Yoongi menatap pada sang istri yang berulang kali keluar masuk kamar mandi. Dan ini sudah keempat kalinya Sona melakukan hal yang sama. Setelah makan malam berlangsung, Perempuan itu memuntahkan makanan yang baru saja dimakannya.
"Kau ini sebenarnya kenapa?" tanya Yoongi pada sang istri.
Sona masih terdiam di depan pintu kamar mandi. Entah kenapa kini kepalanya terasa pusing. Sejak pagi tadi ia memang merasa tidak enak badan. Berulang kali ia memuntahkan makanan yang baru saja ia makan. Padahal tidak ada yang salah dengan makanan yang di makanannya. Tidak mungkin ia keracunan makanan, melihat bagaimana kondisi Yoongi yang baik-baik saja. Sebab makanan yang ia makan sama dengan yang dimakan oleh suaminya. Jika ia mengalami keracunan makanan, suaminya juga pasti akan mengalami hal yang sama.
"Aku juga tidak tahu. Sekarang kepalaku pusing." ucap Sona sembari memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja terasa berdenyut nyeri.
"Aku akan membawamu ke Dokter," ucap Yoongi sembari menaruh ponsel yang ada pada genggamannya di atas nakas.
Yoongi melangkahkan kakinya mendekat pada sang istri yang masih setia berdiri di depan pintu kamar mandi. Penampilan Sona begitu berantakan. Surai yang terlihat acak-acakan dengan wajah yang penuh dengan keringat.
"Kepalaku pusing."
Pada akhirnya Sona memberanikan diri untuk mengeluh di hadapan suaminya. Jika tadi pagi Yoongi sempat memaki dirinya karena berulang kali keluar masuk kamar mandi saat keduanya tengah melakukan sarapan pagi. Setidaknya kini Yoongi harus peduli padanya.
Yoongi menempelkan telapak tangannya pada kening sang istri, "Tidak panas." ucap Yoongi sembari menjauhkan tangannya dari kening sang istri, "Mungkin kau terlalu banyak dosa."
Sona mencoba untuk tetap bersabar menghadapi mulut jahat suaminya. Bahkan disaat dirinya benar-benar sakit ucapan sang suami tetap saja jahat padanya.
"Aku ini sedang sakit. Jadi berhenti mengataiku." ucap Sona yang merasa tidak terima atas apa yang baru saja dikatakan oleh sang suami. Jika dibandingkan dengannya. Dosa Yoongi pasti jauh lebih banyak.
Yoongi melangkahkan kakinya untuk mendekat kearah lemari. Tangannya terulur untuk membuka pintu lemari guna mengambil jaket agar dikenakan oleh sang istri.
"Kau harus memakai jaket saat pergi ke Dokter. Aku takut kau kedinginan saat perjalanan ke sana." ucap Yoongi sembari menyodorkan jaket berwarna hitam pada sang istri.
Sona mengangguk. Lantas ia mengambil jaket yang berada di tangan suaminya, lalu memakainya.
"Kepalaku sangat pusing, Yoon." ucap Sona sembari memegangi kepalanya yang semakin terasa berdenyut nyeri.
"Kau harus bisa menahan rasa sakitnya sampai kita sampai di parkiran. Tidak mungkin aku menggendong tubuhmu yang berat ini sampai ke parkiran, kan?"
Astaga. Mulut Min Yoongi.
Jika sedang tidak dalam keadaan sakit seperti sekarang ini. Mungkin mulut jahat suaminya sudah ia sumpal dengan vas bunga yang ada di atas meja. Sungguh luar biasa Min Yoongi ini.
"Andai aku tidak sedang dalam keadaan sakit, sudah aku sumpal mulutmu." ucap Sona sembari menatap tajam pada suaminya.
