93

84 11 8
                                    





Sona kembali mengambil satu helai tissue yang berada di atas meja guna menghapus air mata yang sudah membasahi wajahnya. Hatinya merasa luar biasa sakit karena ucapan suaminya. Lantas ia memutuskan untuk menenangkan diri di rumah sahabatnya.

"Minum dulu teh nya selagi masih hangat." ucap Chan Yun sembari mengulurkan tangannya untuk mengambil secangkir teh hangat yang baru saja disuguhkan oleh maid. Lalu setelahnya ia menyodorkan secangkir teh tersebut kepada sahabatnya yang saat ini terlihat begitu sedih.

Entah masalah apa yang kini tengah dialami Sona dengan suaminya, Chan Yun masih belum mengerti. Yang ia tahu Sona datang ke rumahnya dengan wajah yang memang sudah basah dengan air mata.

"Aku memang hiks sedang haus, Chan." ucap Sona sembari mengambil secangkir teh yang berada di tangan sang sahabat. Lalu dengan perlahan ia meminum teh tersebut, namun dengan cepat Sona menjauhkan cangkir teh tersebut dari mulutnya.

"Kau kenapa?" tanya Chan Yun.

Air mata Sona kembali menetes, "Kau bilang hiks ini teh hangat, tapi kenapa panas."

"Astaga. Aku tidak tahu, bukan aku yang membuatnya." ucap Chan Yun buru-buru mengambil secangkir teh yang ada di tangan Sona, lalu menaruhnya kembali di atas meja.

"Tehnya sangat panas, hiks lidahku seperti terbakar." ucap Sona dengan air mata yang kembali berlinang.

Mengetahui hal tersebut lantas Chan Yun segera beranjak dari sofa, "Akan aku ambilkan minum untukmu." ucap Chan Yun sembari melangkahkan kakinya kearah dapur. Ia merasa perihatin dengan nasib sahabatnya. Ingin menyalahkan maid nya atas apa yang telah menimpah Sona, tapi ia juga merasa tidak tega jika harus marah-marah hanya perkara teh panas yang baru saja diminum oleh sahabatnya.

Sona merasa nasibnya sangat buruk sekali. Perasaannya hancur lebur karena ucapan suaminya, sehingga membuat dirinya harus pergi ke rumah sahabatnya. Berharap dengan menemui Chan Yun dapat membuat perasaanya menjadi sedikit lebih baik. Namun pada kenyataannya ia jadi merasa sangat emosional karena teh panas yang baru saja diminumnya sampai membuat lidahnya terasa seperti terbakar.

Dapat Sona lihat sahabatnya yang kini tengah berjalan cepat kearahnya dengan membawa segelas air putih di tangannya.

"Minumlah dulu, semoga kau bisa sedikit lebih tenang setelah minum." ucap Chan Yun sembari menyodorkan segelas air kepada Sona.

"Ini bukan air panas kan?" tanya Sona.

Chan Yun menggeleng, "Kau bisa pegang gelasnya kalau tidak percaya. Air ini tidak panas sama sekali. Ini air putih biasa."

Sona mengambil segelas air yang ada di tangan sahabatnya. Lalu meminum air tersebut hingga tandas, lantaran dirinya yang merasa sangat haus. Lantas setelahnya Sona menaruh gelas air yang telah kosong di atas meja.

"Hatiku sakit hiks asal kau tahu." ucap Sona.

Chan Yun mengelus lembut punggung sang sahabat, berharap dengan cara itu Sona dapat sedikit merasa lebih baik, "Kau kenapa? Ceritakan pelan-pelan, hapus dulu air matamu." ucap Chan Yun sembari mengulurkan tangannya untuk mengambil sehelai tissue, lalu menyerahkannya pada sang sahabat.

Sona membuang tissue pemberian Chan Yun ke lantai. Percuma saja ia berulang kali menghapus air matanya, pasalnya wajahnya akan kembali basah karena air matanya yang terus saja mengalir karena rasa sakit hati yang saat ini ia rasakan.

"Hatiku sakit hiks sekali, Chan." ucap Sona sembari memegangi dadanya yang mulai terasa sesak, "Suamiku seperti hiks tidak mau menerima bayi yang ada di dalam kandunganku."

My Stupid Boss 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang