Keina dan sang buah hati kini sudah berada di rumah. Ia merasa bahagia karena di dalam kamarnya kini sudah berada bayi yang memang telah lama ia nanti-nantikan bersama dengan suaminya. Meskipun melahirkan sang buah hati bukanlah perkara yang mudah, dan rasa sakitnya pasti sangat luar biasa. Namun Keina merasa begitu bahagia ketika dapat melihat wajah menggemaskan sang buah hati yang telah berhasil lahir ke dunia ini.
"Sayang, apa kau tak ingin menggendong Jimmy?" tanya Jimin pada sang istri yang kini tengah duduk di atas ranjang.
"Kau sendiri kan yang minta untuk menggendong Jimmy? Apa kau sudah merasa lelah?" sinis Keina.
Terkadang Keina merasa sangat kesal dengan kelakuan suaminya. Ketika dirinya baru saja akan menggendong sang Putera namun Jimin langsung meminta Puteranya untuk dipindahkan ke dalam gendongannya. Keina hanya bisa menggendong sang Putera ketika bayi manisnya itu meminta menyusu padanya. Selebihnya Jimmy akan selalu berada di dalam gendongan sang Suami. Padahal yang mengandung dan melahirkan Jimmy ke dunia ini sudah jelas dirinya. Jimin hanya berperan penting dalam proses pembuatannya saja. Selebihnya Keina yang sampai bertaruh nyawa untuk melahirkan buah hatinya ke dunia. Tentu saja ia merasa sangat kesal ketika sang suami yang sok berkuasa kepada Anaknya.
"Dia dari tadi tidak tidur-tidur. Aku sampai lelah menggendongnya." ucap Jimin sembari menyerahkan sang bayi pada istrinya.
Kini Jimmy sudah berada di dalam gendongan Keina, wajah anaknya terlihat sangat manis. Meskipun mirip sekali dengan Jimin. Tapi harapan Keina semoga saja kelak saat tumbuh dewasa sang Putera tidak memiliki kelakuan kurang ajar seperti Ayahnya. Ia sudah bertekad akan mendidik Park Jimmy dengan baik dan benar. Ia tidak akan mau kalah dengan Jimin meskipun sudah jelas Pria itu adalah Ayah kandungnya. Tapi sebagai seorang Ibu ia sangat berhak memberikan segala hal yang terbaik bagi Puteranya.
"Nanti kalau dia sudah tidur jangan kau pegang-pegang dia. Biarkan anakku tidur dengan tenang." ucap Keina sembari menatap tajam pada sang suami. Sifat galaknya sudah mulai kembali saat berada di rumah. Pasalnya saat berada di rumah sakit keadaan sang istri masih sangat lemah. Meskipun dalam keadaan seperti itu sang istri masih dapat memaki dirinya. Hanya saja tidak separah saat berada di rumah.
"Aku kan gemas dengan Puteraku. Wajahnya sangat mirip denganku, aku jadi seperti berkaca." ucap Jimin yang selalu saja membanggakan wajah sang Putera yang selalu mirip dengannya.
"Hidungnya jadi tidak ada karena mirip denganmu."
Tentu saja mendengar hal tersebut Jimin merasa sangat tidak terima. Semua orang mengatakan jika wajah Puteranya begitu menggemaskan. Tapi sang istri selalu saja mengatakan jika Puteranya jadi tidak memiliki hidung karena mirip dengannya.
"Kalau dia mirip denganmu nanti hidungnya jadi besar dan lebar."
"Daripada kau tidak punya hidung." ejek Keina.
"Daripada hidungmu besar dan lebar."
Keduanya terus saja melontarkan kalimat ejekan satu sama lain. Tanpa sadar suara keras dari keduanya membuat bayi yang saat ini berada di dalam gendongan Keina menangis.
"Anakku jadi menangis karena mu." ucap Keina sembari memukul lengan sang suami.
Bahkan keduanya masih saja bertengkar meskipun sekarang sudah memiliki seorang Anak. Bagaikan pasangan anak muda yang baru saja menginjak usia remaja, Jimin dan Keina selalu saja berdebat hanya untuk hal sepele. Meskipun Keina seringkali ringan tangan dan mulut Jimin yang teramat kurang ajar, keduanya adalah pasangan yang saling mencintai satu sama lain. Jimin yang begitu mencintai istrinya, begitupun dengan Keina yang sebenarnya sangat mencintai Jimin dengan sepenuh hatinya tapi selalu saja gengsi untuk mengakuinya.
