5

279 37 18
                                    



Keina tersenyum bahagia setelah menerima panggilan dari Sona. Ia menaruh kembali ponselnya diatas nakas, malam ini Sona mengajaknya untuk menginap di apartemen Chan Yun. Apartemen yang dulu pernah mereka tempati bersama. Sungguh, Keina merasa sangat rindu dengan momen kebersamaan yang terjalin diantara ketiganya. Mereka memang seringkali bertengkar, bahkan Sona dan Chan Yun seringkali adu mulut jika bersama, tapi disaat mereka telah tinggal terpisah, justru hal itu yang membuat Keina sangat rindu.

Mata Keina berotasi, menatap pada presensi sang Suami yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut yang masih basah.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu? Apa aku terlihat sangat sexy dengan rambut basah seperti ini?" tanya Jimin dengan seulas senyum yang membuat Keina ingun sekali memukul bibir tebal kelewat kurang ajar Park Jimin. Pria itu terlampau percaya diri.

Keina dengan cepat menggeleng, "Sona tadi menghubungiku, dia mengajak untuk menginap di apartemen Chan Yun."

Jimin melemparkan handuk yang berada ditangannya pada sofa, lantas menarik napas. Melangkahkan kakinya untuk mendekat pada sang Istri yang terduduk diatas ranjang dengan punggung yang bersandar pada headboard.

Menatap Keina dengan intens, lalu setelahnya berucap, "Kau tidak boleh menginap disana. Nanti aku tidur dengan siapa?"

Sudah menduga jika Jimin tak akan memberinya izin untuk menginap di apartemen lamanya. Pria itu sangat posesif padanya, membuat Keina kurang nyaman dengan sikap yang Jimin tunjukan padanya selama ini. Ia ingin bebas, ia juga tau batasan sebagai seorang Istri. Tapi Jimin seolah mengurungnya didalam rumah besar ini layaknya seorang tahanan. Sebelum menikah Keina suka sekali menghabiskan waktu untuk pergi jalan-jalan bersama kedua sahabatnya, setelah menikah dengan Jimin bahkan rasanya begitu sulit hanya untuk sekedar keluar dari rumah besar yang saat ini ia tempati.

"Jimin. Aku mohon, aku merindukan sahabatku." ucap Keina merajuk, menatap senduh pada sang Suami yang saat ini juga tengah menatapnya dengan sangat intens.

Jimin menggelengkan kepalanya, tetap berpegang teguh pada ucapan sebelumnya. Ia tak mengizinkan sang Istri untuk menginap di apartemen lamanya. Keputusan Jimin adalah mutlak, dan Keina sangat tahu akan hal itu. Pria itu sangat pemaksa dan sangat sulit untuk dibujuk.

"Tidak!"

"Tapi aku sudah terlanjur menerima ajakan Sona. Aku tidak mau membuatnya kecewa."

Jimin sama sekali tak goyah meskipun Keina menatapnya dengan tatapan yang begitu senduh, mengisyaratkan jika ia tengah dalam keadaan sedih saat ini.

"Tidak, Park Keina."

"Tapi aku mau menginap disana, Park Jimin. Aku merindukan mereka."

"Kalau begitu aku ikut."

Alis Keina berkerut tidak suka dengan bibir yang mengerucut lucu, "Tidak. Kau tidak boleh ikut, ini acara khusus perempuan. Bahkan Sona meninggalkan Suaminya dirumah. Suaminya tak keberatan jika harus tidur sendirian untuk satu malam saja."

"Tapi aku ini Suamimu, bukan Suami Sona."

Menghela napas lelah, lalu setelahnya berucap, "Hanya malam ini saja, besok kita tidur bersama lagi."

"Tidak. Aku tak suka tidur sendirian."

"Sebelum menikah kau kan juga tidur sendirian."

"Tapi setelah menikah aku tidak terbiasa tidur sendirian. Aku mau kau selalu berada disampingku."

Berdebat dengan Jimin adalah hal yang sangat Keina hindari, pasalnya Pria itu sangat pandai bicara membuat Keina selalu kalah telak jika berdebat dengan sang Suami.

My Stupid Boss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang