Jimin nyaris saja kehilangan kesadarannya jika saja sang istri tidak buru-buru masuk ke dalam kamar mandi. Di pagi hari begini Keina sudah harus dikagetkan dengan suara teriakan teramat keras sang suami yang berada di dalam kamar mandi. Ia baru saja dapat tidur pukul tiga dini hari, dan pagi ini Suaminya sudah berteriak layaknya orang yang kerasukan setan jahat. Hal tersebut spontan membuat Keina terbangun dari tidurnya, dan buru-buru melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar mandi. Jimin memang tak pernah mengunci pintu saat berada di dalam kamar mandi, hanya menutupnya saja. Berbeda lagi dengan Keina, ia harus mengunci pintu saat mandi. Karena takut setan mesum dalam diri suaminya tiba-tiba saja keluar dan membuat Jimin tiba-tiba saja nyelonong masuk ke dalam kamar mandi dan ikut mandi bersama. Keina selalu berjaga-jaga agar hal seperti itu tidak terjadi lagi, cukup satu kali saja."Tadi ada kecoa di wastafel." ucap Jimin sembari menunjuk kearah wastafel.
Keina menatap pada sang suami yang kini berdiri tidak jauh darinya. Jimin hanya mengenakan boxer untuk menutupi bagian bawahnya, sedangkan bagian atas tubuhnya ia biarkan terpampang nyata dihadapan istrinya.
"Kau masih saja takut dengan kecoa. Lihat badan kekarmu itu." ucap Keina.
Keina masih tak mengerti, bagaimana cara sang suami mendapatkan badan sebagus itu. Pasalnya saat menikah dulu badan Jimin belum terbentuk sebegitu indahnya. Tapi kenapa sekarang bisa kekar begitu. Yang Keina tahu suaminya juga jarang sekali melakukan olah raga.
"Itu menjijikan. Aku benci kecoa."
"Kau juga takut kupu-kupu. Hanya denganku saja kau tidak takut." ucap Keina menatap tajam pada sang suami.
Jimin nyaris berteriak kalau saja mulutnya tidak segera dibekap oleh Keina. Badan Pria itu sudah bergetar hebat, ia nyaris saja melompat saat seekor kecoa tiba-tiba saja melintas dan berhenti sejenak tepat di samping kakinya. Tidak butuh waktu lama, Keina segera menginjak kecoa tersebut sampai mati. Membuat Jimin merasa bergidik ngeri dengan tingkah sang istri barusan.
"Dengan kecoa saja kau takut." ejek Keina sembari menjauhkan tangannya dari bibir sang suami.
"Cepat buang kecoa nya." pintah Jimin pada sang istri.
Keina mendengus lantaran merasa sangat kesal. Ia segera mengambil kecoa yang sudah mati di atas lantai kamar mandi tersebut. Jimin dibuat tak habis pikir dengan keberanian yang dilakukan oleh istrinya. Pasalnya banyak sekali Perempuan diluar sana yang merasa jijik atau bahkan sangat takut dengan hewan tersebut. Sedangkan Keina terlihat biasa saja.
Keina tak pernah merasa takut dengan kecoa, pasalnya saat tinggal di Apartemen dengan kedua sahabatnya dulu. Kecoa seringkali berdatangan, apalagi di kamar mandi Sona. Perempuan bermarga Lee itu memang terkesan jorok diantara yang lainnya. Chan Yun dan Keina harus selalu siap dan waspada jika Sona berteriak dengan sangat lantang karena ada kecoa yang hinggap di wastafel. Keina seolah terbiasa dengan hewan yang bernama kecoa tersebut. Tidak merasa takut, atau bahkan merasa jijik. Terlampau biasa saja untuk dirinya. Ketimbang sang Suami, tingkat keberanian Keina jelas lebih tinggi. Dengan kupu-kupu saja Jimin sangat takut, padahal hewan itu sangat indah.
"Dengan kupu-kupu kau takut. Dengan kecoa kau juga takut. Pria macam apa kau ini." ejek Keina.
Jimin hanya terdiam, tak ingin berdebat dengan sang istri di pagi hari begini. Apalagi setelah melihat adegan mengerikan yang dilakukan oleh sang istri kepada kecoa yang bernasib malang tersebut. Kecoa itu mati mengenaskan karena di injak oleh istrinya. Keina benar-benar Perempuan yang sangat mengerikan.
