[1] ✓ Sweet Wife in My Arms

23 | Kamu Layak Mendapatkannya

Kita menjalani hidup kita selangkah demi selangkah.

Dan siapa yang tidak mengalami kesulitan, siapa yang tidak memiliki pengalaman bergelombang?

Dia makan nasi sesuap demi sesuap. Keduanya memiliki satu meja penuh hidangan yang mereka makan untuk waktu yang lama, dan mereka berdua diisi setelah makan.

Mereka siap untuk hujan.

Atas kata-kata sutradara, kincir air skala besar dimulai dan hujan buatan turun. Sekarang sudah akhir musim gugur, tidak peduli hujan atau hanya air, itu membuat orang sangat kedinginan.

Yan Huan menepuk-nepuk pakaiannya lalu berjalan ke tirai hujan tanpa ragu-ragu, membiarkan tetesan hujan jatuh di tubuhnya. Beberapa saat kemudian pakaiannya basah kuyup. Dia hanya bisa berdiri dengan kaku, dengan rambut dan bulu matanya yang basah kuyup.

Dia berlari ke depan, tirai hujan mengikutinya.

Tiba-tiba, dia tersandung dan jatuh. Kemudian dia berlutut dengan dada terangkat. Pada saat itu, orang lain bisa memahami perasaan sedihnya hanya dengan melihat pemandangannya.

Dia mengalami banyak hal dan merasa lelah di dalam hatinya.

Sampai saat dia tahu ...

Semuanya palsu.

Dia tiba-tiba tertawa, tetesan air mata jatuh bersama dengan tetesan hujan.

"Cut…"

Direktur meletakkan tangannya, dan hujan berhenti.

Yan Huan berdiri, pakaiannya sangat basah sehingga dia bisa memeras air darinya. Dan tentu saja, perannya sudah berakhir.

Dia pergi, mengambil tasnya, dan memasuki kamar kecil untuk mengganti pakaian yang dia bawa di tasnya. Dia harus buru-buru ke set lain secepat mungkin.

Namun, dia berhenti dan menundukkan kepalanya, menaikkan kaki celananya ketika dia melihat luka serius di lututnya.

“Huanhuan, kamu baik-baik saja?” Yi Ling menunggunya di luar dengan membawa banyak barang. “Kita harus pergi ke set berikutnya.”

“Ya, sebentar.” Yan Huan menyesuaikan bajunya dan pergi keluar, lalu dia mengambil barang-barang itu di tangan Yi Ling, bulu matanya yang indah terkulai.

"Ayo pergi." Dia melangkah maju, tapi lututnya terasa sakit.

Namun, dia masih tersenyum. Dia berhenti tiba-tiba, melihat ke set di mana semua staf sangat sibuk, dan mengepalkan tangannya. Dia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia akan segera muncul di hadapan penonton seperti bintang-bintang itu, alih-alih hanya berdiri di beberapa adegan.

Mereka mengerjakan tiga set sepanjang hari. Pada malam hari mereka akhirnya mengakhiri pekerjaan. Yi Ling sangat mengantuk hingga dia tertidur di sofa.

Yan Huan dengan hati-hati menutupinya dengan sepotong pakaian, lalu membuka pintu dan pergi.

Di rumah sakit, seorang dokter menggunakan air steril untuk mendisinfeksi luka di lututnya, dan Yan Huan menahan rasa sakit tanpa suara.

“Bagaimana caramu terluka separah ini? Kamu harus datang ke rumah sakit lebih awal, mudah terinfeksi dalam cuaca seperti ini.” kata dokter, menangani lukanya. “Ini menyakitkan tapi kamu pantas mendapatkannya.”

Yan Huan hanya tersenyum, dan tidak ada yang melihat sorot matanya.

Dia menyentuh matanya, dan tidak menemukan air mata. Dia tidak bisa menangis.

"Baik." Dokter meresepkan obat untuknya, "Semuanya anti-inflamasi, minumlah tepat waktu, dan jangan biarkan lukamu masuk ke air selama beberapa hari." Kemudian dia menambahkan vaksinasi tetanus ke resepnya.