[1] ✓ Sweet Wife in My Arms

41 | Anak Kucing

Guntur tiba-tiba pecah di luar. Setelah beberapa saat, cuaca buruk telah berubah menjadi badai petir.

Yan Huan meletakkan sumpitnya, teralihkan oleh pikirannya. Tentu saja dia tidak bisa fokus memakan makanannya.

"Huanhuan, ada apa denganmu?" Yi Ling juga meletakkan sumpitnya. Dia memegang wajah Yan Huan di tangannya, "Mengapa kamu begitu gelisah?"

“Emm…” Dia menggigit kuku jarinya, “Apakah perutmu sakit?”

"Tidak." Yan Huan menatap Yi Ling, yang pikirannya berkelana, "Jangan khawatir, aku cukup sehat, tidak apa-apa." Yan Huan mendorong jari Yi Ling menjauh. Angin di luar semakin kuat tetapi dia berdiri, membuka pintu, dan berlari keluar.

“Huanhuan, Huanhuan, mau kemana?”

Yi Ling mengikutinya sampai ambang pintu, tapi Yan Huan sudah tidak terlihat.

“Ada apa dengan dia belakangan ini? Dia jadi gila!" Dia berbalik dan berpegangan pada pintu dengan seluruh tubuhnya seperti tokek. “Oh, dia sudah dewasa jadi dia tidak patuh seperti sebelumnya. Dia dulu menceritakan semuanya di masa lalu tetapi sekarang dia tidak mengatakan apa-apa sama sekali. Ini adalah awal baginya untuk memiliki rahasia kecilnya sendiri.”

Dia menggigit pinggiran bajunya dengan paksa, air matanya hampir tidak bisa berhenti.

“Ibu Yan, maafkan aku padamu. Huan dibesarkan dengan ketidaktaatan."

Saat ini, Yan Huan sudah berlari ke jalan. Dia mengangkat tangan di depan matanya, dia hampir tidak bisa membuka matanya karena angin dan hujan sebesar kacang yang jatuh ke tubuhnya.

Kucing-kucing itu masih tinggal di luar. Tidak masalah jika cuacanya bagus, tapi akan merepotkan jika hari hujan. Jika dia tahu situasinya akan seperti itu sebelumnya, dia akan membawa mereka pulang. Hanya ada sedikit ruang, tetapi itu adalah tempat berlindung dari badai bagi mereka.

Meskipun mereka tidak kaya, mereka masih mampu membeli makanan kucing untuk mereka. Bukan karena dia sangat simpatik, atau orang yang sibuk. Dia baru ingat bahwa ketika ibunya dirawat di rumah sakit karena penyakitnya, Yi Ling dan dia juga tidur nyenyak di jalanan, dia juga tidak punya rumah tetap seperti kucing-kucing itu.

Oleh karena itu, dia tidak tega untuk tidak melakukan apapun.

Ketika dia tiba, hujan semakin deras, turun setetes demi setetes, yang melukai wajahnya.

"Meong…"

"Meong…"

Dia mendengar meong lemah.

Dia berlari ke tempat kucing-kucing liar berkumpul. Kotak itu masih ada di sana, begitu juga makanan kucing di sampingnya. Dia berjongkok dan membuka kotak itu, tetapi kucing-kucing yang ada di dalamnya menghilang.

"Meong..." Satu suara lagi datang. Dia mengikuti meong dan menemukan anak kucing di sudut. Itu adalah kucing kulit penyu, dan juga anak ibu kucing. Namun di mana kucing lain? Dimana induk kucingnya? Dan anak kucing lainnya?

Saat itu, anak kucing kecil itu gemetar di sudut, semua bulunya basah. Ia menguap lemah dan matanya basah seperti hendak menangis. Itu tampak sesedih mungkin.

Yan Huan mendekat dan mengambil anak kucing kecil itu dengan hati-hati. Mungkin hilang, atau induk kucing dan anak kucing lainnya dibawa pulang oleh orang yang lewat dan hanya ditinggalkan begitu saja.

Hujan semakin deras, dia membungkus anak kucing itu dengan pakaiannya, lalu berlari ke hujan, mengatupkan giginya. Sekarang hujan mulai turun dengan deras.