Ingin rasanya Sona menangis detik ini juga. Kenapa Tuhan harus memberikannya suami seperti Min pucat Yoongi. Selain bermulut jahat suaminya juga sangat tidak pengertian. Ia juga ingin merasakan bagaimana rasanya diberi perhatian lebih seperti Chan Yun. Ia juga ingin merasakan kasih sayang yang penuh dari sang suami seperti halnya Keina.
🐣🐣🐣🐣
K
im Namjoon merebahkan tubuhnya tepat di samping sang istri. Ia mengulurkan tangannya untuk mengelus lembut perut sang istri.
"Kau ingin anak laki-laki atau perempuan?" tanya Chan Yun.
Namjoon tersenyum, "Ingin anak laki-laki yang tampan sepertiku dan anak perempuan yang cantik sepertimu." ucap Namjoon sembari memberikan kecupan singkat pada kening sang istri.
Kedua pipi Chan Yun bersemu merah karena perlakuan manis dari suaminya. Ia sudah terlalu sering mendapatkan perlakuan manis dari suaminya. Tapi tetap saja, jantungnya selalu berdetak lebih kencang dari biasanya ketika Kim Namjoon berlaku manis padanya.
"Jadi kau ingi anak laki-laki dan perempuan yang lahir secara bersamaan, begitu?" tanya Chan Yun.
Namjoon terkekeh, "Laki-laki atau perempuan itu tidak menjadi masalah, Babby. Aku akan mencintainya dengan sepenuh hati, seperti aku mencintai Ibu yang telah melahirkannya."
Astaga. Namjoon manis sekali.
Chan Yun sadar jika berada di dekat suaminya itu sangat berbahaya untuk kesehatan jantungnya. Tapi ia juga tidak bisa berada jauh dari Pria yang dicintainya ini.
Namjoon menyentuh lembut pipi sang istri. Ia pun segera mendekatkan wajahnya, ia langsung menyatukan bibirnya pada bibir sang istri.
Manik Chan Yun seketika membulat tatkala sang suami yang tiba-tiba saja menciumnya. Ia dapat merasakan sesuatu yang tebal, kenyal dan basah menempel pada bibirnya. Apa yang dilakukan oleh suaminya sukses membuat jantung Chan Yun berdetak semakin kencang di dalam sana. Meskipun keduanya telah menikah dan kini Chan Yun tengah hamil buah hatinya bersama dengan Namjoon. Tapi tatap saja sikap malu-malu kucing yang dimiliki oleh Chan Yun tidak bisa hilang begitu saja. Bahkan dengan suaminya sendiri terkadang ia bisa merasa malu.
Chan Yun memejamkan matanya saat sang suami sedang berusaha untuk memperdalam ciumannya. Memberikan buaian indah yang tak akan pernah dilupakan begitu saja oleh istrinya sampai kapanpun.
Namjoon merasakan tepukan pada dadanya berulang kali. Ia yang merasa peka dengan hal itu segera melepaskan tautan bibir keduanya. Lantas ia mengulurkan tangannya untuk menghapus sisa saliva yang menempel pada belah bibir sang istri.
"Babby. Bibirmu bengkak." ucap Namjoon sembari menjauhkan tangannya dari bibir sang istri.
"Kau yang membuatnya membengkak." ucap Chan Yun sembari refleks memukul dada suaminya.
Namjoon terkekeh saat menyadari ekspresi malu-malu yang ditunjukkan oleh istrinya. Padahal keduanya telah menikah.
"Mau lagi?" tanya Namjoon mencoba untuk menggoda istrinya. Padahal ia tahu jika kini kedua pipi sang istri sudah sangat merah bak buah tomat.
"Mau apa?"
"Aku cium lagi sampai bengkak."
Chan Yun menggelengkan kepalanya, "Tidak. Kau membuatku kehabisan napas."Namjoon tertawa, hal itu semakin membuat Chan Yun merasa kesal. Baginya tidak ada yang lucu disini. Lalu kenapa suaminya tertawa dengan sangat kencang.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Chan Yun.
"Kau lucu." ucap Namjoon sembari memberikan kecupan singkat pada bibir sang istri.