33

137 20 24
                                    


Tak henti-hentinya sebuah senyuman terukir dari belah bibir Park Jimin tatkala menatap sang istri yang kini terlihat begitu bahagia hanya karena semangkuk ice cream dengan rasa Cokelat. Tak Jimin pungkiri sejak menikah dengan Keina sebuah kebahagiaan dapat ia rasakan dengan cara yang begitu sederhana. Bahkan hanya dengan melihat senyuman manis yang terpatri pada belah bibir sang Istri, Jimin sudah merasa begitu bahagia. Baginya Keina adalah suatu anugrah yang tercipta begitu nyata, dan Jimin selalu dibuat bersyukur karena dapat bertemu dengan Perempuan manis seperti Keina.

"Kenapa sedari tadi kau memandangku?" tanya Keina sembari menatap sang suami.

"Kau manis." jawab Jimin.

Keina tersenyum, kedua pipinya bersemu merah, jantungnya berdebar dengan sangat kencang di dalam sana. Bukankah hal semacam ini sudah biasa Jimin lakukan padanya. Keduanya telah lama menikah, tapi kenapa hanya dengan untaian kata seperti ini jantungnya dapat dibuat kacau seperti saat ini.

"Kita mau kemana lagi?" tanya Keina.

Jimin terdiam sejenak, nampak sedang berpikir. Keduanya sudah menghabiskan waktu setengah hari hanya untuk sekedar berjalan-jalan. Sebelum membeli ice cream, keduanya sempat berkeliling mall. Tak membeli apapun, karena memang Keina tak ingin apapun. Jimin sudah menawarkan pada sang istri. Sebuah baju mahal, tas mahal, bahkan sepatu mahal. Namun Keina sama sekali tidak tertarik dengan barang-barang seperti itu. Istrinya lebih suka berjalan-jalan berdua dengan tangan yang bergandengan, layaknya pasangan muda yang sedang berpacaran.

"Memangnya kau ingin kemana lagi?" tanya Jimin.

Keina menggeleng, "Aku tidak ingin kemana-mana. Aku ingin pulang saja, aku sangat lelah seharian jalan-jalan."

Jimin dibuat tersenyum dengan jawaban jujur yang Keina lontarkan. Padahal Perempuan itu sendiri yang minta padanya untuk berkeliling mall. Padahal Jimin sempat melarang, takut jika saja sang istri kecapekan dan terjadi sesuatu dengan bayi yang ada di dalam kandungannya. Ingat. Jimin adalah tipe calon Ayah yang sangat sensitif, apapun akan ia lakukan demi sang Anak yang masih berada di dalam kandungan sang istri. Termasuk melarang Keina untuk menghentakkan kakinya berulang kali saat sedang merasa kesal. Kebiasaan istrinya menghentakkan kakinya saat sedang kesal bukan hal biasa untuknya. Tentu saja ia sangat takut jika saja bayi yang ada di dalam kandungan sang istri akan keluar sebelum waktunya.

"Kau sendiri tadi yang minta berkeliling  mall. Kelelahan kan akhirnya. Setelah ini kau harus tidur. Aku akan membuatkan susu ibu hamil untukmu sesampainya kita di rumah." ucap Jimin pada sang istri.

Keina mencebikkan bibirnya, membuat Jimin ingin sekali menarik bibir sang istri sangking gemasnya. Namun hal tersebut ia urungkan karena takut Keina akan marah dan berujung pertengkaran. Jika dirumah tidak masalah baginya, tapi keduanya masih berada di tempat umum. Jimin masih punya rasa malu dalam dirinya, berbeda lagi dengan sang istri yang tidak melihat situasi terlebih dahulu saat sedang marah-marah.

"Aku kan memang ingin jalan-jalan. Setiap hari kau mengurungku di rumah. Aku sangat bosan asal kau tahu." ucap Keina pada sang suami, berharap Jimin dapat mengerti sedikit saja apa yang selama ini ia rasakan jika sedang berada di rumah, "Nanti malam aku akan menginap di rumah Chan Yun." lanjut Keina.

Jimin lantas dengan cepat menggelengkan kepalanya, pertanda jika dirinya tak setuju dengan ucapan yang baru saja keluar dari belah bibir sang istri, "Tidak! Kau tidak boleh menginap disana. Kita tidur di rumah."

Sebuah senyuman yang sedari tadi menghiasi wajah manis sang istri seketika luntur, digantikan dengan raut sedih yang begitu kentara, "Kau kan sudah janji waktu itu. Jika libur kau mengizinkanku menginap di rumah Chan Yun. Aku sudah mengadakan janji dengan Sona, dan dia setuju. Aku tidak mau tahu ya, Jim. Pokoknya malam ini aku akan tetap menginap disana."

My Stupid Boss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang