Chan Yun paling benci berada dalam posisi seperti sekarang ini. Terkadang ia ingin sekali menangis, meratapi takdir buruk yang menimpahnya. Bagaimana bisa, disaat kedua sahabatnya terlihat begitu bahagia dengan pasangannya masing-masing, ia malah duduk diam sembari menatap senduh makanan yang sudah tersaji di depannya. Tak ada niatan sama sekali untuk menyentuhnya. Ia terlihat begitu menyedihkan.
"Chan. Kenapa kau tidak makan?" tanya Sona. Ia sama sekali tak mengerti dengan perubahan raut wajah sang Sahabat yang seketika berubah menjadi tak enak. Biasanya Chan Yun akan paling semangat jika menyangkut soal makanan. Apalagi makanan yang ia dapatkan secara gratis, gadis cantik itu tak perlu mengeluarkan uang sedikitpun karena Min Yoongi yang akan membayar semua makanan yang telah dipesan.
Chan masih terdiam, ia meremat kuat ujung dress berwarna merah maroon yang ia kenakan. Hatinya terasa sakit, ia juga ingin bahagia. Iri. Tentu saja ia merasa iri dengan kedua Sahabatnya. Keina mendapatkan jodoh Pria kaya raya, walaupun Jimin seringkali bersikap layaknya Anak berusia sepuluh tahun. Sona juga mendapatkan Pria yang berasal dari keluarga terpandang. Bahkan ia baru mengetahui satu fakta yang membuatnya tercengang, sangking kayanya Mertua Sona, berlibur saja ia menggunakan jet pribadi. Bayangkan betapa kayanya Keluarga Min. Ia masih begitu ingat jika saja kedua Sahabatnya dulu harus bekerja keras agar dapat bertahan hidup di Kota besar. Terkadang ia berpikir jika saja hidup ini begitu tak adil. Jika kedua Sahabatnya bisa bahagia, kenapa dirinya tidak?
"Chan. Apa kau tidak suka makananmu?" tanya Keina pada Chan Yun.
"Tidak biasanya kau seperti ini. Makan saja, Chan. Semua ini gratis. Kau bisa makan sepuasnya. Suamiku yang akan membayarnya." ucap Sona semangat.
Rasanya Chan Yun ingin menenggelamkan dirinya kedasar laut paling dalam. Agar ia bisa menjadi santapan hiu ganas disana. Setidaknya setelah hal itu terjadi ia tidak akan menanggung beban hidup yang teramat berat.
Lantas menggelengkan kepalanya pelan, setelahnya Chan Yun berucap, "Aku tidak terlalu berselera makan."
"Kau diet?" tanya Sona.
"Apa makanannya tak enak?" tanya Keina mencoba memastikan.
Chan Yun kembali menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu, Kein. Aku saja belum mencoba makanannya." jawab Chan Yun. Ia meruntukki kebodohan seorang Park Keina. Bagaimana Perempuan itu bisa bertanya seperti itu sedangkan ia sama sekali belum menyentuh makanan yang dihidangkan.
"Makanannya sangat enak. Kau harus mencobanya." ucap Sona sembari menyodorkan sendok berisi makanan kehadapan Chan Yun. Berniat hendak menyuapi Sahabatnya yang terlihat tidak napsu makan untuk saat ini.
Chan Yun dengan perlahan membuka mulutnya, menerima suapan dari Sona. Perlahan ia mengunyah makanan yang ada dalam mulutnya.
"Iya. Ini sangat enak." ucap Chan Yun sembari menarik piring makanan untuk semakin mendekat kearahnya. Makanan yang baru saja masuk kedalam mulutnya ini sangat enak. Ia belum pernah merasakan makanan seenak ini sebelumnya. Chan Yun tidak boleh melewatkan ini semua.
Seketika Chan Yun melupakan kesedihan yang sempat hinggap dipikirannya. Ia dengan antusias menyendok makanan dan memasukannya kedalam mulut.
"Kau suka?" tanya Keina yang langsung mendapat anggukan dari Chan Yun.
Sona terkekeh geli ketika melihat betapa bersemangatnya Chan Yun saat ini. Padahal beberapa menit yang lalu gadis itu bilang tak berselera makan.
"Kau bilang tak berselera makan?" ledek Sona.
"Tapi ini sangat enak. Aku tak mungkin melewatkannya."
Park Jimin menghentikan acara makanannya sejenak. Menatap pada Chan Yun yang terlihat begitu bersemangat saat makan. Jimin masih menaruh dendam pada Chan Yun karena gadis itu telah menguras uangnya untuk berbelanja. Masih merasa tak terima dengan hal itu, kini Jimin sudah berjanji pada dirinya sendiri jika saja ia tak akan mengeluarkan kembali uang nya untuk Sahabat dari Istrinya tersebut.
"Keina. Lama tak melihatmu, kau terlihat semakin cantik saja sekarang." ucap Yoongi sembari menatap pada Keina yang masih sibuk dengan acara makanannya.
