Chan Yun berulang kali mengumpat dalam hati karena tak kuasa melihat kemesraan yang terjalin antara Keina dan Jimin. Pria bertubuh pendek itu terus saja mengumbar kemesraan dihadapannya. Tak peduli dengan perasaan Chan Yun sama sekali. Kalau tahu begini ia tidak jadi ikut liburan. Lebih baik ia merebahkan dirinya di atas ranjang, atau mungkin menonton tayangan drama romantis dengan ditemani beberapa camilan dan segelas jus jeruk.
"Kein. Aku tinggal jalan-jalan disekitar pantai, ya." ucap Chan Yun.
Keina mengalihkan atensinya pada sang Sahabat, "Kenapa? Apa kau bosan hanya duduk disini sembari menikmati pemandangan pantai?" tanya Keina. Ia terlampau peka akan perasaan yang Chan Yun rasakan. Karena ia sendiri merasa sedikit bosan hanya dengan duduk di atas pasir pantai.
Chan Yun menggelengkan kepalanya, "Tidak! Aku hanya ingin jalan-jalan sendirian. Boleh, kan?"
Keina mengangguk, "Baiklah kalau begitu. Hati-hati, ya. Mungkin dua jam lagi aku akan kembali ke hotel."
"Iya, Keina. Selamat bersenang-senang dengan." ucap Chan Yun sembari menepuk lembut bahu Keina. Setelahnya ia melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan kedua pasangan yang sedang bermesraan tersebut. Dalam hati Chan Yun tak kuasa jika harus disuruh menyaksikan pasangan Suami Istri yang nampak begitu romantis itu, meskipun Jimin dan Keina acap kali bertengkar hanya karena masalah yang sepeleh. Tapi jujur, Chan Yun iri dengan Keina karena Suaminya begitu mencintainya. Ia ingin sekali mendapatkan cinta yang tulus dari seorang Pria. Namun, untuk membuka hati saja rasanya begitu sulit untuk saat ini.
Keina menghela napas kasar, entah kenapa ia merasa bosan hanya duduk di atas pasir pantai dengan melihat pemandangan pantai yang luar biasa indah. Padahal ini sudah menjadi impiannya sejak dulu, dan saat ini telah terwujud.
"Jim. Apa kau tak bosan hanya duduk di atas pasir pantai seperti ini?" tanya Keina sembari kembali menyandarkan kepalanya pada lengan kekar sang Suami.
"Lalu? Kau ingin kita seperti apa?"
Keina memukul pelan lengan Jimin lantaran merasa kesal. Ia bertanya pada Jimin namun sang Suami malah balik tanya padanya. Bukankah itu sangat menyebalkan.
"Aish. Kenapa kau memukulku, Kein."
Bibir Keina mengerucut lucu, lantas hal itu membuat Jimin tak kuasa untuk tak mencubit pipi sang Istri lantaran merasa begitu gemas.
"Kau ingin apa? Jalan-jalan berdua sambil bergandengan tangan, begitu?" tanya Jimin. Ia terkekeh pelan ketika tiba-tiba terlintas dalam bayangannya beberapa adegan di drama yang pernah ia tonton dulu. Sepasang kekasih yang berjalan di pinggir pantai dengan tangan yang saling bertaut. Rasanya akan sangat romantis jika ia dan sang Istri melakukan hal itu sekarang.
Keina menggeleng, "Tidak! Itu tidak seru. Aku ingin makan saja." jawab Keina sembari memegangi perutnya yang saat ini terasa lapar.
Jimin mendengus, lenyap sudah bayangan melakukan hal romantis berdua dengan sang Istri. Jimin masih begitu ingat jika mereka telah sarapan pagi empat jam yang lalu. Dan sang Istri saat ini tengah merasa lapar kembali. Terbuat dari apa sebenarnya perut Keina itu?
"Jim. Lihat ada kucing. Dia lucu sekali." pekik Keina saat melihat seekor kucing tengah berjalan mendekat kearah keduanya.
Jimin tersenyum ketika melihat Keina yang saat ini terlihat begitu bahagia hanya dengan bermain bersama seekor kucing. Perempuan manis itu membawa kucing itu kedalam gendongannya, mengelusnya dengan penuh kasih sayang.
"Jim. Coba kau gendong kucingnya." ucap Keina sembari memindahkan kucing berwarna putih tersebut kedalam gendongan sang Suami.
Lantas Keina mengambil ponsel miliknya yang berada di dalam saku celana. Menekan mode kamera dan mengarahkannya pada Jimin.