Mata Keina mengerjap berulang kali tatkala rungunya mendengar suara nada dering yang berasal dari ponsel suaminya. Merasa sangat penasaran siapa gerangan yang mengirimi pesan untuk suaminya di pagi hari begini. Tangannya segera terulue untuk mengambil ponsel milik sang suami yang berada di atas nakas tepat samping ranjangnya. Keina jelas merasa sangat penasaran, pasalnya sejak semalam Jimin sibuk dengan ponselnya. Jika biasanya Pria itu akan sibuk bermain game di ponselnya. Tapi semalam Keina tidak mendapati sang suami tengah bermain game. Melainkan sedang bertukar pesan dengan seseorang, ia sempat melirik sekilas, hanya sekilas jadi tidak terlalu jelas.
1 massage from Sekretaris Hwang.
Selamat pagi, Sajangnim.
Seketika Keina dibuat emosi tatkala mendapati sebuah pesan yang ada di ponsel suaminya. Bagaimana bisa seorang Sekretaris mengirim sebuah pesan ucapan selamat pagi untuk atasannya. Apalagi sudah jelas jika sang atasan telah beristri. Hal seperti ini jelas tidak sopan. Dulu Keina juga pernah menjadi seorang Sekretaris, tapi tidak pernah sekalipun ia mengirim pesan untuk sang atasan jika itu bukan berisi pesan yang penting.
Keina buru-buru menghapus pesan yang baru saja Hwang Jinae kirim untuk suaminya. Ia merasa sang suami kini telah melewati batasnya. Ia yakin Jimin dan Sekretarisnya pasti menjalin hubungan. Ia tidak bisa tinggal diam jika sudah begini, Keina harus menyelidikinya secara langsung. Jika sampai benar ia tidak akan segan untuk memberikan perhitungan pada keduanya.
Darah Keina semakin mendidih tatkala dirinya membaca pesan semalam yang belum Jimin hapus. Bahkan Sekretaris dari suaminya itu memberikan ucapan yang begitu manis saat Jimin berpamitan untuk tidur. Memang jawaban suaminya pada pesan tersebut sangat singkat, sudah jelas sekali disini jika sang Sekretaris lah yang memang berniat menggoda suaminya.
"Kurang ajar." ucap Keina sembari menaruh kembali ponsel sang suami di atas nakas. Ia tidak akan membiarkan hal seperti ini terus berlanjut.
Ceklekk....
Suara pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok Jimin yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk untuk menutupi bagian bawahnya.
"Sayang kau sudah bangun." ucap Jimin sembari tersenyum begitu lembut.
Tak ada jawaban yang keluar dari belah bibir Keina. Ia sedang menahan gejolak emosi yang telah membumbung tinggi saat ini.
Jimin melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah ranjang. Tangannya terulur untuk mengambil ponsel miliknya yang berada di atas nakas.
"Tadi sepertinya ponselku berbunyi pertanda jika ada pesan yang masuk. Tapi kenapa tidak ada pesan sama sekali?"
Keina masih terdiam, ia segera menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya. Tak peduli dengan Jimin saat ini hatinya sudah terlampau sakit.
Jimin menaruh kembali ponselnya di atas nakas. Tangannya terulur untuk menyentuh kening sang istri, "Apa kau sudah agak mendingan? Semalam keningmu sangat hangat." ucap Jimin sembari menjauhkan tangannya dari kening sang istri, "Kau sudah mendingan sekarang. Istirahatlah yang cukup, sayang. Aku tidak ingin kau sakit."
"Kenapa kalau aku sakit?" tanya Keina sinis.
"Tentu saja aku sangat cemas jika kau sakit." jawab Jimin.
"Nanti siang aku tidak bisa mengirim makanan untuk makan siang. Jadi kau bisa memesan makanan." ucap Keina.
Jimin tersenyum begitu lembut, "Itu tidak masalah untukku. Yang terpenting kau menjaga kesehatan dan banyak istirahat."