempar bonekanya ke wajah Saka dan ia merangkak mengambil boneka lainnya sambil mengeluarkan suara, "M-m-am."

"Good, sekarang coba yang lain, Lian. P-P-Pa," ulang Saka sekali lagi walau Lillian baru saja melempar boneka ke wajahnya.

"Nyw."

Marvella mendekat dan ikut duduk di tepian ranjang. "Aku baru bicara dengan Darek," Marvella membiarkan Lillian meremas-remas boneka lainnya. "Katanya kamu memberi hadiah ke Lillian?"

Ya Tuhan, Saka segera menegakkan punggungnya dan menatap istrinya. "Just a small gift, L. Aku lupa memberitahu kamu kemarin, maaf."

Marvella mengerutkan dahinya dan menatap ragu Saka. Setengah jam yang lalu ia sedang di lantai satu untuk membereskan hadiah-hadiah Lillian yang didapat setelah pesta kemarin. Rencananya ia akan membawa Lillian untuk membuka semua hadiah itu bersama pengasuhnya nanti setelah tidur siang. Tetapi Darek – sekretaris suaminya – datang ke rumah ini disaat yang sama dan menyerahkan dokumen yang diminta Saka sejak tiga hari yang lalu, membuat ia ingin berbicara dengan Saka setelah membaca dokumen itu.

"Aku tidak melarang kamu untuk memberinya hadiah, Askari Tanuwidjaja." Marvella menyebutkan nama panjangnya dan Saka tahu itu adalah masalah. "Tapi saham? LHI dan La Parisianne? You're kidding me, right?"

Saka mengambil tangan Marvella dan mengenggamnya, "Hanya satu persen saham LHI dan lima persen La Parissiane – kecil itu, L. Aku yakin nanti dia akan lebih banyak mendapatkannya yang lain. Well, nanti kalau dia bisa berjalan atau sudah bisa memanggilku 'Papa', bagaimana kalau kita membuatkan resort atas namanya? Aku akan membeli saham Grams nanti di resort yang sekarang dibangun di Pulau Kairav."

"You don't think that's too much?" Marvella menarik napasnya karena ia tahu berapa besar nilai saham satu persen LHI, perusahaan utama TJ Group. Belum lagi dengan La Parisianne, hotel berbintang lima yang ada dibawah Chata Capital Corporation. "Ya, aku tahu itu investasi jangka panjang untuk kehidupannya nanti. Tapi aku ingin anak kita tidak terbebani dengan apa yang kamu berikan, Saka. Kenapa kamu tidak menunggu umurnya lima tahun – maybe?"

Lillian kembali melemparkan bonekanya lebih keras hingga terjatuh ke lantai, ia kemudian merangkak untuk mencari bonekanya yang lain. "Nya-ma-am."

....

"Why you so worried about this, L?" Saka mengusap tangan Marvella dengan ibu jarinya, "Aku ingin memberikan segalanya untuk anak kita. So she will know that if she has everything in her life, she will realize that her happiness can't come from money, but love from those closest to her."

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang