Beberapa baju miliknya yang telah terlipat rapi ia masukkan kedalam sebuah koper besar berwarna merah. Jimin sangat antusias memasukkan beberapa barang-barang keperluannya saat liburannya nanti. Berbeda halnya dengan Keina yang terlihat begitu tak tertarik dengan liburan ke sebuah pulau yang sangat terkenal di Korea Selatan tersebut. Ia memikirkan kedua Sahabatnya, dulu mereka bertiga pernah berkeinginan pergi ke Jeju Island bertiga. Menghabiskan banyak waktu di pulai indah tersebut. Seketika ia ingat pada Chan Yun yang masih dalam keadaan terpukul karena ditinggalkan begitu saja oleh Kekasihnya.
"Jim. Boleh aku mengajak Chan Yun untuk ikut berlibur bersama kita?" tanya Keina sembari menatap sang Suami tepat di manik abunya. Begitu berharap Jimin mau sedikit saja mengerti. Chan Yun butuh teman, gadis itu hancur dan Keina sangat tahu akan hal itu. Chan Yun kesepian, Pria yang telah berhasil masuk kedalam hatinya meninggalkannya begitu saja. Dan bertepatan dengan itu, Keina dan Sona juga tak bisa berada disisinya karena mereka berdua telah menikah.
Jimin mendengus, "Tidak! Kita akan berbulan madu. Bagaimana bisa temanmu itu akan ikut pergi berbulan madu bersama kita?"
Dipikiran Jimin hanya ada masalah bulan madu dan membuat Anak. Hanya itu saja, Jimin tak akan pernah tahu bagaimana arti sebuah persahabatan yang sangking dekatnya mereka sudah seperti keluarga sendiri. Dan disaat keluargamu kesakitan, kau pun juga akan merasakannya, bukan?
"Tapi kasihan dia, Jim. Aku mohon kali ini saja, ajak Chan Yun berlibur bersama kita." Keina memohon dengan pandangan yang seketika berubah menjadi senduh. Kendati begitu, Jimin sama sekali tak goyah sedikitpun. Ia tetap pada keputusan awal, jika saja mereka hanya akan pergi berdua. Menghabiskan waktu hanya berdua saja, tanpa mau ada gangguan dari siapapun.
Lantas Jimin menggeleng sebagai jawaban, ia masih sibuk pada kegiatan memasukkan beberapa barang untuk keperluannya saat berlibur nanti.
Keina lantas melangkahkan kakinya untuk semakin mendekatkan dirinya pada Jimin, mencoba menghapus jarak diantara keduanya. Ia memberikan kecupan sekilas pada pipi kanan Jimin, "Boleh, ya?"
Jimin terdiam untuk sesaat, siapa yang mengajari Keina menjadi penggoda ulung begini. Kalau hanya sebuah ciuman di pipi, itu tak akan membuatnya goyah. Ia kembali memasukkan barang-barangnya kedalam koper, menatanya dengan begitu rapi.
Keina dibuat kesal karena tak ada respon sedikitpun yang Jimin berikan padanya. Padahal ia sudah sedikit menurunkan harga dirinya untuk memberikan sebuah kecupan singkat pada pipi kanan Jimin.
"Jim. Kenapa kau diam saja?" rengek Keina kesal, ia mengguncang lengan sang Suami berulang kali. Entah kenapa Keina jadi bertingkah seperti Anak kecil begini. Jimin kan jadi gemas, ingin mendaratkan sebuah kecupan dibibir sang Istri.
Jimin menghentikan aktifitasnya sejenak, menatap pada Keina yang saat ini juga tengah menatapnya.
"Kita akan pergi berbulan madu. Lagipula aku hanya ingin berdua saja denganmu, tanpa gangguan siapapun." ucap Jimin serius. Keina tidak pernah peka dengan apa yang ia inginkan. Jimin hanya ingin menghabiskan waktu berdua dengan sang Istri, hanya berdua saja. Tanpa gangguan dari siapapun.
"Lagipula dia tidak akan mengganggu. Kita kan tidur dikamar yang berbeda."
Jika Keina memiliki sikap keras kepala, maka Jimin tak kalah keras kepala darinya. Pria itu juga tak akan mau kalah dengan sang Istri.
"Tidak! Jika aku bilang tidak akan tetap tidak."
Keina menghentakkan kakinya berulang kali lantaran merasa kesal. Sekarang ia terlihat seperti bocah berusia tujuh tahun yang sedang merajuk.
"Kalau begitu aku tidak mau pergi berlibur. Aku bilang saja pada Eomma jika aku sedang tidak enak badan." ancam Keina.