Ucapan yang keluar dari belah bibir Yoongi sontak membuat pandangan Sona dan Jimin teralihkan padanya. Jimin menatap tajam pada Min Yoongi yang sedang duduk didepannya.
"Terima kasih. Yoongi-ah." jawab Keina sembari tersenyum lembut. Biar bagaimanapun Min Yoongi adalah mantan atasannya dulu.
Sona berdehem, lantas mengambil segelas air yang berada didepannya. Meneguk air tersebut hingga tandas. Entah kenapa hatinya terasa panas ketika sang Suami memuji Keina. Sebenarnya wajar saja jika seorang Istri merasa cemburu ketika suaminya memuji Perempuan lain. Tapi tolong ingatkan pada Sona jika pernikahan dirinya dan Min Yoongi hanyalah sebuah pernikahan kontrak yang tanpa dilandasi rasa cinta diantara keduanya.
"Aku sangat menyayangkan dirimu yang memilih untuk resign dari kantorku. Padahal kinerjamu sangat bagus waktu itu." ucap Yoongi.
Tidak sadarkah Min Yoongi jika saja Sona merasa sangat tersinggung dengan ucapan yang terlontar dari belah bibirnya. Ia sadar jika kinerjanya selama ini sangatlah buruk. Mengingat dirinya yang sering sekali melakukan sebuah kesalahan, pernah beberapa kali terlambat masuk kantor karena alasan menemani Chan Yun yang sedang dirawat dirumah sakit. Ia juga pernah salah saat melakukan presentasi. Tapi tidak bisakah Min Yoongi tidak membahas hal itu. Karena ia merasa sangat tersinggung.
"Terima kasih. Yoongi-ah. Tapi aku hanya merasa tidak tahan saja dengan kelakuanmu waktu itu." jawab Keina jujur. Bukan menjadi rahasia lagi jika saja alasan ia keluar dari kantor karena sikap nyleneh dan mesum yang seringkali Yoongi tunjukkan padanya. Tentu saja Keina merasa sangat terganggu dengan hal itu. Jika saja Sona berani sampai memukul mulut Min Yoongi, kalau dirinya tidak akan berani melakukan hal itu. Melihat muka garang Yoongi saja ia sudah dibuat takut.
Jimin berdehem, ia menatap tajam pada Min Yoongi yang kini tengah menatap kearah Istrinya.
"Apa ada yang salah dengan wajah Istriku sampai kau menatapnya seperti itu?" tanya Jimin dengan nada bicara yang tak bisa santai sama sekali.
Yoongi lantas menggelengkan kepalanya, setelahnya mengalihkan pandangannya kearah lain, "Tidak! Bukan begitu Jimin-ssi. Istrimu adalah mantan Sekretarisku. Wajar bukan jika kita ini sedikit akrab."
Jimin mengangguk, "Tapi tidak perlu menatapnya seperti itu."
"Oh baiklah. Maafkan aku. Mungkin ini hanya salah paham saja. Bukankah wajar jika kita menatap orang tersebut ketika berbicara dengannya?".
Jimin kembali melayangkan tatapan tajam pada Min Yoongi.
"Jimin-ssi. Aku tidak tahu jika kau baperan seperti ini." ucap Yoongi.
Keina sudah berkomat-kamit dalam hati. Berdo'a agar tidak terjadi apapun setelah ini. Mengingat Jimin adalah tipe Pria yang bersumbu pendek alias gampang sekali tersulut emosinya.
Chan Yun menatap Yoongi dan Jimin secara bergantian. Merasa tak mengerti dengan masalah yang terjadi di antara keduanya karena sedari tadi ia sangat sibuk menikmati makanan yang tersaji di atas meja.
"Apa maksudmu mengataiku baperan seperti itu? Aku hanya tidak suka kau menatap Istriku dengan tatapan mata keranjangmu itu."
Wajah Yoongi seketika merah padam. Merasa tak terima dengan ucapan Jimin yang ditujukan padanya. Ia hanya ingin berbasa-basi dengan mantan Sekretarisnya dulu. Tak menyangka jika saja Suaminya sangat galak melebihi Holly anjing kesayangannya yang telah mati karena sakit.
"Jimin-ah. Dia hanya menatapku, jangan seperti ini. Tolong jaga sikapmu, kita berada di tempat umum." bisik Keina sembari menepuk pelan punggung sang Suami.
Jimin terdiam dengan tangan yang terkepal kuat dibawah meja.
"Yoongi-ah. Suami Keina memang seperti itu. Aku mohon janga terpancing emosi, ya. Maklumi saja." bisik Sona mencoba menenangkan sang Suami.
Sedangkan Chan Yun merasa tak peduli dengan apa yang telah terjadi. Ia lebih memilih abai dan kembali fokus melanjutkan acara makannya.
****
Aku sadar jika semakin lama ceritanya terasa membosankan.
