71

121 17 20
                                    






"Babby. Aku ingin bermain ayunan di taman bersama dengan Sona dan Keina." ucap Chan Yun pada sang suami.

Sebagai seorang suami yang baik. Ia selalu berusaha menuruti apa yang diinginkan oleh sang istri ketika hamil. Sebenarnya keinginan istrinya sangat sederhana tidaklah neko-neko. Hanya bermain ayunan di sebuah taman bersama dengan kedua sahabatnya. Sederhana bukan. Hanya saja yang membuatnya rumit adalah sepupu posesifnya itu. Jimin pasti tidak akan memberikannya izin untuk membawa Keina pergi, kecuali jika Pria itu ikut bersama dengannya.

"Kau bisa mengajak Sona saja. Untuk Keina aku takut jika Jimin akan marah seperti kemarin." ucap Namjoon srmbari tersenyum begitu lembut.

Chan Yun mengangguk. Lantas tangannya terulur untuk mengambil ponsel yang berada di atas nakas. Ia mengetik sebuah pesan untuk dikirim kepada Sona. Berharap jika saja Perempuan itu tidak sibuk dan bisa menemaninya hanya untuk sekedar bermain ayunan di taman dan mengobrol. Karena hanya Sona satu-satunya harapan Chan Yun untuk saat ini. Mengingat jika saja Keina memiliki pawang yang sangat galak dan begitu posesif. Ia hanya takut Jimin kembali marah-marah seperti beberapa hari yang lalu.

Ting...

Tak menunggu waktu lama untuk Chan Yun mendapatkan balasan dari sahabatnya. Sona selalu merespon pesannya dengan sangat cepat.

1 massage from Min Sona.

Aku dari pagi mual. Kepalaku pusing. Maaf kali ini aku tidak bisa menemanimu, Chan.

Helaan napas berat keluar dari belah bibir Chan Yun. Satu-satunya harapan dirinya saat ini adalah Keina.

"Bagaimana? Apa Sona bisa?" tanya Namjoon pada sang istri.

Chan Yun menggelengkan kepalanya, "Dia bilang kalau dia mengalami mual dari pagi. Jadi Sona tidak bisa pergi bersamaku."

Namjoon dapat melihat dengan jelas raut wajah kecewa yang ditunjukkan oleh sang istri. Jika sudah begini ia tidak punya pilihan lain selain menghubungi sepulu galaknya itu. Mengatakan pada Jimin jika sang istri sedang ngidam naik ayunan dan ditemani oleh Keina.

"Tidak usah sedih. Biar aku yang menghubungi Jimin. Aku akan meminta izin padanya agar Keina bisa menemanimu."

"Aku takut Jimin akan marah."

Namjoon juga yakin jika saja Jimin pasti akan marah-marah jika Keina dibawa pergi olehnya dan sang istri. Tapi demi kebahagiaan istrinya yang kini tengah mengandung buah hatinya, apapun akan ia lakukan meskipun nantinya ia harus berdebat dengan sepupu galaknya itu.

"Kau tenang saja. Aku yang akan bicara pada Jimin." ucap Namjoon.

Namjoon meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Lalu melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar. Ia akan menghubungi Jimin. Mencoba menerima cacian berserta makian yang pasti akan ia dapatkan dari sang sepupu setelah ini. Maka dari itu ia memilih untuk menjauh dari sang istri saat menghubungi sepupu jahanamnya itu.

Namjoon mencoba untuk menghubungi Jimin. Namun Pria bertubuh pendek itu juga mengangkat telepon darinya. Hal itu semakin membuatnya merasa sangat kesal.

Untuk yang kedua kalinya Namjoon mencoba untuk menghubungi sepupunya tersebut. Berharap jika saja Jimin segera mengangkat telepon darinya.

"Ada apa, Hyung?"

Helaan napas keluar dari belah bibir Namjoon tatkala telepon telah tersambung. Ia merasa lega karena pada akhirnya Jimin mengangkat telepon darinya.

"Boleh aku mengajak istrimu pergi?" tanya Namjoon tanpa basa-basi terlebih dahulu. Ia hanya tidak ingin mengulur banyak waktu karena ini sudah sore dan sebentar lagi hari akan gelap. Jika bukan demi sang istri yang sedang hamil ia tidak akan mau melakukan hal seperti ini.

My Stupid Boss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang