Tepat pukul sembilan malam, Chan Yun baru saja keluar dari dalam supermarket dengan membawa dua kantong belanjaan. Ia merasa sedikit kesal pada Sahabatnya yang dengan sangat mendadak mengajaknya untuk pergi berlibur ke Jeju Island. Sedangkan dia sama sekali belum ada persiapan. Saat ini ia dalam posisi uang tabungan yang nyaris sekarat. Ia telah menganggur cukup lama, dan selama itu ia bertahan dengan uang tabungan miliknya.
Chan Yun melangkahkan kakinya menuju halte bus terdekat. Bisa saja ia naik taxi jika ingin cepat sampai, namun ia sangat memperhitungkan hal itu. Karena pada dasarnya Chan Yun ini memilik sikap luar biasa pelit.
"Setidaknya Keina yang akan bertanggung jawab untuk segalanya saat liburan nanti." monolog Chan Yun.
Sedikit merasa bersyukur sebenarnya, karena ketika Sahabatnya sudah menjadi orang kaya tak lantas membuatnya lupa pada dirinya. Keina mengajaknya untuk pergi berlibur. Otomatis dia juga kan yang akan membayar tiket, penginapan dan beberapa keperluan saat di sana. Jadi, ia tak perlu mengeluarkan banyak uang untuk hal itu. Ia bisa menikmati liburan secara gratis, sekalian menenangkan dirinya sejenak.
Terhitung kurang beberapa langkah lagi ia akan sampai pada halte. Namun, langkahnya seketika terhenti ketika maniknya tak sengaja menatap seseorang yang begitu tak asing baginya berada di seberang jalan.
"Kim Namjoon." lirihnya.
Chan Yun menyipitkan matanya, mencoba memastikan jika ia tak salah lihat. Dan benar saja, itu adalah Kim Namjoon. Pria nampak frustasi dan memukul bagian depan mobilnya.
"Aku harus minta penjelasan padanya." monolog Chan Yun. Ia masih tak terima ditinggalkan begitu saja oleh Kim Namjoon tanpa sebuah kejelasan. Pria itu tak tahu saja jika Chan Yun begitu frustasi dan nyaris sekarat kala itu.
Setelah dirasa jalanan tak begitu ramai. Ia segera melangkahkan kakinya cepat untuk mendekat pada Pria yang tak lain masih berstatus sebagai kekasihnya itu. Namjoon tak pernah mengucapkan kata perpisahan sebelumnya. Jadi, bagi Chan Yun keduanya masih terikat sebagai seorang kekasih.
"Kim Namjoon." panggil Chan Yun. Gadis itu menatap intens pada Pria bertubuh tinggi tersebut.
Merasa terpanggil, Namjoon lantas menoleh kearah sumber suara. Untuk sesaat keduanya saling mengisi pandang.
Ada air mata yang menggenang di sudut mata Chan Yun. Ia begitu merindukan sosok yang sekarang berada dihadapannya ini. Yang sedang menatapnya dengan begitu intens. Pandangan mata Namjoon begitu teduh. Ia baru menyadari jika tubuh Namjoon sedikit lebih kurus dari sebelumnya. Apa ia juga tersiksa ketika tak bersamanya.
Chan Yun tersenyum kecil, namun air matanya telah jatuh terlebih dulu membasahi kedua pipinya. "Aku merindukanmu." ucap Chan Yun.
Tak ada jawaban yang keluar dari belah bibir Namjoon. Pria itu masih membeku dengan manik yang masih fokus menatap gadis mungil dihadapannya.
"Apa kita pernah saling mengenal sebelumnya?"
Bagai tertimpa langit runtuh saat ini, perasaan Chan Yun luar biasa hancur. Apa Kim Namjoon sedang bersandiwara saat ini? Ia pura-pura tak mengenal dirinya, dan saat ia sudah menangis terseduh-seduh baru Pria itu akan menarik tubuhnya kedalam sebuah pelukan hangat. Seperti adegan pada drama yang pernah ia tonton.
"Apa kita pernah saling mengenal?" tanya Namjoon lagi.
Chan Yun memejamkan matanya, ia menahan segala emosi bercampur rasa sakit yang menjadi satu padu. Dua kantong belanjaan yang berada ditangannya jatuh begitu saja di aspal jalanan. Dengan berurai air mata, Chan Yun melayangkan sebuah pukulan bertubi-tubi pada dada Namjoon.
"Brengsek!! Kau brengsek!" teriaknya frustasi. Ia memukul dada Namjoon dengan membabi buta.
"Hentikan!"