🐨🐨🐨🐨
Kim Namjoon dan Chan Yun kini semakin dekat saja. Keduanya sepakat untuk memulai semuanya dari awal. Chan Yun selalu berusaha agar Namjoon bisa dengan perlahan mengingat masa lalunya. Mengingat tentang apa yang telah terjadi dalam hidup keduanya selama ini.
"Apa dulu saat pacaran kita sering menghabiskan waktu hanya untuk duduk berdua di bangku taman seperti ini?" tanya Namjoon pada Chan Yun.
Chan Yun terdiam untuk sesaat, selama keduanya menjalin hubungan. Jarang sekali keduanya melakukan hal romantis layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Chan Yun yang selalu bersikap malu-malu tapi sebenarnya kalau disosor pun ia pasti mau. Membuat Namjoon selalu menghargai perasaan gadis cantik tersebut. Namjoon tidak akan memaksakan dirinya untuk mencium Chan Yun jika gadis itu tak mau melakukannya.
"Tidak pernah. Baru pertama kali kita melakukan ini. Duduk berdua di bangku taman sambil melihat banyak pohon di sekitar." jelas Chan Yun.
"Apa dulu aku bukan tipe Pria yang romantis?"
Chan Yun menggeleng, "Tidak. Kau sangat romantis bagiku."
"Hal romantis apa yang pernah kita lakukan saat itu?"
Chan Yun mencoba untuk mengingat hal romantis apa yang pernah Namjoon lakukan padanya. Seingatnya ia tak pernah mendapatkan sebuah bunga dari Namjoon, Pria itu juga tidak pernah memberinya cokelat, ataupun sebuah boneka layaknya pasangan pada umumnya.
"Aku ingat." ucap Chan Yun dengan sebuah senyuman yang seketika mengembang, membuat Namjoon semakin antusias untuk mendengarkan cerita dari masa lalunya dengan Chan Yun, "Kita pernah kehujanan bersama. Waktu itu mobilmu mogok sepulang dari kita makan malam berdua. Lalu kau membawa sebuah payung hitam, tapi payung itu sangat kecil. Tidak muat untuk kita berdua, akhirnya punggungmu basah dan aku merasa tak tega. Akhirnya kita memilih untuk hujan-hujan berdua guna sampai ke apartemenmu yang tak jauh dari tempat mobilmu mogok." lanjut Chan Yun. Gadis itu nampak sekali sangat antusias menceritakan kisah masa lalu keduanya.
Namjoon terdiam dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Bagaimana bisa Chan Yun mengatakan hal memalukan seperti itu adalah hal yang terkesan begitu romantis. Apakah bahagia gadis itu sangat sederhana? Dengan hujan-hujanan berdua saja sudah membuatnya bahagia seperti itu. Berbeda sekali dengan gadis di luaran sana. Mereka akan merasa bahagia jika diajak belanja, membeli barang-barang mewah.
"Lalu setelah itu apa yang kita lakukan? Apa kau menginap di apartemenku?" tanya Namjoon merasa sangat penasaran dengan kelanjutan dari cerita Chan Yun.
Chan Yun menggeleng, "Benar sekali. Aku menginap di apartemenmu. Lalu kita berbagi kehangatan di atas ranjangmu yang sangat besar itu."
Mata Namjoon spontan terbelalak mendengar penuturan Chan Yun barusan, "Berarti kita berdua pernah melakukannya?" tanya Namjoon tak percaya. Ia jadi merasa bersalah, karena telah menodai gadis polos seperti Chan Yun.
"Melakukan apa?" tanya Chan Yun.
Kapasitas otak Chan Yun sangatlah kecil. Sampai hal seperti itu saja ia tidak mengerti.
"Sex?"
Kedua mata Chan Yun spontan terbelalak, untuk sesaat bibirnya terbuka dengan sangat tidak elitnya, "Bukan itu. Kita tidur diatas ranjang besar milikmu dengan saling berpelukan."
Helaan napas lega seketika keluar dari belah bibir Namjoon. Setidaknya gadis yang kini duduk disampingnya ini masih suci.
Tangan Namjoon terulur untuk mengelus lembut surai panjang Chan Yun. Membuat gadis itu merasa sangat nyaman dengan perlakuan Namjoon padanya.