"Kau minum dulu susu untuk Ibu hamilnya." ucap Jimin sembari menyodorkan segelas susu khusus Ibu hamil yang baru saja dibuatkan oleh sang Ibu untuk istrinya.Keina mengangguk, tangannya terulur untuk mengambil segelas susu yang berada ditangan sang suami. Lalu meminumnya, menyisakan setengah gelas, setelahnya menaruh susu yang tinggal setengah gelas tersebut di atas meja.
"Aku susah kenyang. Jangan kau suruh aku untuk menghabiskannya." ucap Keina seakan mengetahui apa isi pikiran sang suami saat ini. Jimin menyuruhnya untuk memakan banyak buah, memaksanya untuk banyak makan. Dan kini menyuruhnya untuk meminum segelas susu khusus untuk Ibu hamil. Apa suaminya memang sengaja membuatnya gendut agar dia bisa punya alasan untuk berpaling. Oh astaga. Yang benar saja, ini tidak boleh terjadi. Keina tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi. Segala macam pikiran buruk tentang Suaminya kini bersarang di dalam otak kecilnya.
Manik Keina beralih menatap sang suami yang kini berbaring dengan ponsel yang berada ditangannya. Jimin tersenyum sembari melihat layar ponselnya, membuat kecurigaan pada dirinya semakin menjadi.
Keina segera beranjak dari sofa, lalu melangkahkan kakinya mendekat kearah sang suami yang kini berbaring di atas ranjang.
"Kau sedang bertukar pesan dengan siapa?" tanya Keina pada sang suami.
Jimin segera mengalihkan atensi sepenuhnya pada sang istri. Ia menaruh ponsel miliknya di atas nakas.
"Aku tidak sedang bertukar pesan dengan siapapun." jawab Jimin jujur, ia memang tidak sedang bertukar pesan dengan siapapun. Ia baru saja melihat sebuah foto yang pernah ia ambil diam-diam saat liburan bersama sang istri di Jeju Island.
"Jangan bohong. Kau terlihat sangat bahagia. Apa kau sedang bertukar pesan dengan sekretarismu?"
Helaan napas berat keluar dari belah bibir Jimin. Kenapa sang istri selalu saja menaruh curiga padanya seperti ini. Jimin bukanlah tipe Pria yang seperti itu. Ia jelas setia pada istrinya. Ia begitu mencintai Keina dengan sepenuh hatinya. Tak ada niatan dalam dirinya untuk berpaling sedikitpun dari sang istri.
"Kenapa kau selalu curiga terhadapku? Aku tidak pernah sedikitpun melirik sekretaris ku, apalagi sampai punya hubungan dengannya." jelas Jimin terlampau kesal. Hendak marah pada sang istri, tapi ia urungkan. Mengingat Keina yang kini tengah hamil. Ia sadar jika istrinya kini lebih sensitif dari biasanya.
"Aku takut, Jim. Aku takut kau berpaling dariku. Aku merasa tidak percaya diri sekarang." ucap Keina sembari mengerucutkan bibirnya. Membuat Jimin merasa gemas, dan berakhir menarik bibir itu. Hal tersebut sukses membuat Keina memekik.
"Jangan berpikiran aneh-aneh. Lagipula kenapa kau memajukan bibirmu seperti itu? Seperti menggodaku saja."
Plakk..
Tangan Keina mendarat begitu ringan pada bibir sang suami. Ia merasa tidak terima karena Jimin telah menarik bibirnya. Akhirnya ia membalas memukul bibir suaminya dengan tidak berperasaan. Membuat Jimin mengaduh kesakitan, Pria itu selalu merasa tersakiti karena perbuatan Keina padanya.
"Jika kau tidak sedang hamil. Sudah dipastikan aku akan menghajarmu sampai pagi." ucap Jimin sembari menatap tajam sang istri.
"Kau tidak menghajarku karena aku sedang mengandung Anakmu." jawab Keina santai. Ia naik keatas ranjang, merebahkan dirinya tepat di samping Jimin.
"Tapi aku masih bisa menghajar yang lain." ucap Jimin. Setelahnya ia meraup bibir sang istri. Membuat Keina beralih memukul dada Jimin dengan sangat keras.
"Kurang ajar kau, Park pendek Jimin."
"Yak. Aku tidak pendek."
"Kau pendek."
![](https://img.wattpad.com/cover/263165450-288-k397292.jpg)