40

149 23 15
                                    


Jimin membuka pelan pintu kamarnya, ia menatap sekeliling kamar namun tak mendapati sang istri berada di dalam kamar. Ia merasa sangat bersalah karena apa yang telah dilakukannya pada sang istri. Sejak Keina pulang dari kantornya ia terus saja kepikiran tentang istrinya. Tidak seharusnya Jimin bersikap seperti tadi pada sang istri. Apalagi sampai harus mengusir Keina dari ruangannya. Harusnya ia dapat lebih menyadari jika saat ini Keina sedang hamil, dan membuat sang istri jadi begitu sensitif.

Jimin menghela napas lega tatkala rungunya mendengar suara gemericik air yang berasal dari dalam kamar mandi. Ia sempat berpikir macam-macam. Takut jika Keina pergi meninggalkannya, Jimin jelas sangat takut hal itu terjadi padanya. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai sang istri pergi meninggalkannya hanya karena masalah tadi siang.

Jimin melepas jas kerja yang melekat pada tubuhnya, lalu melemparnya begitu saja ke atas sofa. Tubuhnya terasa sangat lelah, belum lagi otaknya yang sedari tadi di paksa untuk berpikir. Pikirannya jelas mengarah pada sang istri, namun ia harus memaksa otaknya untuk terus bekerja mengurusi beberapa lembar dokumen yang berada di atas meja kerjanya.

Ceklek.......

Atensi Jimin segera teralihkan pada presensi sang istri yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan mengenakan sebuah bathrobe berwarna merah maroon. Tak ada sapaan yang terdengar pada rungunya. Tak ada sambutan seperti biasanya yang Keina lakukan saat dirinya baru saja pulang dari kantor. Perempuan itu lebih banyak diam, wajahnya terlihat begitu datar. Jimin jelas tahu jika kini sang istri masih marah padanya karena kejadian tadi siang.

Keina melangkahkan kakinya mendekat kearah lemari. Membuka pintu lemari dengan begitu pelan untuk mengambil kaos dan celana. Hatinya masih terlampau sakit karena kejadian tadi siang. Tidak seharusnya Jimin menyuruh dirinya untuk pergi dari ruangannya. Keina jelas merasa tak terima diperlakukan seperti itu oleh suaminya. Dibentak, lalu diusir oleh Jimin adalah hal paling menyakitkan yang pernah ia rasakan. Sebelumnya Jimin tidak pernah berlaku seperti itu padanya.

Tak ada satupun kata yang keluar dari belah bibir keduanya. Jimin yang masih saja bungkam dengan banyak pikiran yang memenuhi otaknya. Keina yang memang sengaja memilih untuk mendiami Jimin karena masih merasa sakit hati akibat kejadian tadi siang.

Setelah mengambil kaos dan celana, Keina melangkahkan kakinya untuk kembali masuk ke dalam kamar mandi. Ia akan berganti pakaian di dalam kamar mandi. Biasanya ia akan berganti pakaian di depan sang suami, begitupun dengan Jimin. Tapi kali ini situasinya sangat berbeda. Entah kenapa saat melihat wajah Jimin hati Keina kembali dibuat berdenyut nyeri. Semenjak pulang dari kantor suaminya, Keina menangis sendirian di dalam kamar. Hingga pada akhirnya ia tertidur karena merasa sangat lelah, setelah terbangun ia buru-buru mandi karena merasa tubuhnya sangat gerah.

Jimin masih terdiam dengan pikiran yang begitu kacau. Jika sudah begini apa yang harus ia lakukan. Akan sangat sulit meminta maaf pada Keina. Jika ia diam saja, masalah tidak akan selesai. Jika ia memberanikan diri untuk bicara pada sang istri, ia yakin akan berujung sebuah perdebatan. Posisinya jadi serba salah, Jimin bingung harus bagaimana menghadapi istrinya yang tengah hamil saat ini.

Pintu kamar mandi kembali terbuka, Keina keluar dari dalam kamar mandi dengan mengenakan sebuah kaos berwarna putih dan celana kain panjang. Raut wajahnya nampak sekali datar, tak ada sedikitpun senyuman yang terpatri pada belah bibirnya. Jimin sama sekali tidak terbiasa dengan hal semacam ini. Dalam rumah tangganya selalu diisi dengan canda dan juga tawa, meskipun keduanya seringkali berdebat, tapi tidak pernah lama.

"Keina." ucap Jimin pada akhirnya setelah sukses mengumpulkan keberanian.

Keina terdiam dengan mata yang menatap lekat kearah suaminya. Ia benci berada di dalam situasi yang seperti ini. Keduanya tidak pernah bertengkar serius seperti saat ini. Biasanya Jimin hanya akan ngambek padanya, lalu berakhir meminta maaf dan memeluknya. Dan masalah langsung selesai begitu saja. Jika Keina yang dalam mode ngambek Jimin juga yang akan meminta maaf dan berakhir memberikan sebuah kecupan singkat pada bibirnya, dan masalah dianggap selesai.

My Stupid Boss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang