47

147 23 34
                                    


Pagi ini Keina bangun lebih awal daripada suaminya. Jimin masih terlihat tertidur dengan begitu pulas nya dengan sebuah selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Hal tersebut tentu saja membuat Keina merasa begitu kesal dengan sang suami. Seharusnya Jimin sudah bangun sejak lima belas menit yang lalu. Namun, Pria itu masih terlihat bergelung dengan selimut tebalnya.

Keina naik ke atas ranjang, menarik secara kasar selimut yang menutupi sebagian tubuh sang suami. Hal yang dilakukan Keina tak sedikitpun mengusik Jimin dari tidurnya. Mata Jimin masih terpejam dengan begitu erat dengan hembusan napas yang begitu teratur.

"Jim. Bangun." ucap Keina sembari menepuk pelan pipi kanan sang suami. Berharap Jimin cepat membuka matanya dan pergi ke kamar mandi, lalu bersiap untuk sarapan pagi bersama.

Jimin menarik guling yang berada di sampingnya. Lalu memeluk guling tersebut dengan begitu erat. Tak peduli dengan ocehan sang istri saat ini.

Keina kembali menepuk pelan pipi kanan sang suami, "Bangun. Ini sudah pukul enam pagi." ucap Keina yang tak mendapatkan respon sedikitpun dari Jimin. Mata Pria itu masih terpejam dengan begitu erat, seakan menikmati tidurnya yang  begitu nyenyak.

Merasa kesal lantaran sang suami tak kunjung bangun padahal ia sudah berusaha untuk membangunkannya, lantas Keina beranjak dari atas ranjang. Maniknya menatap pada segelas air yang berada di atas nakas. Tangannya terulur untuk mengambil gelas berisi air tersebut.

Byurr....

Keina menyiram Jimin dengan setengah gelas air yang berada di tangan kanannya, membuat Jimin segera membuka matanya lantaran merasa kaget karena tiba-tiba saja seseorang menyiramkan air pada wajahnya. Pria itu seketika terduduk dengan tangan yang mengusap wajah basahnya. Sedangkan Keina masih setia berdiri di samping ranjang dengan sebuah senyuman tanpa dosa. Setidaknya dengan cara ini ia dapat membangunkan Jimin tanpa bersusah payah terlebih dulu. Ia tidak peduli jika saja Jimin akan marah setelah ini. Yang jelas ia telah memenuhi kewajibannya membangunkan sang suami untuk berangkat bekerja.

"Akhirnya kau bangun juga. Aku sudah berulang kali membangunkan mu, tapi kau tak kunjung bangun." ucap Keina dengan wajah tak berdosa sama sekali. Seakan apa yang baru saja dilakukannya adalah sebuah kebenaran. Sedangkan Jimin yang masih duduk di atas ranjang menatap tajam pada sang istri.

"Kenapa aku disiram air?" tanya Jimin merasa tak terima dengan apa yang baru saja Keina lakukan padanya.

"Karena kau tak kunjung bangun." Keina berucap santai dengan sebuah senyuman yang terpatri pada belah bibirnya. Tidak tahukah Perempuan itu jika saja kini Jimin merasa begitu kesal luar biasa.

"Aku sangat lelah, sudah tahu paginya aku bekerja kau malah berada di acara sahabatmu itu sampai pukul dua belas malam. Kau pikir kau ini cinderella, menghadiri sebuah pesta sampai semalam itu." ucap Jimin dengan raut wajah kesal yang begitu kentara. Jelas saja ia merasa tidak terima atas apa yang baru saja sang istri lakukan padanya. Ia baru bisa memejamkan matanya pukul dua dini hari. Menyetir dalam keadaan mengantuk semalam, untung saja tidak terjadi apapun pada keduanya lantaran jalan kearah rumahnya cukup sepi semalam.

"Aku kan cinderella di hatimu."

Astaga. Tidak tahukah Keina jika kini Jimin benar-benar merasa begitu kesal, sampai senyuman manis yang Keina berikan pun tidak mempan sama sekali.

"Cinderella kepalamu. Mana ada Cinderella bar-bar sepertimu."

Dengan perasaan dongkol yang masih bersarang di dalam hatinya, lantas Jimin beranjak dari atas ranjang.

"Kau marah?"

"Menurutmu? Apa aku terlihat baik-baik saja setelah kau siram mukaku dengan setengah gelas air." ucap Jimin sembari setengah gelas air yang berada di atas nakas. Kenapa sang istri tidak bisa bersikap lembut padanya.

My Stupid Boss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang