"Eomma sudah menyiapkan tiket untuk kita pergi berlibur." ucap Jimin yang sontak mendapat tatapan tajam dari Keina.
"Berlibur?"
Jimin mengangguk, tangannya terulur untuk mengambil ponsel yang berada dalam genggaman sang Istri. Semenjak keduanya menikah, Keina lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain ponsel. Hingga membuat Jimin merasa terabaikan. Ia tidak suka jika Keina terlalu fokus pada ponselnya.
"Iya. Eomma menyuruh kita berlibur, sekalian membuat babby." ucap Jimin.
Keina menghela napas kasar, "Semalam kita sudah melakukannya, Park. Apa kau lupa?"
Jimin masih mengingat dengan sangat jelas kejadian semalam. Saat ia dan Keina untuk pertama kalinya melakukan hubungan layaknya sepasang Suami Istri. Bagaimana Keina dengan sangat agresif menggigit pundaknya ketika Perempuan itu merasakan rasa sakit saat pertama kali melakukannya. Bahkan Keina sampai mencakar punggung Jimin hingga meninggalkan bekas merah pada punggung mulusnya. Istrinya benar-benar agresif, tapi kenapa ia malah menyukai hal itu.
Tangan Keina terulur untuk mengambil ponselnya yang ditaruh oleh Jimin di atas nakas. Ia paling tidak suka jika Jimin tiba-tiba mengambil ponsel dalam genggamannya ketika ia bertukar pesan dengan kedua Sahabatnya.
Jimin menatap penuh selidik pada sang Istri. Ia sangat tidak suka jika Keina fokus bermain dengan ponselnya, meskipun ia tahu jika Keina sedang asyik bertukar pesan dengan kedua sahabatnya. Lain kali Jimin akan mengecek isi pesan mereka, ia merasa penasaran dengan pembahasan ketiga Perempuan tersebut, sampai kadang Keina dibuat tertawa terbahak saat sedang membaca pesan dari kedua Sahabatnya itu.
"Kemarikan ponselmu." ucap Jimin sembari menatap tajam sang Istri, "Aku sedang serius membahas soal liburan kita."
"Tidak mau." jawab Keina sembari menyembunyikan ponsel miliknya dibalik punggung, takut jika Jimin kembali mengambil ponselnya.
"Kemarikan ponselmu." ucap Jimin sekali lagi.
Tolong ingatkan Keina jika saja Suaminya ini adalah Pria yang sangat pemaksa. Keinginan Jimin adalah mutlak, tak dapat diganggu gugat.
Keina menggelengkan kepalanya dalam, ia masih mempertahankan ponsel miliknya dibalik punggung, mengabaikan ponselnya yang sudah tiga kali ini berdering pertanda jika ada pesan masuk.
Jimin menarik tubuh Keina untuk menghapus jarak diantara keduanya, perlakuan Jimin yang begitu tiba-tiba membuat Keina tersentak dan ponsel yang berada dalam genggamannya pun jatuh keranjang. Jimin segera mengambil ponsel milik sang Istri, mencoba mengecek sebuah pesan yang masuk pada ponsel tersebut.
1 Message From Sona.
Kau benar, Keina. Suami bertubuh pendekmu itu memang sangat menyebalkan. Dia benar-benar seperti Anak berusia sepuluh tahun yang tak bisa ditinggalkan barang sedetik pun. (Emoticon tertawa)
Jimin mengernyit, ia mencoba membaca beberapa pesan yang telah dikirimkan Keina kepada kedua Sahabatnya. Jadi, selama ini mereka bertiga sering membicarakan perihal dirinya. Bahkan Keina secara terang-terangan mengatakan jika Jimin itu begitu menyebalkan kepada kedua Sahabatnya.
"Jim." cicit Keina.
Jimin masih membaca beberapa pesan yang sudah Keina kirimkan kepada kedua Sahabatnya. Ia merasa tak terima dikatai seperti Anak kecil begini, ia merasa harga dirinya direndahkan. Ia adalah seorang Pria dewasa berusia dua puluh lima tahun. Tapi, kedua Sahabat dari Istrinya mengatakan ia seperti Anak yang masih berusia sepuluh tahun. Ohh, yang benar saja. Mana ada Anak berusia sepuluh tahun bertubuh kekar seperti dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/263165450-288-k397292.jpg)