Denya baru keluar dari lift dan menuju parkiran saat ponsel yang ia kantongi bergetar. Tunangan dari wanita yang ia cari, Askari Tanuwidjaja kini menghubunginya. "Ada apa?" tanya Denya langsung setelah ia mengangkat panggilan itu.
"Nadine menghubungi kamu?"
"Tiga menit yang lalu, iya. But now she's not with me, Askari."
Denya bisa mendengar helaan napas panjang Saka. "Kami berdebat dan dia meminta waktu untuk sendiri, Denya. Aku tidak bisa menghalanginya dan hanya bisa memastikan dia mendapatkan taksinya. Katanya dia akan ke pergi ke apartmennya sendiri."
"I don't know, aku sedang didalam perjalanan."
"If something that happen to her - "
"I will call you," potong Denya dengan cepat saat ia sampai di mobilnya. Ia membuka pintu pengemudi dan segera duduk di kursi itu.
"Terima kasih, Denya," kata Saka dengan sungguh – sungguh.
Denya tidak menjawab Saka, ia memilih untuk mematikan panggilan itu. Ia segera mencari karcis parkir dan mengemudikan mobilnya untuk keluar dari tempatnya bermain billiard. Membutuhkan waktu selama empat puluh menit baginya untuk sampai di apartmen Nadine yang ada di daerah Jakarta Selatan. Ponselnya kembali bergetar saat Denya sampai di lobby apartmen.
"Nya, wine lo kok nggak ada di kamar? Lo simpen dimana?"
Denya menghentikan langkahnya dan menjauhkan ponselnya untuk melihat ke layar ponsel siapa yang meneleponnya. "Wine? Lo dirumah gue?"
"Apa lebih baik gue tanya sama Sania?"
"Saka bilang lo ke apartmen lo sendiri, Nad."
Nadine mengabaikan kata – kata Denya. "Sania bilang ada di ruang bawah. Gue ambil sendiri ya, Nya."
"Nad - " Denya mengerutkan keningnya saat Nadine memutuskan panggilan mereka. Ia kemudian setengah berlari kembali ke parkiran dan segera menyalakan mobilnya agar ia bisa kembali pulang ke rumahnya.
"Nadine dimana?" tanya Denya saat Sania membuka pintu rumahnya. Jam menunjukkan angka setengah sepuluh malam saat dirinya sampai.
"Di kamar, Mas. Mbak Nadine membawa beberapa botol anggur yang ada di bawah ke kamar Mas."
Denya mengangguk paham dan segera pergi ke kamarnya sendiri setelah ia mengucapkan terima kasih kepada asisten rumah tangganya itu. "Terima kasih, San. Kamu bisa kembali ke kamar."
Didepan pintu kamarnya yang tertutup, Denya berhenti sejenak sebelum ia mengetuk pelan pintu itu. "Nad?"
Tidak ada jawaban dari dalam, Denya kemudian membuka pintu kamarnya dengan perlahan dan perhatiannya segera teralihkan kepada pintu balkonnya yang terbuka. Nadine membuka pintu balkonnya lebar – lebar dan duduk di kursi kayu yang ada di balkon kecil itu. Didepannya ada dua botol anggur dan sebuah gelas yang kosong. Wanita itu sudah mabuk dan menoleh saat Denya menghampirinya. "Wah, ada sahabat gue."
Denya meringis kecil saat melihat koleksi anggurnya yang ada didepan Nadine. Salah satu botol terlihat tersisa setengah. Ia kemudian melihat lebih dekat wajah Nadine dan sadar bahwa mata wanita itu sembap. "Ya, gue sahabat lo dan apa yang sekarang sedang lo lakukan disini?"
"Gerah, Nya."
Melihat wajah Nadine yang memerah, Denya menyimpulkan wanita itu sudah mabuk. "Saka meminta gue untuk memastikan lo hidup. As I see in here, tangan lo masih kuat angkat botol. I will call him, Nad."
"Jangan telepon dia, Denya Saputra."
Ketika Nadine memanggil nama lengkapnya, ia sadar bahwa Nadine benar – benar tidak ingin keputusannya ditolak. Ia mengurungkan niatnya untuk mengambil ponsel. "Lo tahu kalau dia khawatir dengan lo?"
![](https://img.wattpad.com/cover/203420781-288-k239992.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
ChickLitRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.