Marvella menarik napasnya panjang dan ia hampir tidak bisa bernapas karena sesak didadanya, namun ia masih mengingat bagaimana caranya bernapas sehingga ia menghembuskannya perlahan. Ia menatap Saka yang ada didepannya. "Aku akan berpura-pura tidak mendengarnya."
Marvella kemudian berjalan menuju sofa dan memindahkan tas tangannya ke atas meja. Tanpa melepas heels yang ia pakai, ia memposisikan tubuhnya tidur di atas sofa. Saka mengerutkan keningnya saat ia melihat apa yang wanita itu diperbuat, berpura-pura tidur di atas sofa ruangannya. "Apa yang sedang kamu lakukan?"
Masih dengan mata terpejam, Marvella menjawab, "Tidur. Apalagi?"
"Tidak boleh ada yang tidur diruanganku," kata Saka dengan nada yang semakin meninggi.
"Pelit. Dasar pelit."
Saka kemudian berdiri dihadapan Marvella yang ada di sofanya, "Apa yang baru saja kamu bilang?"
"Kamu pelit, jahat dan pemarah."
Marvella hanya melipat tangannya didepan dada. "Kamu melarang aku untuk tidur disini – sofa ruang kerja kamu. Terus aku mau istirahat dimana? Di meja Michel?"
"Bahkan kalau di meja Michel, bukan urusan aku. Bangun, Marvela. Tempat kamu bukan disini."
Marvella menggeleng. "Tidak mau."
"Aku perlu mengurus pekerjaan aku dan kehadiran kamu disini sangat mengganggu. Go home, Marvella."
Marvella mendesis kesal dan ia bertekad untuk tidak kalah dalam pembicaraan ini. "Aku akan menunggu kamu disini – di sofa ini dan kamu tinggal melanjutkan pekerjaan kamu. Kuberi tiga puluh menit untuk menyelesaikan sisanya dan kita harus berangkat."
Saka mendesah pelan karena ia tidak bisa menahan emosinya lagi. "Tidak bisa sejak kamu masuk ke ruanganku. Pergi, L."
"Memang ada hubungannya? I'm not disturb you. Ini jam pulang kerja dan aku – istri kamu yang perhatian dan baik hati sedang menunggu kamu menyelesaikannya. Aku tidak berdiri di atas meja kerja kamu dan berbaring dengan nyaman disini. Mana yang aku ganggu?"
"Open your eyes, Saka. Aku Marvella – bukan orang asing dalam hidup kamu."
"Let's end this debate – tidurku tidak lebih dari tiga puluh menit dan aku akan bangun saat kamu selesai." Marvella memejamkan matanya dan tidak menghiraukan bayangan Saka didepannya.
"Get up, your place isn't here." Tidak ada jawaban dari Marvella karena wanita itu benar-benar menutup mata dan berpura-pura tidak mendengarnya.
Saka memutar bola mata, sejak kehadiran wanita itu di ruangan ini membuat kepalanya menjadi sakit. Ia berkata, "Rumah aku sudah kamu kuasai, sekarang ruang kerjaku juga?"
Untuk kesekian kalinya, Saka menjadi lebih kesal melihat ia dihiraukan oleh Marvella. Ia kemudian menarik tangan Marvella lebih keras. "L."
Marvella bergeming dan tetap menutup matanya seolah tidak terjadi apa-apa. Saka sudah tidak dapat menahan kekesalannya kepada Marvella, ia kemudian akan menarik sebelah tangan Marvella untuk membuat wanita itu bangun dari tidurnya. Tapi saat tangannya memegang tangan Marvella, Marvella lebih dulu menariknya hingga Saka jatuh menimpa di atas tubuh Marvella. Refleks Saka menggunakan tangan kanannya bersandar di punggung sofa untuk menahan berat badannya.
Menyadari jarak mereka yang sudah sangat dekat membuat Marvella mengalungkan tangan kanannya yang bebas ke leher Saka. "You look tired," kata Marvella seolah tidak keberatan dengan posisi mereka.
Saka kemudian menurunkan tubuhnya, ia menjatuhkan lutut kirinya untuk menahan keseimbangan dan agar tidak menindih tubuh Marvella. "Aku sudah bekerja sejak sepuluh jam yang lalu dan tidak keluar sama sekali dari ruangan ini. Itu sebabnya aku meminta ke kamu – please. I'm begging you to go without me."
KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
Literatura FemininaRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.