Jimin akui, Keina adalah tipe Perempuan yang begitu berani. Berkat keberaniannya itulah membuat Jimin jatuh hati padanya.
"Bilang saja. Aku juga akan bilang pada Eomma jika kau telah berbohong padanya. Dan aku akan menyeretmu untuk tetap pergi berlibur."
"Aku tidak mau, Jim. Pokoknya tidak mau."
Jimin memejamkan matanya sejenak, jika saja ia tak mencintai Keina dengan begitu dalam, sudah dipastikan Jimin akan mendorong Keina dari atas balkon. Biar mampus sekalian. Ohh tidak. Jimin segera menggelengkan kepalanya. Menghilangkan pikiran kurang ajar itu dari kepalanya.
"Baiklah. Kau boleh mengajak Chan Yun untuk berlibur bersama kita."
Pada akhirnya Jimin memilih untuk mengalah. Daripada ia harus berdebat dengan Keina.
"Yeah. Gomawa, Jimin-ah. Sarangheo."
Jimin tersenyum ketika Keina membawanya kedalam pelukan hangatnya.
"Coba katakan sekali lagi, Kein."
Keina segera melepaskan pelukannya. Menatap Jimin dengan begitu intens. "Katakan apa?"
"Katakan sekali lagi kalau kau mencintaiku?"
"Ah. Itu tadi aku hanya salah bicara."
Jimin mendengus kesal, "Kau memang sangat menyebalkan."
🐸🐸🐸🐸
Entah kenapa hari ini Sona merasa begitu bahagia. Hanya semangkuk ice cream dengan rasa vanilla, tapi dapat merubah mood nya menjadi lebih baik saat ini.
Maniknya menatap pada Yoongi yang saat ini tengah sibuk bermain ponselnya. Pria itu sedari tadi mengabaikan ice cream rasa cokelat yang berada di atas meja.
"Yoon. Apa kau tidak suka ice cream?" tanya Sona dengan mulut yang mengembung karena terdapat banyak ice cream di dalam mulutnya.
Yoongi menghentikan acara bermain ponselnya. Menaruh ponselnya kembali disaku celana. Maniknya menatap pada Sona yang mulutnya dipenuhi dengan ice cream, gadis itu jadi terlihat seperti ikan buntal.
"Tidak!" jawab Yoongi singkat.
"Kenapa?"
"Pada dasarnya aku sudah manis. Jadi aku tidak suka ice cream."
Sona mendengus lantaran merasa kesal. Yoongi ini adalah Pria yang memiliki tingkat kepercayaan diri begitu besar.
"Kalau begitu aku makan ice cream punyamu, ya?"
Yoongi mengangguk, atensinya masih fokus pada Sona yang menikmati semangkuk ice cream. Jika ditatap seperti ini Sona terlihat begitu manis. Hanya saja, kelakuan Sona kadang sedikit bobrok. Tetapi Yoongi tak pernah merasa menyesal karena telah memilih Sona sebagai Istri kontraknya. Gadis itu sangat pandai mengambil hati Orang Tuanya. Sona juga begitu sopan jika dengan berada dengan kedua Orang Tua Yoongi. Sona juga tidak pernah bersikap aneh-aneh. Seperti pergi ke club malam untuk menghabiskan waktu bersama dengan teman-temannya. Tidak, Sona tidak pernah melakukan hal seperti itu.
"Sona. Ada bekas ice cream pada sudut bibirmu."
Yoongi lantas mengulurkan tangannya untuk menghapus sisa ice cream yang ada pada sudut bibir Sona dengan ibu jari. Membuat Sona membeku untuk sesaat, maniknya menatap intens pada Yoongi. Membuat pandangan mereka untuk sesaat saling bertemu. Membuat jantung keduanya tiba-tiba berdetak dengan sangat kencang. Darahnya pun berdesir hebat.
Merasa keadaan berubah menjadi canggung, Yoongi segera menarik tangannya untuk menjauh dari bibir Sona. Menarik tissue yang berada didepannya, lantas melemparkan tissue tersebut tepat dimuka Sona.
"Jangan seperti Anak kecil. Kau sudah besar, hanya makan ice cream saja tidak bisa."
"Yakk. Min Yoongi." bentak Sona. Ia merasa kesal lantaran Yoongi dengan begitu kurang ajarnya melempar dua helai tissue tepat diwajahnya.
Bukannya merasa bersalah, Yoongi malah terkekeh dengan ekspresi Sona yang entah kenapa terlihat begitu menggemaskan saat ini.