51

156 22 6
                                    




Jimin benar-benar bingung saat ini. Saat ia pulang dari bekerja sang istri tidak berada di kamar. Ia juga sudah mencoba mencari Keina di kolam ikan, karena biasanya Perempuan itu memberi makan ikan untuk menghilangkan rasa bosan. Namun saat di kolam ikan tidak terlihat batang hidung istrinya sama sekali. Lantas kemana Keina saat ini. Jimin jelas merasa begitu khawatir. Kini Keina tengah mengandung buah hatinya. Melarang Keina pergi seorang diri tentunya bukan tanpa alasan. Terkadang Perempuan itu suka sekali bertindak di luar nalar, suka sekali bertindak di luar akal sehat manusia. Semenjak hamil banyak tingkah aneh yang satu persatu muncul dari dalam diri istrinya.

"Bibi Kim. Apa kau tahu dimana istriku? Dia tidak berada di kamarnya."

Bibi Kim tersenyum begitu lembut, "Nyonya muda pergi dengan seorang Perempuan. Tadi seorang Perempuan cantik menjemputnya kemari."

Jimin terdiam untuk sesaat, mencoba untuk berpikir. Siapa kiranya Perempuan yang dimaksud oleh Bibi Kim. Jika Chan Yun itu tidak mungkin. Perempuan itu sedang berbulan madu dengan sepupu mesumnya di Jeju island. Jika Keina tidak pergi dengan Chan Yun sudah bisa dipastikan kini Perempuan itu tengah bersama dengan Sona. Karena Keina tidak mempunyai sahabat selain mereka berdua. Istrinya benar-benar membuatnya kesal luar biasa. Disaat ia pulang dari kantor bukannya di sambut dengan baik. Keina malah pergi tanpa pamit padanya. Jika hal seperti ini terus dibiarkan istrinya akan semakin kurang ajar padanya. Lihat saja apa yang akan Jimin lakukan pada Keina saat dirinya pulang nanti.

"Sejak kapan dia pergi?"

"Sejak pukul delapan pagi, Tuan."

Kedua manik Jimin sontak membulat, "Apa? Sejak pagi tadi sampai sekarang belum juga pulang."

Jimin semakin dibuat kesal tatkala mengetahui sebuah fakta jika sang istri sudah meninggalkan rumah sejak pagi tadi. Sedangkan sekarang sudah pukul lima sore. Keina sudah mulai berani melanggar aturan darinya. Ia jadi semakin yakin untuk menghukum istrinya jika pulang nanti.

"Mungkin sebentar lagi Nyonya muda akan pulang. Kalau begitu saya permisi Tuan."

Jimin mengangguk. Lantas melangkahkan kakinya untuk menaiki satu persatu anak tangga guna sampai di kamarnya yang berada di lantai atas. Ponsel miliknya berada di kamar. Ia hendak menghubungi sang istri. Menyuruhnya untuk cepat pulang karena sudah sangat kurang ajar. Pergi dari pagi dan sampai pukul lima sore belum juga menginjakkan kakinya di rumah. Bahkan lebih parahnya lagi Keina tidak izin padanya. Itu membuat kekesalan Jimin semakin bertambah. Andai saja sang istri tidak sedang mengandung buah hatinya sudah dipastikan Jimin akan menghajar Keina sampai pagi. Tapi hukuman tersebut sangat ia hindari karena takut anaknya akan keluar sebelum waktunya. Meskipun niat untuk menggagahi Keina dengan cara brutal sudah terngiang-ngiang di dalam otaknya sejak tadi.

Jimin melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Ia melangkah cepat mendekat kearah nakas guna mengambil ponselnya. Lantas segera menghubungi nomor sang istri.

"Cepat pulang Park Keina." ucap Jimin saat telepon baru saja tersambung. Nada suaranya naik satu oktaf. Membuat Keina yang berada diseberang sana tersentak karena suara suaminya.

"Aku tidak akan pulang. Kau jahat padaku."

Astaga. Drama rumah tangga apa lagi ini. Pikir Jimin.

"Jahat apa? Aku tidak melakukan hal jahat padamu. Cepat pulang."

"Aku masih marah padamu asal kau tahu. Tadi pagi sikapmu padaku sudah sangat keterlaluan."

Jimin kembali mengingat kejadian pagi tadi saat ia membangunkan sang istri dengan cara menggigit bibirnya. Dan karena itu pula Keina marah besar terhadapnya. Bukankah itu sangat berlebihan, karena saat sang istri menyiram wajahnya dengan segelas air Jimin tidak sampai berlebihan seperti itu.

My Stupid Boss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang