"Kenapa kau diam saja?" tanya Yoongi yang mulai merasa resah karena Sona yang mendiaminya.
Sona terdiam, ia lebih fokus bertukar pesan dengan Chan Yun. Sudah kepalang malas meladeni sang suami yang nanti pasti berujung sebuah berdebatan. Sona sudah merasa lelah, ia juga ingin merasakan diperhatikan seperti halnya Namjoon yang selalu memberikan perhatian lebih pada Chan Yun. Selama ini di dalam rumah tangga keduanya selalu diisi oleh sebuah pertengkaran.
Yoongi yang emosian dan Sona yang memang sudah terlahir menjadi manusia yang tidak dapat bersabar. Itulah yang terjadi ketika dua manusia berbeda jenis itu dipersatukan dalam bahtera rumah tangga. Namun anehnya, sampai sekarang keduanya masih dapat bertahan bahkan kini Sona tengah hamil Anak dari Min Yoongi. Karena memang keduanya saling mencintai, hanya saja gengsi untuk mengungkapkan perasaan satu sama lain. Yoongi begitu mencintai Sona hingga takut jika saja Perempuan itu akan meninggalkannya, begitupula sebaliknya.
"Aku malas bicara denganmu." jawab Sona jujur.
Jawaban kelewat jujur yang baru saja keluar dari belah bibir Sona tentu saja membuat Min Yoongi merasa sakit hati. Apa salah dirinya sampai Sona memperlakukannya seperti ini.
"Kalau malas ya tidak usah bicara." ucap Yoongi dengan wajah datarnya.
"Kalau begitu tidak usah mengajakku bicara." ucap Sona yang mulai merasa kesal.
"Kita berada di dalam kamar yang sama, tapi kau selalu diam saja. Dari kemarin kau mendiami ku, seakan aku ini tidak ada di dalam kamar ini."
"Aku tidak peduli."
"Sebagai seorang istri yang tidak melakukan banyak kegiatan seharusnya kau menyambutku ketika pulang kerja. Kau duduk di ruang tamu untuk menungguku pulang kerja. Bukannya malas-malasan seperti sampah masyarakat begini."
Sona menaruh ponselnya di atas nakas, ia merasa tidak terima dirinya dikatai seperti sampah masyarakat oleh suami bermulut pedasnya ini. Selama hamil Sona memang merasa sangat malas melakukan banyak hal, bahkan naik turun tangga saja ia sudah merasa sangat lelah. Sona tidak manja, hanya saja ia sadar kini tengah mengandung buah hati seorang Min Yoongi yang sebenarnya sangat hobby sekali rebahan dan malas-malasan disaat libur kerja.
"Aku sekarang sedang mengandung anakmu. Aku sering merasa lelah bahkan hanya untuk naik turun tangga untuk menuju kamar kita yang ada di lantai atas saat ini." protes Sona yang emosinya mulai membumbung tinggi, "Lalu kau ingin aku melakukan apa? Kau ingin aku berlari mengelilingi perumahan? Atau kau ingin aku menguras kolam renang agar sedikit berguna menjadi manusia?"
Helaan napas berat keluar dari belah bibir Min Yoongi. Sadar betul jika saja istrinya ini adalah tipe manusia yang suka sekali berlebihan. Ia hanya ingin sang istri menyambutnya ketika baru saja pulang dari bekerja. Ia juga ingin sekali Sona melayaninya layaknya seorang istri kepada suaminya. Bukannya malah diabaikan setiap harinya.
"Tidak ada yang menyuruhmu menguras kolam renang. Kau terlalu berlebihan dalam berkata. Saat hamil setidaknya kau harus sering melakukan olahraga. Jangan malah malas-malasan setiap harinya."
"Sudah aku katakan. Aku ini mudah sekali merasa lelah semenjak hamil anakmu. Jangankan untuk olahraga, naik turun tangga saja aku sudah sangat lelah."
"Apa hanya untuk menungguku di ruang tamu saat pulang kerja kau juga merasa lelah?" tanya Yoongi yang masih mencoba untuk menahan gejolak emosinya. Ia sadar jika saja dirinya bukan tipe manusia yang punya batas kesabaran di atas rata-rata.
"Kau ingin aku bersikap layaknya seorang istri padamu?"
