61 - Sesante Y Uno

9.6K 803 98
                                    

"Kenapa kamu harus bertemu dengan Ben?"

Marvella tertawa kecil tanpa menyadari ekspresi Saka yang berubah. Malam ini ia menyadari satu fakta, meski ia dan Saka datang bersama dan berdansa bersama, semua orang tidak akan mengira keduanya telah menikah – ia dan Saka terlihat seperti sebelumnya, dua orang yang sudah dekat sejak kecil. "Kenapa tidak? He's back from London dan aku adalah temannya, this is the perfect time to greet each other."

"Bukannya dansa ini sudah selesai? Lagunya habis, Saka." Marvella kemudian melepaskan tangannya yang mengalung di leher Saka dan mengajak pria itu untuk menyingkir dari lantai dansa.

"Yang kedua?"

Marvella mengerutkan keningnya saat ia merasa Saka masih memegang pinggangnya. "Seperti yang aku bilang sebelumnya, kita harus menyapa orang tua kamu."

Dari balik bahu Saka, mata Marvella menemukan seseorang yang ia cari sedang berjalan sendirian. "Benedict yang aku bicarakan ada disana, Sak."

Mau tidak mau Saka mengikuti arah yang ditunjukkan Marvella saat wanita itu melambaikan tangan. "Yang mana?"

Marvella menunjuk seseorang. Dari posisinya, Saka mengedarkan pandangan dan ia berhenti saat bersitatap dengan seorang pria yang familiar baginya. Sementara ia terus berusaha mengingat, pria itu berjalan mendekat ke dirinya.

"That is Ben? Laki-laki yang kamu bicarakan sedang berjalan kearah kita, Marvella." Saka mendekatkan tubuhnya kepada Marvella untuk membisikkan sesuatu. " Apa kita harus menyapanya berdua? Sebenarnya aku tidak ingin menyapa bahkan jika aku bertemu dia disini, tetapi memikirkan rivalku sedang bersama kamu – aku tidak suka."

Marvella tertawa kecil. "Konyol, rival? Apa kamu lupa dengan umur kamu sendiri?"

Saka tidak tahu apa yang harus ia lakukan sementara Ben semakin dekat dengan tempatnya berdiri, jadi ia menggunakan tangan kirinya yang bebas untuk menarik pinggang Marvella mendekat dan membuat wanita itu terkejut dengan apa yang ia perbuat. "Tangan kamu, Sak. Lepaskan tangan kamu dari pinggangku," kata Marvella karena ia merasa bingung, disingkirkannya tangan Saka yang melingkar di pinggang sampai akhirnya Benedict Canale berdiri dihadapannya.

"Hi, Ben."

Benedict Canale malam itu memakai jas berwarna abu-abu dengan warna dasi kupu-kupu yang senada. Ia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Marvella – temannya saat di Maria Stella. "Glad to meet you two in here guys. Marvella, kamu sangat cantik malam ini."

Marvella tersipu saat mendengarnya, "Thanks, Ben."

"The Askari in here, apa kabar?" tanya Benedict setelah ia berjabat tangan dengan Marvella.

Saka menjabat tangan Ben sebagai bentuk formalitas, "Kami berdua baik-baik saja."

"Well, I guess it's been a long time to see you, Askari. Kalian berdua baru berdansa?"

Saka hanya tersenyum tipis, "Kamu datang sendiri, Ben?"

"Dengan Papaku, Saka." Benedict mengingat bagaimana ia memiliki dua pilihan lima menit yang lalu; pertama mendengarkan cerita nostalgia yang selalu diulang oleh ayahnya, Jemond Canale. Kedua, pergi berkeliling di pesta ini. Benedict terus melanjutkan, "Bapak itu sedang berbicara dengan Nenek Marvella dan aku – menyelinap pergi daripada harus mendengarkan kisah mereka. Kalian sendiri? Kalian kebetulan selesai berdansa atau memang datang bersama?"

"Kami selesai berdansa, Benedict."

Benedict mengalihkan perhatiannya kepada Marvella, "Kamu masih single sampai sekarang, Marvella? Ayo berdansa dengan aku."

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang