"ASTAGA. INI TIDAK MUNGKIN."
Jimin yang baru saja akan melepaskan celana tidurnya pun tersentak tatkala rungu nya mendengar suara teriakan sang istri. Ia pun kembali menaikan celananya, lalu dengan cepat membuka pintu kamar mandi. Rasa khawatir pun menyelimuti hatinya saat ini, takut jika saja ada sesuatu yang terjadi pada sang istri.
Setelah pintu kamar mandi telah berhasil terbuka hal pertama yang Jimin lihat adalah sang istri yang kini tengah duduk di sofa dengan wajah yang telah basah dengan air mata. Dengan keadaan bertelanjang dada karena teriakan sang istri yang membuat niat mandinya urung, lantas Jimin pun melangkahkan kakinya mendekat kearah sang istri yang kini duduk di sofa.
"Sayang. Kau kenapa?" tanya Jimin mulai merasa panik. Apa yang sebenarnya telah terjadi pada istrinya. Padahal sesaat sebelum dirinya masuk ke kamar mandi istrinya dalam keadaan baik-baik saja.
"Berat badanku naik lagi." ucap Keina pada sang suami.
Jimin menghembuskan napasnya kasar. Ia sudah berulang kali memperingati sang istri agar tidak menimbang berat badannya. Dokter juga sudah mengatakan pada istrinya jika berat badan naik saat sedang hamil itu adalah hal yang wajar. Hanya saja istrinya memang terlalu berlebihan menyikapinya. Keina begitu sensitif jika menyangkut tentang berat badannya. Padahal Jimin sebagai seorang suami tidak mempermasalahkan hal tersebut. Karena ia sadar jika sang istri kini tengah banyak berjuang saat mengandung buah hatinya.
Jimin mendudukkan dirinya tepat di samping sang istri. Menarik pelan kepala sang istri agar bersandar di dadanya.
"Kau sedang hamil, sayang. Berat badan naik saat sedang hamil itu adalah hal yang wajar."
"Menjauh dariku. Kau bau, Jim." ucap Keina sembari mendorong tubuh sang suami agar sedikit menjauh darinya.
Saat sedang hamil penciuman Keina juga begitu sensitif dan Jimin sangat memaklumi hal itu. Demi menjaga mood istrinya agar tidak semakin memburuk, akhirnya ia mengalah dan sedikit menjauhkan diri dari istrinya guna memberi jarak di antar keduanya.
Semoga Tuhan selalu memberikan Jimin kesabaran. Terlebih lagi menghadapi sikap Keina yang sangat luar biasa menyebalkan ketika hamil.
"Sudah jangan menangis. Sebentar lagi Namjoon Hyung dan istrinya akan kesini. Kau sudah berdandan cukup cantik, kan? Lihat make-up mu jadi luntur karena di terjang air mata."
Tangis Keina seketika berhenti dan kini dirinya tengah menatap tajam kearah suaminya.
"Cukup cantik katamu? Jadi selama ini dimata mu aku tidak terlalu cantik? Apa karena tubuhku semakin membesar dan kecantikan ku mulai sedikit memudar?"
Jimin salah bicara lagi.
Jimin memang selalu salah di mata istrinya.
Jimin dengan cepat menggeleng, "Tidak, sayang. Kau sangat cantik dan juga sexy."
"Lebih sexy mana dengan sekretaris di kantormu?"
Tidak bisakah Keina tidak membahas masalah sekretarisnya di kantor. Jika dibandingkan dengan Keina jelas saja Jinae lebih sexy untuk saat ini. Jinae tinggi dengan berat badan yang ideal, memiliki body yang bagus bak gitar spanyol. Jadi bisakah Keina tidak membandingkan dirinya dengan sekretarisnya di kantor. Karena hal tersebut sangat jauh perbedaannya.
"Sudah berulang kali aku katakan jangan membahas hal itu lagi. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Tolong jangan bandingkan dirimu dengan Perempuan lain."
"Aku tahu kau sangat menyukai Perempuan bertubuh sexy. Aku menemukan laptop lamamu di almari. Aku membuka dan mengetahui isi dalam laptop tersebut. Kau menyimpan banyak sekali video dan juga banyak foto Perempuan sexy dari berbagai Negara." Keina menjelaskan semuanya pada Jimin secara gamblang. Tidak ingin lagi menutupi semuanya. Sebenarnya ia sudah lama mengetahui isi laptop lama suaminya. Karena itu pula ia tahu jika Jimin begitu menyukai Perempuan sexy yang memiliki ukuran dada cukup besar. Karena dalam foto tersebut menyuguhkan banyak gambar Perempuan berdada besar. Dan kini saat berat badan Keina tengah naik drastis karena hamil ia takut jika dirinya bukan lagi menjadi tipe Jimin dan suaminya akan berpaling pada sekretarisnya yang jauh lebih sexy darinya.