Pertanyaan yang terlontar dari belah bibir Sona tentu saja membuat relung hati Yoongi sakit. Kadangkala ia juga merasa ingin dilayani oleh Sona selayaknya seorang istri kepada suaminya. Ia sudah tidak menuntut jika saja Sona memang tidak bisa memasak, ia sudah memaklumi hal tersebut. Lagipula lebih baik istrinya memang tidak perlu memasak untuk dirinya. Daripada ia harus memakan masakan yang sangat tidak enak buatan istrinya, sangat tidak enak sampai Yoongi terpaksa harus memakannya sedikit agar tidak menyakiti hati sang istri yang sudah susah payah berkutat di dapur selama berjam-jam, namun pada kenyataannya waktu berjam-jam tersebut sama sekali tidak membuahkan hasil yang memuaskan.
"Kau ini memang istriku. Sudah sewajarnya kau bersikap layaknya istri."
Sona jelas tidak terima Yoongi mengatakan hal itu padanya. Pasalnya selama ini Yoongi juga tidak bersikap layaknya seorang suami pada dirinya.
"Apa selama ini kau bersikap layaknya seorang suami padaku?"
"Selama ini aku menafkahimu. Aku bekerja juga untukmu. Bukankah aku ini sudah menjadi suami yang bertanggung jawab? Lalu kau mau menuntut apalagi dariku?"
Sona terdiam, dengan rasa sakit yang kembali menyerang ulu hatinya. Lantas Yoongi bangkit dari atas ranjang. Lalu melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar. Meninggalkan Sona dengan pikiran yang kacau balau.
🍁🍁🍁🍁
Keina sudah mencoba untuk menghindari sang suami yang sedari tadi terus-terusan menempel padanya seperti lem perekat. Namun hal itu percuma saja karena saat ini sang suami kembali bersandar pada lengannya dan mengelus lembut perutnya yang sudah sangat membesar ini. Tidak tahukah Jimin jika Keina membawa dirinya saja seperti tidak sanggup, dan sekarang Jimin dengan seenaknya bersandar pada lengannya.
"Menjauh lah dariku." ucap Keina sembari mendorong kepala Jimin dari lengannya.
"Aku ingin mengobrol dengan Anakku. Dia kan sebentar lagi akan keluar." ucap Jimin dengan sebuah senyuman yang mengembang. Karena perkiraan istrinya melahirkan beberapa hari lagi. Ia sangat antusias karena sebentar lagi akan menjadi seorang Ayah. Ia berharap anaknya akan lahir seperti dirinya.
"Dia tidak bisa menjawab. Jangan bersandar di lenganku." ucap Keina yang merasa kesal karena Jimin yang kembali menyandarkan kepala pada lengannya.
"Aku cuma bersandar. Biasanya kau tidur dengan kepala yang berada di atas dadaku saja aku tidak pernah protes."
Mulut Jimin memang pantasnya mendapat sebuah pukulan maut dari tangan sang istri. Pasalnya apa yang Jimin katakan itu sangat melukai hati Keina sebagai seorang istri yang saat ini tengah hamil besar. Jadi selama ini Jimin tidak ikhlas dia tidur di atas dadanya.
Pada akhirnya karena merasa luar biasa kesal, Keina mendorong kepala suaminya dengan sangat keras hingga membuat Jimin mengaduh kesakitan karena perbuatan kasar yang dilakukan oleh sang istri.
"Jangan menyebalkan disaat aku sudah hamil besar begini. Aku ini mudah sekali kesal."
Bagi Jimin saat tidak dalam keadaan hamil besar pun sang istri memang mudah sekali kesal.
"Kepalaku sakit kau dorong begitu. Aku kan ingin mengobrol dengan Anakku yang masih ada di dalam perutmu."
"Tidak usah berlebihan begitu. Dia tidak bisa berbicara, kau mengobrol saja dengan dinding. Aku mau tidur."
Semoga Tuhan memberikan Jimin stok kesabaran yang lebih banyak lagi untuk menghadapi istri seperti Keina. Pasalnya Keina selalu saja membuat dirinya naik darah karena perlakuannya.
Jika saja diluar sana ada yang mengadakan jasa tukar tambah istri, mungkin saja dia sudah menukarkan Keina dengan yang baru.
Tidak. Jimin segera menggelengkan kepalanya atas pikiran buruk yang hinggap di kepalanya saat ini. Biar bagaimanapun ia sangat mencintai Keina. Meskipun istrinya sangat cerewet dan suka sekali marah-marah, tapi ia sangat mencintai Keina. Baginya di luar sana tidak ada Perempuan yang lebih galak dari sang istri. Hanya Keina yang selalu ada dihatinya, tidak akan pernah Jimin memasukkan nama Perempuan lain di dalam hatinya.
****
Ada yang kangen cerita ini?
Kalau ada angkat kakinya donk, aku pengen tau.