74

119 18 16
                                    










Keina terkejut, sangat terkejut karena sang Ibu yang pagi ini sudah berada di rumahnya. Ibunya tidak memberitahukan apapun padanya jika akan mengunjunginya. Tapi tiba-tiba saja sang Ibu sudah berada di meja makan dengan sebuah senyuman yang mengembang. Atau mungkin saja saat ini Keina tengah bermimpi.

"Akhh sakit." monolog Keina tatkala dirinya baru saja mencubit pipinya sendiri. Hanya mencoba memastikan jika kini dirinya tidak sedang bermimpi.

"Kau kenapa?" tanya Nyonya Han pada sang Puteri.

"Eomma. Bagaimana bisa kau ada disini?" tanya Keina. Ia masih tidak percaya dengan semua ini. Bagaimana ibunya yang kini sudah duduk di kursi makan dan terlihat begitu bahagia.

Banyak sekali pertanyaan yang memenuhi kepala Keina. Kenapa Ibunya bisa tiba-tiba saja berada disini. Lalu dimana sang Ayah. Kenapa ia tidak menemukan keberadaan Ayahnya. Padahal ibu dan ayahnya itu satu paket. Keduanya tidak bisa dipisahkan barang sedetik pun. Karena Ayahnya begitu mencintai ibunya. Pria paruh baya itu bahkan lebih posesif ketimbang suaminya.

"Kau pasti sangat bahagia karena Eomma ada disini sekarang." ucap Nyonya Han dengan sebuah senyuman yang mengembang.

Jimin memang sengaja menyuruh sang Ibu mertua untuk berada di rumahnya guna menemani sang istri menjelang persalinan. Perkiraan persalinan istrinya memang kurang lebih tiga minggu lagi. Ia ingin ada sang mertua yang selalu menemani istrinya ketika ia sibuk di kantor. Sebab ibunya tengah sibuk berlibur dengan teman sosialitanya.

Keina menggeleng, "Tapi bagaimana bisa? Eomma tidak memberitahuku terlebih dahulu jika akan kesini."

Dapat Keina lihat sang suami yang kini tengah melangkahkan kakinya untuk mendekat kearahnya. Terlihat Jimin yang kini tengah mematri sebuah senyuman kepada sang mertuanya.

"Eomma. Bagaimana kabarmu?" tanya Jimin pada sang mertua.

Nyonya Han beranjak dari duduknya, melangkahkan kakinya untuk mendekat pada sang menantu. Lalu menarik Jimin ke dalam pelukannya. Hal itu semakin membuat Keina tidak mengerti dengan semua ini. Bagaimana bisa sang Ibu memeluk suaminya, padahal ia sedari tadi berdiri di samping meja makan tapi tidak ada niatan dalam diri sang Ibu untuk memeluknya. Muncul dugaan jika saja rasa sayang sang Ibu padanya kini telah berkurang. Kini ibunya lebih menyayangi menantu kayanya ini.

"Eomma bahkan kau belum memeluk Puterimu." ucap Keina yang merasa sangat kesal pasalnya ibunya lebih memilih memeluk Jimin terlebih dulu ketimbang dirinya yang tidak lain adalah anak kandungnya sendiri.

Nyonya Han tersenyum ketika melihat ekspresi kesal sang Puteri. Sudah terlampau biasa melihat raut wajah Puterinya yang seperti itu. Kadangkala Keina memang sangat kekanakan dan ingin sekali di manja. Tapi sebagai seorang ibu ia sama sekali tidak mempermasalahkan akan hal itu.

Keina merentangkan kedua tangannya, namun sang Ibu tak kunjung memeluk dirinya. Sepertinya Nyonya Han menang sengaja menggoda Puteri manisnya ini.

"Kau sangat bau. Eomma malas memelukmu." ucap Nyonya Han.

Keina menggeleng, "Eomma menyebalkan sekali. Aku baru saja mandi." ucap Keina sembari menghentakkan kakinya berulang kali lantaran merasa begitu kesal.

Melihat tingkah laku sang istri, Jimin pun melotot horor, "Jangan menghentakkan kakimu seperti itu. Nanti anakku bisa keluar sebelum waktunya."

Nyonya Han terkekeh tatkala melihat ekspresi sang menantu yang begitu berlebihan saat ini. Setidaknya ia merasa begitu bahagia karena Puterinya mendapatkan suami yang begitu tulus seperti Park Jimin. Siapa lagi Pria yang akan mencintai Puteri galaknya ini dengan tulus jika bukan Jimin. Sebagai seorang Ibu ia jelas tahu bagaimana sikap asli Keina. Puterinya memang sangat manis, tapi terkadang mulutnya juga sangat sadis.

My Stupid Boss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang