73 - Setenta Y Tres

9.3K 720 92
                                    

Dua jam setelah ia tiba di rumah neneknya, orang yang ia tunggu-tunggu sejak tiba di rumah ini memanggilnya untuk berbicara di perpustakaan. Nadine yang sebelumnya sedang berada di kamarnya sendiri segera ke perpustakaan saat seorang asisten rumah ini memberitahunya tentang kedatangan Oliver.

"So? Bagaimana Montreal?" tanya Oliver Faye saat keponakannya mengambil duduk di sofa seberangnya.

"Menyenangkan."

Oliver tertawa karena ia tahu Nadine tinggal bersama Isabel Cohen, mantan kepala asisten rumah ini yang sangat cerewet – menurutnya. "Isabel sangat baik, Uncle. She took care of me," lanjut Nadine.

"Isabel cerewet – dulu dia sering memarahiku."

"Uncle yang dulu nakal kata Isabel," balas Nadine sambil tertawa kecil. Pria yang ada didepannya adalah adik ayahnya, Oliver Faye yang mendirikan bank investasi di Hongkong dan pamannya sedang datang ke Singapura untuk membantu rencana-rencananya saat ia sendiri belum berani untuk berkomunikasi dengan kedua orangtuanya.

Oliver bertanya kepada Nadine. "Jam berapa Ah Ma mengizinkan Richard datang, Nadine?"

"Besok jam enam saat makan malam." Nadine meringis kecil karena ia tahu ia harus segera bertemu dengan kedua orang tuanya sejak enam bulan berlalu ia pergi meninggalkan mereka. "Ah Ma bilang mungkin situasinya bisa sedikit tenang saat makan malam."

Oliver mengangguk kecil, "Kita akan membicarakannya dengan kepala dingin, Nadine."

Ia bertanya, "Jadi apa yang ingin kamu lakukan sekarang?"

"Tentu saja menikah seperti yang seharusnya aku lakukan. Aku datang kesini untuk memberi kejutan kepadanya, hanya tinggal menunggu dua hari sebelum pesta ulang tahun orang tuanya diadakan. I will prepare my best dress."

Nadine mengusap ibu jarinya untuk menyembunyikan rasa gugup tentang apa yang ingin ia tanyakan. "Apa uncle pernah bertemu dengan Lien Hannah? I heard she is getting engaged to Denya."

"Satu atau dua kali – mungkin. Wanita sesibuk Hannah tidak sering datang ke pesta karena ia terlalu sibuk – mungkin. Hannah adalah dokter bedah jantung yang terkenal di pulau ini, Nadine. Pertama karena keluarganya, kedua karena pekerjaannya, dan ketiga – karena kecantikannya."

Oliver kembali mengatakan sesuatu sebelum Nadine berbicara, "Bukan maksud uncle untuk membuat kamu iri dengan semua yang Hannah miliki, Nadine. Uncle tahu kamu sangat ambisius dan mungkin - "

Nadine memotong kata-kata Oliver, "Uncle, aku tidak menyerah hanya setelah mendengar apa yang Hannah miliki."

"Tidak sama sekali?" tanya Oliver sambil menaikkan kedua alisnya.

"I'm sure he loves me, Uncle. Denya terlalu lama menunggu selama ini, jadi inilah alasanku datang sendiri ke Singapura."

"Tapi kalau kamu sudah tahu dia cukup lama menunggu kamu," Oliver menatap mata keponakannya. "Why?"

"Maksudnya?"

"Kamu menjalin hubungan dengan seorang Askari Tanuwidjaja dan bahkan akan menikah dengannya – kenapa sekarang kamu memilih Denya daripada Askari? Karena bayi itu? Kalau Askari cukup mencintai kamu he will accept it regardless of your condition, ."

"Aku yang tidur dengan pria lain, Uncle."

Oliver yang merupakan orang yang sangat terbuka tidak merasa membuat keponakannya tersinggung saat berkata seperti ini. "Tapi kamu tahu sendiri bagaimana ambisi Richard untuk menikahkan kalian berdua karena keluarga Tanuwidjaja yang begitu – berada. Uncle kira kamu akan membuat Askari menerima bayi itu dan kamu tidak jauh-jauh pindah ke Montreal hanya karena merasa bersalah. Everyone alwayd makes mistake, Nadine. "

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang