Keina segera mengambil ponsel miliknya yang berada di dalam saku celana. Dengan cepat ia menekan mode kamera. Memotret sang Suami yang akan menghanyutkan botol berisi nama dirinya dan juga Jimin. Entah apa maksud Jimin menuliskan nama mereka berdua, menaruhnya dalam sebuah botol dan menghanyutkannya ke pantai. Sungguh, Keina tak mengerti dengan jalan pikiran Pria yang saat ini sudah berstatus sebagai Suaminya tersebut.
Sebuah senyuman terbit dari belah bibir Keina saat mendapati hasil foto yang menurutnya luar biasa lucu. Jimin dengan bibir mengerucut, itu terlihat begitu menggemaskan dimatanya.
Setelah berhasil menghanyutkan botol yang didalamnya ada sebuah kertas berisi namanya dan sang Istri. Jimin lantas bangkit dari posisi jongkoknya. Tersenyum ketika mendapati Keina yang Jimin yakini saat ini tengah memotretnya.
"Kau hobby mengoleksi fotoku ya sekarang?" tanya Jimin dengan tersenyum tipis. Terlihat sekali jika dirinya tengah menggoda sang Istri yang saat ini kedua pipinya tengah bersemu merah karena malu. Entah kenapa Keina harus diam-diam, jika ingin memotretnya sang Istri bisa langsung bilang padanya.
Lantas Keina segera memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana. Merasa malu karena baru saja mereka bertengkar karena masalah celana dalam motif kupu-kupu Keina yang dibuang Jimin entah kemana.
Mendengus lantaran merasa kesal, "Aku sedang memotret pemandangan. Kenapa kau sangat percaya diri?"
Jimin terkekeh pelan, "Kau masih marah, ya?" tanya Jimin sembari melangkahkan kakinya mendekat pada sang Istri yang kini duduk di atas pasir pantai.
"Tentu saja aku marah. Kau membuang celana dalam milikku." jawab Keina masih tak terima dengan apa yang telah Jimin lakukan padanya. Membuang celana dalam kesayangan miliknya dengan seenaknya. Siapa yang tidak merasa kesal jika barang kesayanganmu dibuang begitu saja.
Jimin mendudukkan dirinya tepat di samping sang Istri. Namun, Keina telah lebih dulu menggeser tubuhnya, memberi jarak di antara keduanya.
"Kau terlalu berlebihan, Keina." ucap Jimin yang mulai merasa kesal dengan kelakuan sang Istri terhadap dirinya. Hanya karena lantaran celana dalam miliknya dibuang oleh Jimin. Keina bisa sok-sokan marah begini.
Keina terdiam, matanya menatap lurus pada pemandangan pantai yang tersaji didepannya. Semilir angin berhasil membuat surai panjangnya berterbangan.
Jimin mengalihkan atensi sepenuhnya pada sang Istri. Tersenyum begitu lembut ketika mendapati pemandangan indah yang tersaji dihadapannya saat ini. Keina terlihat begitu manis dengan surai yang berantakan karena hembusan angin.
"Keina."
Keina masih terdiam, tak mau mengeluarkan sepatah katapun. Ia masih dalam mode ngambek saat ini. Ia benar-benar akan mengabaikan Jimin. Agar Pria itu tak selalu berbuat seenaknya pada dirinya.